Apakah ia akan datang?Abdillah tersenyum dan menggeleng sendiri. Menyadari ada yang ganjil sedang melanda dirinya. Entah apa itu. Lelaki penghagal Quran itu tak bisa mendefinisikannya.
"Kak, ndak capek nih?" Sebuah suara membuat Abdillah menoleh. Nizam sudah berdiri di dekatnya.
"Mm, ndak kok. Kan dibantuin sama pak security itu" sahut Abdillah sambil menunjuk tiga orang security perumahan yang sibuk mengatur parkiran. Langsung saja ia pura-pura ikut menata motor yang parkir. Padahal dari tadi ia cuma berdiri sambil mengamati para tamu yang datang dan rata-rata akhwat itu.
"Maksud Nizam, kak Abdil ndak capek celingukan begitu" muka Abdillah langsung menampakkan semburat merah. Nizam kok ya tahu kalau dari tadi ia celingukan.
"Duduk dulu santai sini, Kak. Sini Nizam temani. Kalau teman Husna datang, kelihatan kok" Nizam malah cengengesan tak tahu Abdillah sedang menahan malu. Adik iparnya ini asem banget. Beneran receh.
"Kamu ngomong opo toh, Zam" ucap Abdillah tapi tak urung akhirnya ikut duduk di kursi plastik yang dibawakan Nizam dari dalam rumah.
"Ngomong apa adanya, Kak. Biasa aja. Lelaki memang harus gitu, Kak. Lihat, amati, perhatikan, resapi, dekati, modusi, recehin, halalin" Nizam menaik turunkan alis tak peduli muka Abdillah yang datar campur serius. Kontras sekali sama gaya Nizam yang super receh.
Abdillah pun memilih diam sejenak. Meski agak malu ke gap suami adik angkatnya itu, tapi Abdillah berusaha mempertahankan ke-jaim-annya. Eh tapi kok Nizam bisa bicara begitu? Apa Husna sudah cerita? Atau Nizam tahu siapa teman Husna yang Abdillah maksud.
"Ehem, Zam..."
"Siap kak"
"Memang kamu tahu siapa namanya?" Tanya Abdillah serius.
"Yang mana kak?" Nizam malah celingukan menoleh kanan kiri memperhatikan para akhwat yang makin berkurang karena pengajian memang segera dimulai.
Melihat Nizam malah celingukan, Abdillah menggaruk kepalanya sendiri. Abdillah kira, seorang dokter itu selalu serius. Tapi tak berlaku buat Nizam.
"Ck, temannya Husna" Abdillah memperjelas.
"Temennya Husna banyak, kak. Dan Nizam tak kenal satu pun. Sebentar yang akrab banget sama Husna sih cuma satu. Tapi Nizam belum pernah ketemu..." nah kan, percuma Abdillah tanya Nizam.
"Kenapa kak? Memang kakak mau dikenalin sama temannya Husna?" Nizam kembali menaik turunkan alis sambil tersenyum jumawa. Wajah tak seriusnya itu lho membuat Abdillah ogah jujur. Takut dikerjain atau direcehin Nizam.
"Ah udahlah. Kakak masuk dulu. Pengajian juga mau dimulai..." sahut Abdillah sambil berdiri menuju taman samping. Ada jalan berupa taman kecil menuju ke dalam rumah milik keluarga Harlan itu. Ia sendiri tak yakin akhwat yang ia yakini teman kuliah S2 Husna itu datang. Seingatnya Husna cuma bilang teman kuliahnya banyak yang ikut liqo' dengan ustadzah Evi.
💕
Pengajian bertajuk doa memohon keselematan dan kesehatan buat para ibu hamil dalam keluarga Harlan pun dimulai. Pengajian pun dibuka dengan tilawah Quran yang dibacakan oleh Jihan. Gadis cantik yang memiliki suara merdu ketika bertilawah itu membacakan surah Al Mulk.Setelah Jihan selesai membacakan surah yang berisi tentang kekuasaan Allah terhadap alam semesta serta mengetahui semua rahasia langit dan bumi. Pengajian yang dihadiri tak kurang dari 50 an akhwat itu pun langsung dilanjutkan pada inti acara. Yaitu kajian yang disampaikan oleh ustadzah Evi. Ustadzah yang menjadi murabbi buat Rissa, Kanaya, Husna dan Jihan juga tante Aida.
![](https://img.wattpad.com/cover/243281886-288-k845031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
SpiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...