Manusia itu makhluk sempurna. Tak terbantahkan. Karena sang Rabb sendiri yang memberi predikat kesempurnaan tersebut pada manusia. Manusia tercipta lengkap, bak paket komplit ala resto cepat saji. Selain fisik yang sempurna dengan panca inderanya, manusia pun dianugerahi cipta, rasa dan karsa. Mempunyai akal pikiran, hati dan rasa.Rasa yang dimiliki manusia memang terlihat kompleks. Ada rasa sayang, benci, cinta, rindu, cemburu, iri, sebal, jengkel, senang dan sederet kata yang sebetulnya memiliki konotasi mirip. Tapi justru memang itulah keistimewaan manusia. Atas banyak rasa yang dimilikinya. Karena binatang tak pernah mempunyai rasa iri dengki, cemburu atau jengkel dan benci. Kalaupun mereka berebut, saling membunuh atau mencari betina itu semata karena faktor insting. Sekedar untuk mempertahankan diri dan hidupnya
Namun kembali pada penjabaran awal, bahwa selain memiliki rasa manusia pun dibekali akal pikiran. Manusia diberi kemampuan memilah dan memilih. Akankah menuruti rasa hingga terus menggerus hati dan makin berkembang menjadi sebuah tumpukan pikiran negatif. Hingga dampak terburuk memunculkan emosi, beban dan stress yang jelas merugikan diri sendiri. Ataukah bisa mengolah dengan baik rasa yang menghampiri, tanpa overthinking yang akan memunculkan emosi dan keresahan diri. Pilihannya ada di tangan kita sendiri.
"Milik Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, jika kamu menyatakan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menyembunyikan. Niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu" ( Quran Surah Al Baqarah : 284)
"Baiklah, kita akhiri materi hari ini..." terdengar suara dosen di depan mengakhiri mata kuliah siang itu. Langsung saja diiringi suara hiruk pikuk yang membahana setelahnya. Para mahasiswa pun sibuk memberesi buku dan beranjak dari ruang kuliah.
"Han, kuliah dah kelar lho. Kok masih anteng diem di situ" tegur seorang teman Jihan yang kebetulan duduk di samping Jihan. Membuat Jihan refleks menoleh dan mengedarkan pandangan. Benar juga, kelas sudah mulai kosong.
"Tumben banget sih Han kamu ngelamun gitu. Apalagi pas jam kuliah. Bukan Jihan banget gitu lho. Si pintar yang terpilih LKTI" ucap teman Jihan yang berkerudung tersebut agak heran. Tak biasanya Jihan begitu.
"Eh, ini jam berapa ya Mel?" Jihan malah bertanya.
"Jam sebelas. Jangan lupa Han, habis sholah jumat ada jam kuliah lagi satu jam. Aku keluar dulu ya..." ucap teman Jihan lagi sambil menepuk bahu Jihan dan meninggalkan Jihan yang masih betah duduk di kursinya.
Jihan menghela napas. Melamun? Tak konsentrasi. Jihan sendiri seperti tak mengenali dirinya sendiri. Bahkan sang dosen usai mengajar pun Jihan tak sadar. Jelas apa yang disampaikan dosennya tadi, Jihan pun sama sekali tak menyimak. Benar kata temannya tadi, bukan Jihan banget.
Jihan mengusap wajah dengan telapak tangan kanannya. Menggeleng pelan. Sungguh Jihan seperti menjadi orang lain. Banyak diam dan tak terlalu memperhatikan sekitar. Tak bersemangat dan banyak melamun. Dan itu sudah hampir tiga minggu ini terjadi.
Astaghfirullah...gumam Jihan sendiri. Tak seharusnya ia seperti itu.
Jihan pun menasukkan buku catatan yang masih kosong melompong. Seperti pikirannya saat ini. Mencangklongkan tas shabby chic warna ungu dan berdiri dari kursinya. Tinggal dirinya seorang yang masih di dalam ruang kuliah. Kuliah memang dijeda untuk memberi kesempatan mahasiswa dan dosen muslim melakukan sholat jumat. Karena kebetulan itu adalah hari Jumat.
Sampai di koridor kampus, Jihan mengedarkan pandangan sejenak. Kampus memang masih ramai. Biasanya para mahasiswi yang sedang menunggu jeda sholat jumat mengisi waktu dengan kongkow di kantin atau di taman. Sedang para mahasiswa muslim tentu segera menuju masjid untuk sholat jumat. Dan tentu saja Jihan tak bisa menghabiskan waktu di masjid seperti biasa. Akhirnya taman menjadi pilihan gadis yang hari itu berkerudung marun itu untuk beristirahat.
![](https://img.wattpad.com/cover/243281886-288-k845031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
EspiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...