Ambisi. Sebuah kata yang pasti sudah sering didengar. Menurut KBBI, ambisi bermakna hasrat, nafsu yang besar untuk mencapai atau memperoleh sesuatu. Maka dikenal pula kata ambisius sebagai kata sifat dari kata ambisi. Dimana makna ambisius sendiri adalah seseorang yang memiliki ambisi menggebu-gebu dan sangat bersemangat dalam mencapai sesuatu.Dalam budaya kita, budaya orang timur kata ambisi dan ambisius seringkali dimaknai negatip. Bahwa orang yang memiliki keinginan menggebu-gebu di sebut sebagai orang ambisius dan tak baik. Karena faktanya memang lebel ambisius seringkali menempel pada orang yang menggebu mencapai dunianya. Meraih jabatannya, pangkatnya, tendernya, bagaimana agar bertambah jumlah rumahnya, jumlah investasi dan sederet tentang dunia.
Benarkah demikian? Tak bolehkah seorang muslim memilki ambisi dan menjadi ambisius?
Tak ada yang salah dengan ambisi dan menjadi ambisius. Bahkan menjadi ambisius memang sebuah hal yang layak dimiliki. Manusia hidup tanpa ambisi sama dengan ingin pergi ke suatu tempat tapi kaki dan tubuh tak mau bergerak untuk melangkah. Tak ada semangat dan keinginan.
Jadilah muslim yang ambisius. Tapi menjadi ambisius versi Quran tentu saja. Yaitu menjadikan iman sebagai penggeraknya. Karena Allah memang telah mengkaruniakan fisik yang sempurna sekaligus akal untuk manusia. Manusia punya keinginan, kebutuhan dan kemauan. Jadi tak mungkin jika manusia tak memiliki ambisi.
Islam sebagai agama yang dijamin sempurna oleh sang Rabb pun tak ketinggalan membahas masalah ambisi. Bagaimana ambisi seorang muslim diarahkan oleh Rabbnya. Keinginan dan usaha yang dilakukan untuk mewujudkan keinginan tersebut selalu bersandar pada apa yang telah sang Rabb tentukan. Seorang muslim memang harus memiliki cita-cita, tujuan hidup dan bergerak untuk meraihnya. Cita-cita atau keinginan yang jelas benar dan langkah yang harus benar juga. Itulah ambisi yang sahih, ambisius yang positip.
Bercita-cita menjadi pengusaha sukses dengan uang melimpah agar bisa membangun pondok pesantren, misalnya. Bercita-cita mempunyai keluarga sakinah, suami sholih atau istri sholihah dengan cara selalu memantaskan diri menjadi pribadi yang sholih dan sholihah pula. Cita-cita sejalan lurus dengan ikhtiar. Sebagaimana Muhammad Al Fatih bercita-cita merebut konstatinopel dengan membekali diri ilmu perang, ilmu strategi dan pasti ilmu agama yang tak diragukan. Dalam kisahnya, Muhammad Al Fatih selalu memerintahkan pasukannya untuk berpuasa di siang hari dan tahajud di malam hari. Selain melatih fisik. Bahwa Al Fatih bergerak karena keimanannya. Percaya akan sebuah hadist yang pernah diucapkan baginda Rasul jauh sebelum Al Fatih lahir.
"Kota Konstatinopel akan jatuh ke tangan islam. Pemimpin yang menaklukan adalah sebaik- baiknya pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan" ( HR. Ahmad)
Berambisilah atas dunia untuk bekal akhirat. bergeraklah terus jangan lelah untuk terus beribadah sebaik mungkin sebagai bekal akhirat. Raihlah cita dan asa dengan ikhtiar yang telah dituntunkan agama. Sebagaimana hadist tentang ingat lima perkara sebelum lima perkara. Karena hidup terlalu berharga jika disiakan tanpa cita dan asa.
"Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan) tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)" (Quran Surah Insyirah : 7)
Senja pun memasuki malam. Hitamnya langit dihiasi bulan dan bintang membuat bumi tetap benderang. Indah dan menawan kala penglihatan dan hati bertaut memandangnya. Iya, bukankah dengan menikmati keindahan jagad raya jika ditautkan dengan iman, akan tumbuhlah syukur, tunduk dan yakin bahwa ada Zat Maha Agung yang menguasai kehidupan ini.
Sholat isya' berjamaah dan makan malam dua keluarga telah usai. Rumah keluarga Faqih tampak terang benderang. Tenda besar dengan hiasan kain berenda kain satin sudah berdiri kokoh. Warna pink dan ungu mendominasi dekorasi tenda dan beberapa pernik yang sudah disiapkan. Makin terlihat jelas jika akan ada sebuah perhelatan besar di rumah keluarga Faqih, sang pengusaha batik sukses di kota Solo. Membuat Jihan yang sedari tadi menatapnya dari balik jendela kamarnya tersenyum lebar. Yakin jika keluarga pak Abizar tak main-main dengan khitbah yang sudah dilakukan. Mereka telah merencanakan dengan baik semuanya. Sungguh Jihan tak merasa mendadak atau terpaksa dengan jawaban yang telah diberikannya pada Abizar. Iya, ia bersedia menikah besok dengan dosennya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
SpirituellesMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...