Mari saling bicara. Begitu slogan sebuah iklan di televisi. Hendak menyampaikan bahwa semua masalah bisa diselesaikan dengan bicara. Keluarga menjadi harmonis karena adanya komunikasi yang identik dengan bicara. Konon hubungan apapun, entah hubungan suami istri, hubungan pertemanan, hubungan saudara bahkan hubungan kerja atasan dan bawahan akan terkontrol baik bila selalu ada komunikasi yang baik pula.Kebanyakan orang mendefinisikan komunikasi identik dengan bicara. Iya saling bicara. Tetapi lupa kalau komunikasi yang baik dan sempurna itu bukan datang dari satu arah tapi dua arah. Bawah dalam komunikasi tidak hanya dibutuhkan orang yang bicara tapi harus ada orang yang berperan mendengarkan. Satu memamakai mulut satunya memakai telinganya. Nah terkadang dari definisi ini saja sering dilupakan.
Iya, kebanyakan orang lebih senang bicara, bicara dan bicara tanpa mau mendengarkan. Seringkali sebuah hubungan rusak, ketika di mediasi mengaku sudah saling bicara terbuka dan komunikasi. Tapi lupa kalau sebetulnya mereka tak hanya butuh bicara tapi juga butuh mendengarkan. Dan ketika di posisi yang terakhir yaitu mendengarkan terkadang seseorang gagal. Nyatanya banyak orang yang tak berhasil ketika berada di posisi mendengarkan. Karena faktanya mendengarkan memang lebih sulit dibandingkan bicara.
Simak kisah Rasulullah berikut ini. Pada awal kenabiannya, orang kafir mendustakan dan mengingkari Rasulullah beserta ajarannya. Berbagai tuduhan dilontarkan kepada beliau, mulai dukun, penyihir, pendusta sampai julukan orang gila.
Suatu hari seseorang bernama Dhamad, datang ke Makkah. Dhamad adalah orang bijak yang ahli ilmu kedokteran dan pengobatan. Ia mendengar pembicaraan mengenai baginda Nabi yang dibilang gila.
Kemudian Dhamad pun mencari Nabi, ingin menyembuhkan penyakit gila yang katanya dialami Rasulullah. Ketika telah bertatap muka, Dhamad mengamati wajah Rasulullah yang bersinar dan sangat tampan. Kemudian Dhamas berterus terang kalau ia ingin menyembuhkan Rasulullah dari sakit gilanya.
"Wahai Muhammad aku akan membebaskanmu dari sihir. sesungguhnya aku bisa menyembuhkan siapa saja yang dikehendaki di tanganku. Mari aku akan mengobatimu"
Dhamad terus bicara tentang kemampuannya mengobati. Dan Rasulullah dengan takzim diam dan mendengarkan. Meski ia dituduh gila dan yang bicara di hadapan itu orang kafir. Usai Dhamad berbicara panjang lebar dan diam. Barulah Rasulullah dengan tenang bersabda :
"Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allah. KepadaNya kita memuji dan memohon pertolongan. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, tidak seorangpun dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa tersesat, tidak seorangpun dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah selain Allah, tiada sekutu bagiNya"
Dhamad terkesima dengan sikap Rasulullah. Ia telah banyak mengobati orang sakit gila, hingga tahu kalimat indah yang diucapkan oleh Rasulullah tak akan mungkin bisa keluar dari lisan orang gila. Hingga akhirnya Dhamad berbaiat dan menyatakan syahadat di hadapan Rasulullah.
Coba kalau kita yang dituduh orang gila. Tidak mudah berakhlak seperti itu. Allahumma sholli 'alaa Muhammad...
Pagi masih samar menampakkan wajahnya. Semilir angin yang selalu sejuk mengalir ke dalam kamar dari arah kebun. Waktu subuh telah lewat satu jam yang lalu. Hiruk pikuk pondok sudah terdengar bahkan sejak sebelum fajar. Alunan murottal live dari para santri menjadi backsound para penghuni pondok yang sedang beraktivitas. Begitu nyaman dan damai.
Wal Fajr
Wa layaalin 'ashr
Wash shafi'i wal watr
Surah Al Fajr mengalun dari bibir Taqi. Bibirnya menyenandungkan tilawah, jari Taqi pun tidak diam. Bergerak seperti menghitung jumlah dzikir. Iya bibir bertilawah, hatinya juga berdzikir. Kok bisa? Bisa buat yang sudah hafal Quran dan terbiasa.
![](https://img.wattpad.com/cover/243281886-288-k845031.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
DuchoweMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...