LSIH ( 5 ) - 8. Our Saturday Night 💕

4.8K 566 123
                                    

taklukkan hawa nafsumu, maka kebijaksanaanmu akan disempurnakan

- Ali bin Abi Thalib -

Setiap manusia normal selain memiliki panca indera, akal pikiran tak lupa juga nafsu. Ya karena bernama manusia bukan malaikat yang tak punya nafsu. Tetapi perlu digarisbawahi selain memiliki nafsu manusia juga dibekali akal pikiran. Malaikat tidak memilikinya.

Bahwasannya, nafsu berada di bawah pengendalian akal. Akal manusia lah yang menuntun nafsu buruk yang tiap saat bisa menyapa. Akal mampu menunjukkan keagungan iman. Bahwa tak ada dosa yang bisa disembunyikan meski itu di lubang semut sekalipun. Ada Al Samii dan Al Bashiir, Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat, Allah Izzati Rabbi.

Nafsu dan iman memang selalu tarik menarik dalam kehidupan. Nafsu menuntut dipenuhi sedang iman menuntut untuk selalu dipelihara. Hidup ini ibarat kita mengendarai mobil, akal menjadi pengendali bagaimana teknik mengendarai sedang nafsu adalah pembakar semangat untuk menjalankan mobil. Dan Kitabullah merupakan buku pedoman berkendara yang dilengkapi peta petunjuk arah hingga kita tak tersesat. Selamat hingga ke tujuan akhir. Bahwa apapun keadaannya nafsu selalu berada di bawah kontrol iman. Tak akan tersesat jauh hingga timbul sesal karena mencapai tujuan dipenuhi dosa akibat nafsu.

"Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan ( Al Qur'an ) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu" ( Quran Surah Al Mu'minun : 71)

Nafsu tak bisa dihilangkan, selamanya akan ada dalam diri manusia. Memaksimalkan akal, menancapkan iman untuk selalu berpegang pada petunjukNya lah yang akan membebaskan kita dari terbudaknya oleh nafsu. Bahwa manusia mulia adalah yang bisa mengendalikan hawa nafsunya menjadi nafsu yang muthmainnah.

Hari sabtu pagi itu suasana kota Malang tampak sangat cerah. Angin berhembus manja menemami seringai hangat sang mentari. Sangat nyaman memanfaatkan momen tersebut untuk menjemur tubuh, menguatkan mineral tulang dengan pancaran sinar matahari pagi.

Jihan sudah sampai di gerbang kampus. Sebetulnya hari sabtu begini tak ada jam kuliah di angkatannya. Tetapi khusus hari ini, Jihan memiliki agenda kuliah tersendiri. Iya tersendiri, karena dari mahasiswa semester tiga, hanya Jihan yang mengikuti kuliah ini.

Kuliah yang akan diikuti Jihan sabtu pagi ini merupakan kuliah tambahan. Kuliah yang akan membahas tentang metodologi penulisan karya ilmiah. Karena itu, kuliah kali ini diwajibkan untuk mahasiswa semester 5. Mahasiswa yang sebentar lagi masuk ke semester pembuatan skripsi.

Jihan bergegas menyusuri koridor menuju ruang kuliah 2. Jihan sempat melirik penunjuk jam di ponselnya, menunjukkan pukul delapan kurang sepuluh menit. Setahu Jihan, kuliah akan dimulai tepat pukul delapan.

"Jihan..." sebuah suara menyapa Jihan. Spontan Jihan menoleh ke arah suara.

"Mbak Hesti..."

"Mau ke ruangan?"

"Iya mbak"

"Bareng yuk"

Tentu saja dengan senang hati Jihan menerima ajakan bareng Hesti. Jujur Jihan sedikit kikuk harus ikut mata kuliah kakak kelas. Meski Jihan kenal dengan beberapa kakak kelas semester lima, namun tetap saja Jihan merasa canggung. Bukan daerah kekuasaan.

Bukan tanpa alasan Jihan mengikuti mata kuliah tambahan ini. Pak Abizar yang menganjurkannya ikut. Karena mata kuliah tambahan hari ini akan membahas tentang metodologi penulisan karya ilmiah yang baik dan benar. Menurut pak Abizar agar menambah wawasan Jihan tentang penulisan karya ilmiah. Supaya pengetahuan antara Jihan dengan Kartika dan Hesti seimbang tentang teknis kepenulisan. Karena mereka harus bekerja sama sebagai kelompok yang akan mengikuti LKTI.

Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang