Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)

💕LSIH (5) - 47. Rindu itu kamu 💕

        Janji hati. Sebuah ungkapan dari hati tentang penyanggupan atas apa yang terucap. Menjadikan keinginan sebagai komitmen. Bukan tanpa modal apalagi konsekuensi. Karena apapun janji yang dibuat oleh seorang manusia, haruslah ditepati.

      Janji bukan sekedar ungkapan lisan. Janji bukan sekedar keinginan sambil lalu. Janji bukan cuma keinginan tanpa pembuktian. Karena janji yang terucap selalu membutuhkan pembuktian. Karena janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat. Ada action di sana.

     Pernikahan adalah sebuah janji. Maka ketika seorang lelaki dan perempuan dengan kesadaran mengikat diri dalam sebuah pernikahan, otomatis keduanya juga telah terhubung dengan janji. Sebagaimana hukum janji pada umumnya, yaitu harus ditepati, tak boleh di ingkari. Karena pengingkaran atas janji pastilah dimintai pertanggungjawabannya.

"Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik bermanfaat sampai dia dewasa dan penuhilah janji. Sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya" (QS. Al isra : 34)

      Kehidupan tentu terus berjalan dan berlanjut melaju maju. Manusia sang pelakon kehidupan, tak bisa menolak untuk ikut melaju ke depan.

       "Sabar ya Dil, gimana lagi. Kita harus menghormati keputusan pak Syam kan" ustadz Jauhar menepuk bahu Abdillah.

       Abdillah yang baru saja menutup travel bag warna hitamnya, mendongak menatap sang abah, lelaki yang sangat ia hormati sebagai seorang ayah.

         "Masya Allah, Abdil sabar lho, Bah. Setidaknya Abdil sudah mengutarakan isi hati Abdil. Sudah lega. Masalah waktu, Abdil tak memaksa. Apa yang disampaikan pak Syam memang benar" jawab Abdillah dengan senyum sabar.

     "Betul. Ini hanya masalah waktu dan sabar. Kalian hanya tinggal menuggu waktu saja kan. InsyaAllah itu yang terbaik" Abdillah menggangguk menanggapi perkataan Abah angkatnya itu.

     "Ya weslah, Dil. Kamu juga harus istirahat. Sudah malam. Besok harus berangkat ke Singapore lagi. Abah juga tak ke kamar. Umik mu pasti dah kangen sama Abah ini" ustadz Jauhar tertawa lebay. Mengatakan umi Namira kangen padanya. Padahal seharian ini ia berada di rumah terus bersama istri tercintanya tersebut.

      Abdillah menuruti perintah sang abah. Ia merebahkan diri di ranjang setelah menyiapkan travel bag dan tiket untuk keberangkatannya besok.

      "Secara prinsip kami sekeluarga menerima niatan baik nak Abdil dan keluarga ustadz Jauhar untuk meminang Fahira, putri kami. Hira juga dengan tegas menyampaikan menerima pinangan nak Abdil...." pak Syamsuddin menjeda Kalimatnya.

      "Tapi seandainya tak keberatan, saya ingin pernikahan Fahira diadakan setelah saya kembali lagi ke Indonesia dan pakdenya nak Abdil sembuh. Bukankah tadi nak Abdil bilang kalau bulan ini adalah terapi terakhir untuk paklik Hamdan ya" pak Syamsuddin menyebut keterangan yang Abdillah sampaikan, mengenai kondisi kesehatan paklik Hamdan.

      Keluarga Fahira memang menerima dengan tangan terbuka pinangan Abdillah. Abdillah juga menyampaikan kondisi keluarganya apa adanya. Mengenai sakit yang dialami paklik Hamdan dan terapi yang kini dijalani di Singapura. Kesehatan adik almarhumah ibunya itu memang makin membaik. Tentu saja kabar itu membuat semua senang.

      Setelah acara jawab menjawab pinangan usai, dua keluarga membahas masalah pernikahan. Sebagai pihak lelaki, Abdillah inginnya akad nikah diadakan sesegera mungkin. Tak perlu berlama-lama menunda. Ustadz Jauhar sempat memberikan usul akad nikah diadakan dua Minggu dari acara lamaran kemarin.

      Namun pak Syamsuddin agak keberatan dengan waktu dua Minggu yang diusulkan ustadz Jauhar. Beberapa alasan diajukan. Pertama karena mereka baru saja melaksanakan pernikahan Abizar dengan Jihan, kedua esok persis pak Syamsuddin harus berangkat ke Swiss karena ijin cutinya habis. Pak Syamsuddin tak mau pernikahan dadakan untuk anak perempuan satu-satunya yang dimilikinya.