Dari mati kemudian hidup dan setelah hidup akhirnya mati. Sebuah kalimat yang sering menjadi sebuah syair. Meski tak semua paham maksud kalimat tersebut. Nyatanya Kalimat tersebut memang sahih adanya. Sebagaimana Al Qur'an menyebutkannya demikian.Dalam surah Al Mukmin ayat 11 disebutkan: "Mereka berkata, 'Wahai Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali. Sekarang kami mengakui dosa-dosa kami. Adakah jalan keluar?"
Para ahli tafsir menerangkan, mati pertama adalah fase ketika manusia masih berupa tanah atau sebelum dilahirkan ke dunia. Sedangkan mati kedua adalah kematian fisik sebagai akhir hidup di dunia untuk menapak ke kehidupan akhirat.
Bahwa kematian bukanlah akhir dari kehidupan fisik manusia. Kematian adalah gerbang memasuki kehidupan selanjutnya yang menurut Islam merupakan kehidupan yang sebenarnya. Sebenar benarnya hidup. Karena kehidupan setelah mati dikatakan kekal selamanya. Berbeda dengan kehidupan dunia yang dikatakan sebagai fana dan sementara.
Maka dari sini bisa dipahami bahwa manusia adalah mahluk ciptaan Allah Azza wa Jalla yang berasal dari benda mati yaitu tanah. Kemudian Allah meniupkan ruh dan penciptaan pada manusia hingga menjadi mahluk paling sempurna versi Al Khaliq. Karena manusia disamping diberi fisik juga akal untuk berpikir. Bisa membedakan benar salah, baik buruk serta dosa dan pahala.
Disitulah titik poin bahwa Allah menciptakan kehidupan dan kematian adalah memberi kesempatan kepada manusia untuk mengumpulkan bekal. Bukan bekal untuk hidup di dunia. Tapi bekal untuk hidup setelah dunia. Dengan kehidupan Allah memberi ruang waktu buat manusia untuk berlomba. Bukan berlomba mengumpulkan harta tahta dan segala sesuatu yang hanya bersifat materi dunia. Tapi berlomba dalam kebajikan dan pahala.
Maka hanya manusia yang cerdas dan jenius yang sadar betul bahwa hidupnya bukan untuk bersenang dan berleha. Tapi hidupnya untuk bermujahadah, beristiqomah dan bertakwa untuk kehidupannya kelak setelah mati. Karena nyatanya memang hidup ini adalah tentang bagaimana manusia menunjukkan prestasi tertinggi di hadapan Tuhannya, Allah Izzati Rabbi.
"Dia yang menjadikan mati dan hidup supaya Dia menguji kamu siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya" (QS. Al Mulk : 2)
"Masya Allah Ayyub kok bisa sudah sampai sini" seru Aisyah agak kaget demi melihat putranya yang lucu itu sudah berada di balkon kamar. Perasaan tadi ketika ia tadi ke kamar mandi, Ayyub masih duduk anteng di atas tempat tidur.
Ayyub yang paham dengan suara ummanya menoleh. Menampakkan deretan giginya. Tertawa ceria tanpa dosa. Tentu saja tanpa dosa. Sebelum baligh semua anak tak memiliki dosa. Tangannya seperti bertepuk di depan wajahnya. Ceria sekali.
"Eh anak umma kok malah ketawa gitu sih...nggak tahu umma kaget bukan main begini" tentu saja Aisyah malah gemas melihat ekspresi putranya. Gegas ia menghampiri bocah tampan itu.
"Ma...ma..." Panggil Ayyub bermaksud memanggil Aisyah.
"Subhanallah. Umma kaget lho sayang. Kan tadi Ayyub masih di kasur. Kenapa tiba-tiba ada disini. Duh umma sport jantung" Aisyah memegang dadanya.
Ayyub sudah berusia hampir 12 bulan. Sudah bisa bicara meski hanya penggalan kata dan tak jelas. Ayyub belum bisa berjalan. Tapi Ayyub sudah jago merangkak. Ayyub sudah bisa naik turun tempat tidur bahkan kursi. Aisyah memang harus ekstra mengawasi putranya yang makin tumbuh besar itu agar tak jatuh atau terguling.
Aisyah tadi memang sempat meninggalkan Ayyub yang masih tertidur. Meski ada ndalem yang membantu pekerjaan rumah tangganya, tapi Aisyah tidak serta merta ikut menangani. Ia ingin Taqi makan dari olahan tangannya. Meski memasak dikatakan bukanlah kewajiban seorang istri, tetapi memasak untuk suami dan keluarga amalan yang besar pahalanya. Apalagi jika sembari memasak disambi dengan bershalawat dan berzikir. InsyaAllah masakan yang diberikan selain memberikan tenaga dan membuat sehat juga penuh keberkahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story in Hospital 5 (Always Forever in Love)
SpiritualMenemukan pelabuhan hati di kehidupan dunia tentu saja harapan tiap insan. Bertemu dengan orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Itu inginnya. Tanpa melebihkan pun mengurangkan tentang hakikat takdir. Asa yang selalu dilangitkan terjawab ijabah...