~34 (Sahabat jadi Bangs*t)

1.7K 111 4
                                    

Hallo!

Semoga kalian suka sama cerita ini dan bahagia selalu:)

Seperti biasa, sebelum baca ceritanya jangan lupa vote, comment dan share sama temen-temen kalian yaaaaa.

Tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Ra, ke Mall yuk! Bosen nih gue. Enggak asik banget kan kalau ke Mall sendirian? Dia kan sibuk banget mau olimpiade." Amara menunjuk Keisya.

"Aduh enggak bisa gue, sorry banget Mar. Rendi minta ditemenin ke rumah sakit, hari ini dia lepas jahitan. Gue duluan ya, daaah." Ratu langsung pergi keluar kelas dengan tas punggung berwarna putihnya.

Amara menghela napas kesal,
"Gini nih gue malesnya kalau sahabat udah punya pacar, merasa diduakan tau enggak sih?"

"Kayak lo enggak pernah aja."

"Sorry-sorry aja nih, gue emang pernah pacaran tapi gue tetap mengutamakan sahabat dari pada pacar. Gini-gini gue tau diri kali, siapa yang selalu sama gue sebelum gue punya pacar."

Pernah merasakan berada di posisi Amara?

Keisya merotasikan kedua bola matanya malas.
"Ya, ya, ya terserah lo aja deh. Gue langsung ke Lab Bahasa ya, udah disuruh kumpul soalnya. Lo langsung balik, enggak usah mampir-mampir!" Amara mendengus malas.

"Iya sana-sana! Udah kayak ibu-ibu yang anak perawannya mau ngelayap aja lo!" Usirnya.

"Awas kamu ngelayap ya! Bunda aduin ke Ayah!" Amara bergidik geli.

"Jijik gue! Pergi sana!" Keisya tertawa geli melihat ekspresi Amara yang sangat lucu baginya. Setelah itu ia berjalan keluar kelas dengan buku-buku tebal ditangannya.

-----------

Ratu memainkan jari-jari tangan kiri Rendi, kini mereka sedang berada di taman rumah sakit. Setelah jahitan di kepala Rendi sudah dilepas, mereka masih harus menunggu asisten pribadi Rendi menebus obatnya.

Sebenarnya bisa saja jika mereka pulang lebih dulu, namun Rendi bosan jika harus kembali ke kamarnya lagi.

"Tangannya masih lama sembuhnya?" Rendi mengangguk.

"Mungkin dua atau tiga bulan lagi." Ratu mengangguk mengerti.

"Ren." Rendi menjawab panggilan Ratu dengan deheman.

"Bisa janji satu hal sama gue enggak?"

"Janji apa?"

"Jangan berantem lagi." Rendi menatap Ratu dengan senyumnya.

"Gue dikeroyok, bukan berantem sayang."

"Tapi awal mulanya kan pasti lo sama Galaxi punya masalah, makanya mereka nyerang lo." Rendi masih tersenyum, berusaha tidak tersulut saat Ratu secara tidak langsung mengatakan jika aksi pengeroyokan kemarin berawal dari kesalahan Galaxi.

Rendi menggenggam tangan Ratu,
"Gue janji enggak akan ikut tawuran lagi, tapi gue enggak bisa janji buat enggak berantem Ra. Galaxi itu keluarga gue, jadi kalau ada yang ngusik Galaxi pasti gue juga ikut maju. Musuh gue bukan cuma anak geng motor atau berandalan sekolahan lain, tapi para pengusaha yang iri juga musuh gue. Kita sama-sama di dunia bisnis, jadi pasti lo paham soal itu." Ratu terdiam.

Ia mengerti, bagaimana tidak? Ia bahkan hampir mati ditangan penculik yang katanya tidak suka bisnis yang digeluti keluarganya sukses. Bahkan penculik itu belum tertangkap hingga saat ini.

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang