~13 (Caper)

3.2K 200 1
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote, comment dan share sama temen-temen kalian yaaaaa.

Tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Gue jambak lo kalo sampe nyentuh lukisan gue!" Rendi memutar kedua bola matanya malas saat mendapatkan ucapan penuh peringatan dari Ratu.

Hari ini ada pelajaran prakarya di kelas mereka dan tugas dari guru prakarya mereka adalah membuat lukisan dengan tema bebas.

Ratu terus menatap tajam Rendi saat cowok bertindik itu mencoba mengusili karyanya yang hampir jadi.

"Lukisan lo tuh jelek banget, terlalu kosong makanya gue inisiatif bantuin lo"

"Inisiatif bantuin gue atau mau ngehancurin lukisan gue?" Rendi menggelengkan kepalanya dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

"Kamu jahat! Aku enggak terima diperlakukan seperti ini"

"Najis! Jauh-jauh lo dari gue! Gue Ngeri ketularan sinting kayak lo!" Rendi memegang dadanya masih dengan ekspresi yang sama dengan sebelumnya.

"Hentikan Ani! Kata-katamu sungguh menyakitkan hati" Ratu menatap Rendi jengah.

"Beneran sinting nih orang" setelah mengatakan itu Ratu langsung membereskan alat-alat lukisnya.

"Ani kamu mau kemana Ani? Kamu mau meninggalkan aku?" Ratu tidak menjawab, ia langsung beranjak menuju pintu ruang kesenian.

Saat di depan pintu, ia menolehkan kepalanya menatap Pandji yang sedang sibuk dengan lukisannya.

"Pandji gue udah selesai, gue balik ke kelas" Pandji mendongak sebentar lalu mengangguk dan kembali fokus pada lukisannya.

"Loh, gue ditinggal? Cowo sekece gue? Ditinggal? Ratu! Tunggu Babang Rendi!" Rendi langsung mengejar Ratu tanpa peduli dengan kanvasnya yang masih bersih tanpa noda sedikitpun.

Teman-teman sekelasnya langsung melihat Rendi yang mengejar Ratu.

"Rendi beneran sinting"

"Capernya kelewatan"

"Jelas-jelas Ratu enggak suka sama hal yang berantakan jadi pasti dia juga enggak suka lah sama berandal macem Rendi"

"Gue yang kalem, ganteng, sama rapih aja masih ditolak mentah-mentah sama Ratu apalagi dia yang urakan?"

"Beneran enggak punya kaca"

"Nyali dia juga gede banget lagi, berani banget nyari gara-gara sama Ratu"

Begitulah kata-kata yang terlontar dari teman-teman sekelasnya.

Amara dan Keisya hanya mendengarkan tanpa menimpali perkataan teman-temannya.

Lagipula mereka pun cukup heran dengan perubahan Rendi yang sangat kentara. Rendi yang sebelumnya sangat galak dengan orang-orang kini sering tersenyum hingga membuat para gadis menjerit tertahan. Meskipun begitu sikap pemarah juga seenak jidatnya masih sangat melekat.

-----------
Ratu mendengus kesal kala Rendi lagi-lagi mengganggunya.

Sekarang mereka sedang berada di kantin. Bukan hanya ada Ratu dan Rendi saja tentunya. Di sana juga ada Raja, Arjuna, Keisya, dan Amara.

"Ja, mending lo bawa temen lo ini jauh-jauh dari gue. Ganggu banget tau enggak?!" Raja yang sedang menyantap sepiring batagor hanya mengangkat kedua bahunya tanda tidak peduli.

"Kok lo gitu sih? Dia ganggu gue Raja! Liat aja tuh bakso gue dia yang makan" Raja menghela napasnya.

Raja melihat Rendi yang sedang asik memakan bakso Ratu padahal di depannya ada semangkuk bakso yang belum tersentuh, tentunya itu milik Rendi.

"Rendi!" panggil Raja dengan tatapan tajamnya juga nada penuh peringatan.

Rendi langsung mendongak
"Enggak usah ngeliat gue kayak gitu, entar lo naksir gue bahaya"

Raja menatap malas Rendi
"Makan punya lo enggak usah caper terus sama Ratu"

Baru saja Rendi ingin menjawab, Arjuna lebih dulu menyela
"Makan atau gue colok mata lo?! Enggak usah gangguin Ratu lagi, dia lagi makan. Sampe lo ganggu dia beneran gue colok itu mata!"

"Baperan lo semua, enggak asik!" Rendi menukar mangkuknya dengan Ratu, lalu kembali memakan makanannya dengan khidmat.

-----------

Ratu baru saja keluar dari toilet ditemani oleh Keisya. Mereka berdua tampak asik mengobrol ria tanpa mempedulikan guru yang sedang mengajar di kelas mereka. Namun, obrolan mereka harus terhenti saat tiba-tiba ada yang menabrak bahu kanan Ratu hingga gadis itu terjatuh.

Bruk!

"Ratu!" Jerit Keisya yang terkejut saat Ratu terjatuh dengan bokongnya yang mendarat lebih dulu.

"Aw!" Ringis Ratu.

Ratu mengusap-usap bokongnya lalu mendongak. Melihat sang pelaku membuat Ratu menghembuskan napas kasar.

Ratu berdiri lalu membersihkan rok bagian belakangnya
"Lo! Bener-bener nyari ribut sama gue!" Rendi memegang perut dan bokongnya sembari meringis.

"Sorry, Ra. Enggak sengaja. Ada panggilan alam, udah diujung nih" Rendi langsung berlari setelah mengatakan itu.

"Rendi!" Teriak Ratu, namun Rendi yang sudah tidak tahan pun tidak mempedulikan panggilan dari gadis itu.

"Udah, Ra udah. Rendi kan enggak sengaja, tadi kan lo liat sendiri kalo dia udah mules banget"

"Tapi dari pagi tuh dia bener-bener rese banget tau enggak sih? Aduh, bisa darah tinggi gue lama-lama kalo ngadepin dia terus!" Ucap Ratu dengan wajah yang kentara sekali kesalnya. Berurusan dengan Rendi memang dapat membuat darahnya mendidih seketika.

Keisya mengusap lengan kiri Ratu
"Sabar, Ra sabar. Mending kita langsung ke kelas aja, ayo! Ngeri lu darah tinggi beneran" Ratu mengangguk.

***
Tbc

Maaf banget nih enggak jelas

Makasih udah bacaaa

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang