~9 (Rindu Senyumnya)

4K 254 3
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote, comment dan share sama temen-temen kalian yaaaaa.

Tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah menangis dengan jangka waktu yang terbilang cukup lama akhirnya Ratu tertidur di kamar Raja. Raja tidak membangunkan gadis itu, biarlah. Ia juga merindukan kebersamaannya bersama Ratu, tidur bersama, bermain bersama, dan menghabiskan waktu bersama.

Raja memiringkan badannya menghadap Ratu yang sudah tertidur, masih terdapat bekas airmata dipipinya.

Raja menyingkirkan beberapa helai rambut Ratu yang menutupi wajah lelah gadis itu. Raja akui, dalam tidurnya pun wajah gadis itu terlihat sangat lelah.

Hal apa yang membuat gadis itu tampak seputus asa ini? Tidak mungkin jika karena obat atau terapi yang ia jalani selama ini. Pasti ada hal lain, Raja yakin akan hal itu. Tapi apa?

Raja menghela napas berat.

"Hal apa yang bisa buat lo seputus asa ini, Ratu?" Raja mengubah posisinya menjadi menghadap langit-langit kamarnya.

Malam ini adalah malam yang melelahkan.

Raja memejamkan matanya menyusul Ratu yang sudah lebih dulu masuk ke dunia mimpi.

-----------

Ratu sudah siap dengan seragam sekolahnya, lagi dan lagi ia keras kepala dan melanggar larangan kedua orang tuanya yang melarangnya pergi ke sekolah.

Gadis itu menatap pantulannya di cermin.

"Menyedihkan" batinnya.

Tidak ada raut keceriaan diwajahnya, yang ada hanyalah wajah lelah yang terpatri di sana.

Biarlah, Ratu sedang tidak ingin ambil pusing akan hal itu. Yang terpenting sekarang adalah bertemu kedua sahabatnya sebagai pelipur lara.

Ratu mengambil tas ranselnya dan menuju meja makan.

Semua yang ada di meja makan tersenyum menyambut Ratu.

"Selamat pagi sayang" sapa Marvin.

Ratu tidak menggubris hal itu, ia langsung mendudukan diri di kursi yang berhadapan dengan Raja.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Kania lembut.

Ratu hanya menggeleng sebagai jawaban, Kania yang merasa Ratu hanya lelah pun akhirnya memilih diam memaklumi. Sedangkan Raja, ia langsung menghela napas berat.

Meja makan yang biasanya ramai oleh percekcokan Ratu dan Raja kini menjadi hening.

"Karena Ratu sudah ada, mari kita sarapan" semuanya langsung membalik piring di hadapan mereka.

-----------
Ratu turun lebih dulu dari mobil, meninggalkan Raja yang menatapnya dengan tatapan khawatir. Raja tahu betul Ratu sedang tidak baik-baik saja, namun ia tidak tahu apa yang membuat gadis itu terluka hingga kehilangan semangat hidupnya.

Untuk kesekian kalinya Raja menghela napas berat.

-----------
Kedatangan Ratu setelah beberapa hari tidak hadir membuat kedua sahabatnya langsung memeluk gadis itu dengan erat yang dibalas tak kalah eratnya.

Ratu sangat merindukan mereka, ya mereka berdua, sahabatnya. Karena hanya merekalah yang tidak pernah mengecewakan dan membohonginya.

Dadanya kembali terasa sakit, namun ia abaikan. Biarkan sekali ini saja ia lalai, biarkan sekali ini saja ia menentang Dokter, biarkan sekali ini saja ia terbebas dari beberapa butir obat, biarkan sekali ini saja. Bukan tanpa maksud ia melakukan itu, ia hanya ingin mengukur seberapa kuat tubuhnya saat tidak meminum obat itu. Terdengar cukup nekad, namun kembali lagi, ini adalah tubuhnya dan tidak ada yang tau seberapa kuat tubuhnya selain ia sendiri.

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang