45 ~ Sebentar lagi?

1.6K 137 7
                                    

Haloo!!

Apakabar kalian? Sehat kan? Puasanya udah ada yang bolong belum?

Seperti biasa jangan lupa vote, comment & share sama temen-temen kalian yaaa:)

Aku juga butuh banget kritik dan saran kalian.

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah Raja pergi, Rendi menyusul Raja di belakangnya. Karena sebelumnya Ratu juga menyuruhnya pulang. Awalnya Rendi yang keras kepala tentu saja menolak itu, sama seperti Raja, ia juga takut terjadi hal buruk pada Ratu. Namun, Ratu tetaplah Ratu. Tidak ada yang bisa membantahnya tanpa terkecuali.

Kania masuk ke dalam ruang rawat Ratu, ia duduk di kursi yang tadi dipakai Raja. Lalu memperhatikan wajah pucat Ratu. Kania menahan tangis, melihat putri kandungnya terbaring lemah tak berdaya seperti itu membuatnya jauh lebih sakit. Jika bisa ia ingin menggantikan Ratu, namun itu mustahil.

Ratu menghapus air mata Kania yang tiba-tiba menetes.

"Bunda jangan nangis, Ratu baik-baik aja." Bukannya berhenti, airmata Kania justru semakin deras mengalir.

"Maafin Bunda, maafin Bunda karena enggak bisa berbuat apa-apa untuk bantu kamu." Ratu tersenyum menenangkan.

"Ratu baik-baik aja."

"Bunda sendiri gimana? Tekanan darahnya udah normal lagi kan?" Kania hanya mengangguk.

"Bunda jangan capek-capek, jangan pikirin hal yang berat-berat dulu." Lagi, Kania hanya bisa mengangguk.

"Ratu sayang banget sama Bunda." Kania mengangguk.

"Bunda lebih sayang kamu."

-----------

Berita Ratu yang dirawat di rumah sakit milik Bagaskara tersebar begitu saja, entah siapa yang menyebarkannya namun itu sangat membuat pihak Bagaskara maupun Pratama murka.

Awak media yang menunggu di lobi rumah sakit selalu meminta kejelasan pada pihak Bagaskara ataupun Pratama saat mereka hendak menuju ruang rawat VVIP. Bahkan tidak sedikit dari mereka menunggu di parkiran khusus untuk keluarga Bagaskara dan Pratama.

Ardi dan Deana yang baru turun dari mobilnya masing-masing langsung diserbu para wartawan yang memang sudah menunggu kedatangan mereka. Namun, mereka tetap bungkam. Ardi merangkul Deana dan berjalan cepat. Para pengawal mereka langsung terbagi menjadi tiga bagian, ada yang berdiri di depan, di samping dan di belakang.

"Pak Ardi, apa benar adik anda yang bernama Ratu dirawat di rumah sakit ini?"

"Bagaimana kondisi Ratu sekarang, Pak?"

"Apa benar kondisi Ratu terus menurun, Pak?"

"Apa  benar kondisi kesehatan Ratu yang sedang menurun saat ini membuat hubungan keluarga Bagaskara dan keluarga Pratama merenggang?"

Ardi terus berjalan tanpa menjawab satu pertanyaan pun. Perjalanan Ardi dan Deana belum berakhir, karena saat sampai di lobi seluruh wartawan langsung mengepung mereka. Namun, dengan sigap pengawal Ardi maupun Deana langsung menyingkirkan orang-orang itu.

Saat sudah terbebas dari wartawan, Ardi mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.

"Kumpulkan seluruh pekerja di rumah sakit ini, termasuk security dan cleaning service." Perintahnya. Setelah itu ia kembali mengantongi ponselnya.

"Suruh beberapa pengawal jaga di depan." Perintah Ardi pada pengawal yang berjalan di sampingnya.

Saat sudah sampai didepan pintu ruang rawat VVIP langkah Ardi dan Deana berhenti, pintu ruangan itu terbuka dan keluarlah Leo juga Ali.

Ardi mengangguk saat Ali memberinya kode untuk ikut ke ruang rapat melalui tatapan.

"Kamu masuk duluan, Abang mau cari tau kenapa berita ini bisa bocor ke luar." Deana mengangguk dan langsung masuk ke sana.

Ardi, Leo, dan Ali berjalan sejajar. Para pengawal Bagaskara dan Pratama pun terbagi menjadi dua bagian, ada yang berjalan di depan dan ada yang berjalan di belakang.

-----------

Brak!

Ardi menggebrak meja. Seluruh orang yang berdiri di sana tersentak kaget kecuali Ali dan Leo.

"Saya tanya sekali lagi, siapa yang membocorkan berita ini ke media?" Mereka yang ditanya hanya bisa menundukan kepala.

"Kalian semua tidak punya mulut?" Ali menepuk pundak Ardi sebelum berdiri di depan Ardi. Beliau harus mengambil alih sebelum emosi Ardi membuat semuanya semakin runyam.

Ali memperhatikan seluruh pekerjanya, di ujung kiri ada Dokter spesialis gigi yang sepertinya hendak berbicara namun ragu.

"Apa ada yang ingin anda sampaikan, Dokter Hasan?" Dokter muda itu langsung mendongak saat namanya disebut oleh pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.

Dokter itu nampak mengangguk pelan.
"Maaf sebelumnya Pak Ali. Tapi kami semua memang tidak pernah berkata apapun tentang nona Ratu. Kami sangat menjaga informasi tersebut agar tidak sampai terdengar keluar. Jadi, bukan kami yang membocorkan berita ini ke media." Ucapnya.

"Lalu siapa? Yang tau Ratu dirawat di rumah sakit ini cuma kalian!" Sentak Ardi.

"Maaf Pak Ardi, tapi kami memang tidak membocorkan informasi apapun. Lagi pula, kami tidak punya keberanian untuk membocorkan informasi tentang cucu pemilik rumah sakit tempat kami bekerja." Jawab Hasan lagi.

"Kalian boleh kembali bekerja dan terimakasih atas waktunya." Ucap Ali. Mereka langsung menunduk hormat lalu pergi dari sana. Ardi menatap Ali tidak suka.

"Ardi belum selesai, Kek."

"Kalau kamu menggunakan emosi, masalah ini tidak akan selesai Ardi."

"Tapi-"

"Diam Ardi." Ucap Leo. Ia juga sedang berpikir.

Ardi menghela napas kasar.

Mereka berpikir keras, siapa dalang dibalik ini semua?

-----------

Senyuman miring terbit dibibir seorang gadis yang sedang menonton berita tentang Ratu. Ia  dapat melihat wajah dingin Ardi saat melewati para awak media.

"Sebentar lagi ... sebentar lagi kalian bakal kehilangan orang yang berarti untuk kalian.  Nyawa harus dibalas dengan nyawa bukan, tuan Pratama yang terhormat?" Gadis itu menatap Leo yang muncul di layar televisi pada akhir kalimatnya.

***
Tbc

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang