39 ~ Pratama VS Bagaskara

2.2K 188 14
                                    

Hallo!

Apa kabar? Sehat? Udah bahagia belum? Jangan lupa bahagia yaaaa.

Buat yang lagi dikejar tugas sekolah sama kuliah, semangat! Buat yang lagi kerja dan lagi nyari kerja juga semangat!

Seperti biasa, sebelum baca ceritanya jangan lupa vote, comment and share yaaaaa:) karena satu vote, comment dan share kalian sangat berharga buat aku. Buat yang udah kasih vote, komentar dan sharenya aku berterimakasih banget!

Tanpa kalian 'Ratu' enggak akan bisa 23k readers & 1.14 K vote.

Luv u banyak-banyak💕 terus share cerita ini dan dukung terus, oke! Aku maksa😭

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Rumah Sakit Medika Wijaya

Dua jam sudah berlalu sejak lampu operasi dinyalakan, namun hingga kini lampu tersebut tidak kunjung mati juga. Membuat seluruh anggota Pratama dan beberapa anggota Bagaskara yang tiba satu jam yang lalu dirundung rasa cemas luar biasa.

"Tuan dan Nyonya Bagaskara telah tiba." Ucap seorang ketua pengawal Bagaskara setelah menunduk hormat, terlihat dari pin serta pakaiannya yang mencolok daripada pengawal lainnya.

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Marvin. Marvin hanya menunduk sembari merasakan betapa kuat dan panasnya tamparan itu. Beliau tidak mengelak sama sekali, karena merasa ini memang salahnya.

Muhammad Ali Bagaskara, Ayah dari Kania Rahayu Bagaskara yang sekarang sudah menjadi Kania Rahayu Pratama. Bunda Ratu. Di sampingnya ada Ciara Bagaskara, istri Ali.

Ciara mengusap-usap lengan suaminya bermaksud meredakan emosi yang ada.

"Saya benar-benar tidak habis pikir dengan kalian semua. Bisa-bisanya kalian semua merahasiakan hal sebesar ini!" Marvin menatap Ayah mertuanya dengan tatapan bersalah.

"Maaf, Pa. Tapi ini kemauan Ratu."

"Lalu kalian menyetujuinya? Kalian ini orang dewasa! Dan bisa-bisanya menyetujui permintaan konyol Ratu?! Lalu sekarang kalau sudah begini kita harus bagaimana? Pasrah?"

"Ratu cucu kesayanganku! Dan permintaannya bukanlah hal konyol sama sekali. Dia hanya ingin melindungi perasaan Kean." Bantah Leo tidak terima.

Ali menatap sengit Leo.

"Ratu juga cucuku, tapi aku tidak pernah membeda-bedakan dia dengan yang lain."

"Dan melindungi Keano? Kalian membohongi dia bertahun-tahun dengan alasan ingin melindungi dia? Bodoh! Dia bahkan akan lebih hancur setelah mengetahui kebohongan besar kalian!"

"Kean akan mengerti!" Ucap Leo masih bersikukuh.

Ali menganggukan kepala.
"Pasti dia mengerti. Karena itulah ajaran yang dia dapat dari Pratama. Kalian hanya mengajarkan mengerti, mengerti dan mengerti tanpa mau mengerti apa yang sebenarnya Keano rasakan."

"Jangan jadi orang dewasa yang egois! Mau orang lain mengerti tapi tidak mau mengerti sama sekali. Mau didengarkan tapi tidak mau mendengarkan sama sekali!"

"Keano tidak pernah membantah apa yang saya perintahkan. Dia bahkan tidak pernah merasa terbebani dengan semua keputusan saya." Balas Leo.

Ali tersenyum sinis.

"Tidak pernah membantah bukan berarti tidak merasa terbebani." Ali menatap Leo.

"Apa anda pernah melihat wajah murung Keano hanya karena nilai matematikanya rendah? Apa Anda pernah melihat Keano menangis hanya karena tidak pernah bisa menggambar pemandangan kecuali bukit? Apa Anda pernah mendengar Keano mengadu tentang rasa irinya dengan Ratu? Apa Anda pernah? Atau apa kalian pernah?" Ali mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu anggota keluarga Pratama yang terdiam.

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang