37 ~Tolong Selamatkan Ratu (II)

2.4K 153 15
                                    


Hallo!

Semoga suka yaa:)

Terimakasih buat yang udah komentar sama vote! Suka banget asli!

Seperti biasa tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Jangan lupa Comment, Vote & share yaaaa, luv luv banyak-banyak gaisss💕

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

"Kita enggak bisa nunggu lagi. Jantungnya sudah mengalami pembengkakan dan detak jantungnya pun sudah tidak stabil. Jika kondisi ini dibiarkan, maka Ratu tidak akan selamat."

Ucapan Alvi membuat mereka shock luar biasa terutama Raja dan Rendi yang memang tidak mengetahui apapun.

"C-CRT? Jantung?" Tanya Raja bingung.

Alvi mengangguk.

Raja menatap keluarganya yang memberikan tatapan cemas namun tidak berlebihan seperti dirinya. Ia berpikir sejenak sampai pada akhirnya ia mengetahui satu hal, keluarganya telah menyembunyikan sesuatu hal yang besar.
"Ayah?" Marvin diam tidak menjawab.

"Bunda?" Kania masih sesenggukan.

"Kakek?" Leo menatap Raja dengan tatapan menyesalnya.

"Papa? Mama?" Arsya dan Calista ikut menundukan kepala.

"Kak Dean?" Dean menundukan kepalanya.

"Kak El? Kak Rangga?" Mereka pun sama, tatapan terakhir dan penuh harap Raja perlihatkan saat menatap Juna.

"Lo juga enggak tau kan, Jun?"

"Maaf Bang." Raja tertawa sumbang, merasa dibodohi.

"Ratu sakit apa, Dok?"

"Dilated cardiomyopathy, penyakit yang muncul karena ventrikel kiri jantung mengalami pelebaran dan membesar. Kondisi itu mengakibatkan organ jantung tidak kuat memompa darah ke seluruh tubuh dan penyakit ini juga menjadi penyebab tersering gagal jantung." Terang Alvi.

"Solusinya?"

"Jalan terakhirnya kita harus memasang alat pacu jantung di dalam tubuh Ratu dan kalau masih tidak ada perubahan atau semakin parah kita akan melakukan tranplantasi jantung. Namun, hingga saat ini kami masih belum menemukan jantung yang cocok." Raja mengangguk mengerti. Ia menatap satu persatu anggota keluarganya.

"Separah itu dan enggak ada yang bilang sama Kean? Kalian anggap Kean ini siapa? Orang lain?" Mereka semua terdiam mendengar pertanyaan menohok itu.

"Ratu itu kembaran Kean, Kean berhak tau apa yang terjadi sama dia."

Raja memejamkan matanya sejenak. Menghela napas kasar, berusaha meredakan emosinya. Tubuhnya perlahan merosot dengan pandangan kosong.
"Yah, Bun tolong selamatkan Ratu." Lirih Raja.

Dean langsung mendekap Raja, membiarkan Raja menangis dalam dekapannya. Ia tahu, adik bungsunya sedang butuh tempat untuk mengeluarkan semua rasa sakitnya.

"Lakukan yang terbaik untuk Ratu, Dok." Ucap Marvin.

Alvi mengangguk mengerti.

-----------

Keluarga Pratama  dan Rendi sedang menunggu proses pemasangan alat pacu jantung di dalam tubuh Ratu dengan cemas. Do'a- do'a mereka panjatkan untuk keselamatan Ratu.

Raja yang berada paling dekat dengan pintu ruang operasi menatap kosong ke depan. Deana mendekati Raja dan membawa kepala Raja untuk bersandar di pundaknya.

"Ratu akan baik-baik aja kan, Kak?"

"Terus berdoa untuk keselamatan Ratu."

"Apa Allah bakal kabulin?" Deana terdiam. Enggan memberi harapan karena ia tahu bagaimana kondisi Ratu yang sebenarnya.

"Kak." Panggil Kania, Deana langsung menoleh pada Bundanya itu. Kania sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya.

"Sebenarnya, apa kita masih punya harapan?"

Deana menghela napas berat. Ia tidak ingin menambah beban pikiran seluruh keluarga Pratama, namun bohong pun dirasa percuma.
"Kalau boleh jujur, pemasangan CRT ini sebenarnya sudah terlambat Bun. Tapi enggak ada salahnya kalau kita mencoba."

"Maksud kamu?"

"Hasil lab terakhir Ratu sangat buruk. Jantungnya sudah mengalami pembengkakan, Ratu juga sering mengeluh napasnya menjadi pendek padahal dia enggak melakukan aktivitas apapun dan kalau kita perhatikan Kaki Ratu juga bengkak. Itu ciri fisiknya kalau penyakit Ratu semakin parah. Kita harus berdoa supaya keadaan Ratu dapat membaik setelah pemasangan CRT ini, hingga kita memiliki tambahan waktu untuk mencari Jantung baru itu."

"Apa enggak ada cara lain?"

"Ini sudah cara terakhir, Bunda." Kania memejamkan matanya sejenak.

"Bukannya Bunda yang nemenin Ratu ambil hasil lab nya kemarin?" Tanya Ardi.

Kania menggeleng.
"Bunda memang menemani Ratu untuk mengambil hasil lab, tapi saat Bunda akan masuk ke ruangan Dokter Alvi, Ayah kalian menghubungi Bunda untuk membicarakan masalah pergantian jabatan. Jadi, waktu Bunda kembali ke sana Ratu sudah keluar ruangan dan mengatakan kalau hasilnya membaik." Kania menghela napasnya, "harusnya Bunda enggak percaya gitu aja." Marvin mengusap-usap bahu Kania menggunakan ibu jarinya.

"Pindahkan Ratu ke rumah sakit kita yang di Jerman, peralatan medis kita di sana jauh lebih lengkap dari yang ada di sini." Ucap Leo yang langsung mendapat tatapan tidak setuju dari semuanya.

"Pa, Aku mohon jangan begini. Kondisi Ratu sedang tidak memungkinkan."  Ucap Ardi

"Kita pindahkan Ratu setelah operasi ini berakhir."

"Pa, Kita bisa bicarakan ini setelah situasinya membaik." Ucap Arsya.

Leo menghela napas berat,
"Satu minggu. Papa kasih satu minggu untuk Ratu dirawat di Indonesia. Tapi, setelah itu Papa yang akan bawa Ratu ke Jerman dengan atau tanpa persetujuan kalian semua."

"Kakek egois, kalian semua egois. Kenapa orang dewasa selalu berbuat sesukanya kayak gini?" Raja bangkit dari duduknya dan pergi dari sana. Mereka menatap kepergian Raja dengan tatapan bersalahnya.

Leo mengambil ponselnya di saku jas berwarna navi blue nya.
"Pastikan tidak ada gambar ataupun berita tentang Ratu di rumah sakit hari ini. Juga pantau Raja dari kejauhan, pastikan dia aman dan tidak melakukan hal bodoh."

***
TBC

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang