51 ~ Menepati Janji

1.8K 146 13
                                    

Raja menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya, setelah dua jam tidak sadarkan diri.

Raja mengedarkan pandangan. Ardi, Reina, Kelvin dan Juna ada di dalam ruangan Raja.

Raja merasa seperti ada yang terjadi sebelumnya, sampai akhirnya ingatannya pada Ratu dan Deana datang. Ia langsung duduk dan mengerang kesakitan saat rasa pening menyerang. Erangan kesakitan itu menyadarkan empat orang lainnya yang sedang melamun. Ardi langsung berdiri dari sofa dan mendekati Raja.

Saat Ardi hendak menekan tombol emergency, tangan Raja menahannya.

"Ratu sama Kak Dean gimana, Bang?" Ardi bungkam.

"Bang?" Perasaan Raja langsung tidak enak.

"Bang, mereka baik-baik aja kan?"

"Deana ..."

"Kak Deana kenapa?!"

"Deana meninggal." Raja turun dari brankar, berdiri di depan Ardi dan menarik kerah Kakak pertamanya itu.

"Enggak usah bercanda! Kak Deana baik-baik aja kan?!"

Kelvin menarik Raja, sedangkan Juna berdiri di samping Ardi.

"Kak Dean baik-baik aja kan, Bang?" Tanya Raja dengan nada bergetar. Ardi menunduk dan menggeleng, Reina mendekati dan mengusap-usap punggungnnya.

Raja menggeleng tidak percaya.
"Enggak, Kak Dean tadi masih bisa senyum sama gue! Kak Dean masih bisa genggam tangan gue, enggak, enggak!" Kelvin menarik Raja ke dalam pelukannya. Tangis Raja pecah saat itu juga.

Tidak lama setelah itu, Raja mendorong Kelvin dan melepas jarum infusnya. Lalu berjalan ke luar ruangan dengan kaki pincangnya.

"Kean!" Mereka berempat mengejar Raja.

Juna menarik lengan Raja.
"Kondisi lo belum pulih, Bang!" Raja menyentak tangan Juna.

"Gue enggak peduli!" Raja meneruskan langkahnya namun terhenti Karena Kelvin menghadang jalannya dengan kursi roda.

"Ruangannya jauh, lo enggak mungkin sanggup ke sana dengan keadaan kaki kayak gitu." Raja tidak mengindahkan ucapan Kelvin. Dengan keras kepalanya ia terus memaksakan melangkah dengan kakinya yang sudah mulai terasa sakit.

Kelvin berdecak kesal melihat itu. Dengan cepat ia menyusul Raja dan langsung menarik laki-laki itu untuk duduk di kursi Roda.

"Batu! Kalau dibilangin sama yang lebih tua enggak pernah dengerin." Raja diam tidak menjawab.

"Biar gue." Ardi meminta untuk mendorong kursi roda Raja, Kelvin langsung mempersilahkan.

Mereka berjalan menuju ruang operasi.

"Abang bohong kan? Kak Deana belum meninggal kan?"

"Abang enggak pernah bohong soal kematian seseorang."

"Kenapa? Kenapa harus Kak Dean, Bang? Harusnya Kean yang mati bukan dia. Coba aja Kean dateng lebih awal, pasti ini semua enggak bakal terjadi kan Bang?" Ardi menghentikan langkahnya, menghela napas berat lalu berjalan ke depan Raja. Raja mendongak saat Ardi memegang kedua pundaknya.

"Bukan begitu, Kean. Ada kehidupan pasti ada kematian, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Bukan salah kamu, Deana pergi memang sudah waktunya. Kamu ingat? Dari kecil Deana berjanji akan melindungi Kamu dan Ratu. Dan dia menepati itu, Dia melindungi kalian hingga akhir hidupnya." Ardi menghela napas berat, rasanya sangat sesak mengatakan hal ini.

"Dia bahkan memberikan jantungnya untuk Ratu." Ardi membawa Raja pada perutnya saat adik bungsunya itu kembali menangis, Raja langsung melingkarkan tangannya pada pinggang Ardi.

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang