Hallo!
Mungkin chap ini agak sedikit random.
Sebelumnya jangan lupa vote, comment dan share sama temen-temen kalian yaaaaa.
Tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih
Happy reading!❤
🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Byur!
Juna menceburkan tubuhnya ke dalam kolam renang lalu berenang dengan begitu cepatnya. Kejadian tadi malam kembali terputar di kepalanya.
Juna yang baru saja ingin mengetuk pintu kamar Rangga untuk mengajak kakak sulungnya itu makan malam menghentikan tangannya di udara saat mendengar suara Rangga yang sedang berbicara pada seseorang melalui ponselnya. Pintu yang terbuka sedikit membuatnya dapat mendengar dengan jelas apa yang sedang dibicarakan sang Kakak.
"Gue bakal bantu cari keluar kalau perlu ke pasar gelap." Rangga menghela napas berat.
"Gue enggak peduli, sekarang ini yang terpenting kesehatan Ratu. Gimanapun caranya, kita harus secepatnya dapetin jantung baru untuk Ratu."
Juna terkejut mendengar itu. Kakinya mundur perlahan dan pergi dari sana.
Kembali lagi dengan kondisi di kolam renang. Juna terlihat sudah sampai di tepi kolam dan berbalik arah lagi. Ia terus berenang dengan begitu cepatnya, menyalurkan emosi yang ada. Saat sudah sampai di tepi kolam ia memunculkan kepalanya, nampak terengah-engah. Mengusap rambutnya ke belakang, lalu keluar dari kolam. Duduk di tepian memasukan kedua kakinya ke dalam kolam.
"Lebih cepat tiga puluh detik dari biasanya." Ucap seorang gadis yang memakai seragam sekolah sembari menunjukan stopwatch di ponselnya.
Juna hanya melihatnya sekilas sebelum kembali melihat ke depan.
Gadis itu mengangkat kedua bahunya saat tidak mendapat respon dari Juna.
Gadis itu melipat kedua tangannya dan ikut menatap ke depan seperti yang dilakukan Juna.
"Menyalurkan emosi dengan hal yang positif itu emang bagus, tapi kalau kamu langsung berenang kayak tadi tanpa pemanasan sama aja bunuh diri. Untung aja tadi kamu enggak kram, kalau kram ditengah kolam yang dalemnya dua setengah meter sama aja kamu nyerahin nyawa dengan sukarela." Juna masih diam tidak menjawab.
"Diem, Ca."
Gadis yang bernama Caca itu memegang pundak kanan Juna.
"Kamu bisa cerita sama aku, Juna. Aku itu tunangan kamu jadi bukan orang lain." Juna menghela napasnya berat.Benar, gadis cantik berlesung pipi itu adalah tunangannya. Hasil dari perjodohan sang Kakek.
"Pergi Caca."
Caca mengangguk, menepuk pundak Juna beberapa kali.
"Aku selalu ada buat kamu. Aku ke dalam dulu ya, kamu langsung siap-siap." Caca melihat jam tangan berwarna putihnya."Udah jam setengah tujuh, takut kamu telat berangkat sekolahnya." Setelah itu Caca meninggalkan Juna sendirian.
Juna mengusap wajahnya, berdiam sejenak sebelum akhirnya keluar dari kolam renang dan mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk . Setelah itu ia masuk ke dalam rumahnya.
-----------
Ruang makan
Juna yang sudah selesai bersiap-siap pun turun. Menaruh tas ranselnya di bawah kursinya. Ia duduk di sebelah Caca yang sudah duduk dengan anggunnya. Berhadapan dengan sang Mama, lalu Rangga yang duduk berhadapan dengan Caca, dan disebelahnya lagi ada Elang. Jangan lupakan Papanya yang duduk di tengah-tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu
Teen Fiction#1 in siblingsgoals (15 Juni 2021) Menurutmu bagaimana rasanya menjadi putri dari keluarga kaya raya yang sangat dijaga oleh keluarganya? menyenangkan? Atau justru menyebalkan? Untuk bisa menilainya mari baca kisah seorang Keana Ratu Pratama