42 ~ Niat Jahat Seruni

1.9K 148 33
                                    


Hallo!

Selamat pagi! Selamat hari senin!

Semoga suka sama cerita ini yaaaaa:)

Jangan lupa vote, comment & share sama temen-temen kalian yaaaaaa.

Luv u banyak-banyak gaissss❤

Happy reading!

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Hari olimpiade telah tiba. Pagi ini Raja sudah rapih dengan seragam sekolahnya lengkap dengan jas almameter kebanggaan sekolahnya.

Raja mendekati Ratu setelah memakai baju khusus yang ada di sana, mengusap-usap pipi Ratu lembut.

"Ra, gue pergi dulu. Gue janji bakal menang hari ini." Setelah mengatakan itu Raja keluar dari ruangan dan pergi begitu saja tanpa berpamitan pada siapapun. Deana sedang ada pekerjaan jadi tidak ada yang harus dipamitinya kan disana? Lima pengawal Pratama nampak mengikuti Raja.

Marvin, Kania dan Elang menatap sendu kepergian Raja.

-----------

Raja berlari menuju ruang rawat Ratu, tadi setelah olimpiade berakhir Raja mendapat kabar dari Rio jika Ratu sudah sadar. Tanpa menunggu lama Raja langsung pergi dari sana, tidak peduli dengan pengumuman pemenang olimpiade tahun ini.

Raja berhenti di depan pintu ruangan Ratu, mengatur napasnya yang ngos-ngosan dan tidak mempedulikan tatapan dari seluruh keluarga yang sudah berkumpul.

Raja masuk ke dalam ruangan, memakai baju khusus yang tersedia di sana dan langsung duduk di kursi yang ada di sebelah brankar. Tangannya menggenggam tangan Ratu membuat gadis itu membuka matanya dengan perlahan.

Senyum di wajah pucat Ratu membuat air mata yang memang sejak tadi ditahan pun akhirnya lolos juga. Raja mengalihkan pandangannya, tidak ingin Ratu melihatnya yang sedang menangis dalam diam.

"Enggak pengen peluk?" Ratu bertanya dengan suara lemahnya.

Raja diam tidak menjawab. Ratu mengerti, adik kembarnya itu sedang merajuk.

"Raja enggak kangen Ratu?" Raja masih diam.

"Raja udah enggak sayang Ratu?"

"Raja ... Benci Ratu?"

Cukup sudah! Raja tidak bisa menahan diri lagi. Ia langsung memeluk saudari kembarnya itu. Ratu yang masih lemah pun hanya bisa mengusap-usap lengan Raja.

Setelah beberapa saat, Raja melepaskan pelukannya.

Ratu menghapus air mata Raja.
"Cengeng."

"Cuma karena lo." Ratu tersenyum tidak ingin membantah.

Ratu memperhatikan penampilan Raja. Memang tidak serapih tadi pagi namun tetap tampan.

"Ganteng."

"Dari lahir."

"Lo marah?" Raja mengangguk tidak ingin berdusta.

"Lo kecewa?" Raja kembali mengangguk menjawab pertanyaan retoris Ratu.

"Lo ... Benci gue?" Raja menatap Ratu dalam, lalu menggeleng.

"Enggak bisa."

"Maaf ... maaf udah nyembunyiin ini dari lo. Gue cuma enggak mau lo-" ucapan Ratu terpotong oleh Raja.

"Hancur?" Ratu mengangguk.

"Gue bahkan lebih hancur lagi saat enggak tau apapun tentang kembaran gue, Ratu. Gue merasa enggak berguna dan gue merasa jadi ... sampah." Ratu terdiam.

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang