38 ~ Keegoisan Para Orang Dewasa

2.6K 181 16
                                    

Hallo!

Semoga suka yaa:)

Terimakasih buat yang udah komentar sama vote! Suka banget asli!

Seperti biasa tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Jangan lupa Comment, Vote & share yaaaa, luv luv banyak-banyak gaisss💕

Happy reading!❤

Note: bacanya diresapi ya:)

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Raja berlari menuju rooftop rumah sakit. Saat sampai di sana angin malam langsung menyapa tubuhnya. Ia berjalan menuju pembatas rooftop sembari mengatur napasnya yang ngos-ngos an.

Raja memejamkan mata, menikmati angin yang berhembus. Berusaha menenangkan hati dan pikirannya.

Ratu akan baik-baik saja, Ratu akan selalu di sini bersamanya. Kalimat itu yang selalu ia ucapkan di dalam hati. Meskipun ia tahu, itu hanyalah kalimat penenang. Karena nyatanya, para orang dewasa akan selalu bertindak egois. Mereka hanya akan melakukan tindakan yang mereka anggap benar tanpa memikirkan perasaan yang lainnya.

Raja membuka mata, ia memasukan dua tangannya ke dalam saku celana.

Pikirannya kembali pada beberapa waktu lalu saat ia tidak sengaja mendengar obrolan Bundanya dengan sang Kakak sulung mengenai donor. Lalu berganti saat ia mengaku curiga pada keluarganya dengan Ratu. Bodohnya ia percaya begitu saja dengan jawaban Ratu tanpa menuntaskan rasa curiganya.

Raja tertawa miris,
"Setolol itu gue, Ra! Lo pasti ngetawain ketololan gue kan?"

"Harusnya gue ngikutin feeling gue, harusnya gue nyelidikin semuanya. Bukannya langsung yakin gitu aja waktu liat mata lo yang keliatan jujur. Emang tolol!"

Raja menghela napas kasar, Raja menatap bintang di langit.
"Orang-orang dewasa itu pasti bakal misahin kita, Ra. Jadi lo harus bangun."

"Apa kamu kira, jika Ratu bangun semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Ardi yang baru saja tiba di sana. 

Ardi menyodorkan sebungkus rokok, Raja hendak mengambilnya, namun ingatannya tentang larangan Ratu kembali terngiang di kepalanya.

"Lo mau bikin gue mati?!" Raja berdecak kesal saat Ratu memukul tangannya hingga pematik yang ada ditangannya jatuh.

"Yang nyuruh lo nempelin gue siapa?" 

"Enggak ada. Pokoknya jangan ngerokok lagi! Nanti gue aduin Bunda kalau lo enggak nurut!"

Tangan Raja yang semula di udara langsung ia masukkan ke dalam kantong celananya kembali.

Ardi tersenyum melihat itu, lalu mengambil sebatang rokok dan mengapitnya di jari telunjuk dan jari tengahnya. Lalu menyalakan pematik.

"Enggak usah nyalahin diri lo, karena yang harusnya disalahin disini itu kami para orang dewasa. Maaf, udah nyembunyiin ini semua."

"Kenapa?"

"Ratu bilang kalau lo tau masalah ini, lo pasti bakal hancur."

"Apa kalau gue enggak tau kondisi Ratu bakal baik-baik aja? Apa kalau gue tau setelah semuanya memburuk kayak gini juga baik-baik aja? Enggak Bang. Gue bahkan jauh lebih hancur." Ardi diam mendengarkan. Membiarkan adik bungsunya mengeluarkan uneg-uneg yang ada.

"Ratu kembaran gue. Sembilan bulan sepuluh hari gue berbagi rahim Bunda sama dia. Kalau ada yang tanya siapa yang paling berarti buat gue? pasti Ratu jawabannya."

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang