~18 (Cerita Raja)

2.1K 164 1
                                    

Sebelumnya aku mau minta maaf banget karena beberapa minggu ini enggak bisa update. Alasannya itu karena aku lagi ada di kampung, dan kampung aku termasuk pelosok yang susah dapet sinyal. Jadi sekali lagi mohon dimaafkan yaaa🙏

Jangan lupa vote, comment dan share sama temen-temen kalian yaaaaa.

Tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Minggu pagi Raja tidak seindah biasanya. Bagaimana tidak? Biasanya ia akan berleha-leha dikamarnya dan memainkan beberapa game dari ps4 nya. Namun sekarang ia harus mengikuti kegiatan favorit sang Kakek, apalagi jika bukan bercocok tanam.

"Kek, please deh kegiatan ini tuh bukan Kakek banget. Seorang Leon Putra Pratama itu terkenal sama wibawanya, kegagahannya dan kegalakannya. Tapi ini? Masa bercocok tanam. Image Kakek bisa hancur kalo ada media yang tau hobi Kakek tuh sebenernya bukan nge gym tapi bercocok tanam" Leon hanya mengangkat bahunya tidak peduli.

"Haha dicuekin. Ngeluh mulu sih kayak cewek" ejek Ratu yang sedang duduk di tangga.

"Komentar mulu lo kayak netizen!"

"Kean!" Tegur semua orang yang berada disana.

Raja mendengus kesal, ia meletakan semua peralatan berkebunnya lalu menuju Ratu dan duduk di sebelah gadis itu.

"Minum dong, Ra" Ratu mengangguk lalu pergi ke dalam untuk mengambil minum.

Hari ini tidak ada maid di sekitar kebun milik Leon karena Leon ingin menghabiskan waktu yang sangat jarang dimiliki keluarganya hanya untuk sekedar berkumpul seperti ini. Jika saja Ratu tidak meminta berkumpul di hari Sabtu, sudah pasti mereka tidak mungkin berkumpul untuk waktu yang lama seperti ini. Namun, meskipun begitu pengawal setia mereka tetap berjaga di sana dengan posisi mengelilingi kebun.

Ratu kembali dengan satu gelas air putih juga handuk di tangannya.
"Nih" Raja langsung menerima gelas itu dan meminumnya.

Ratu mengelap keringat Raja
"Seru enggak?" Raja menaruh gelasnya, ia terdiam sejenak.

"Enggak, lo enggak liat badan gue jadi lepek gini? Gue enggak suka lepek"

"Sekalian olah raga"

"Gue enggak suka olah raga"

"Terus alat-alat olah raga di kamar lo itu buat apa kalo bukan buat olah raga?"

"Buat pajangan" Ratu langsung menoyor kepala Raja.

"Enggak sekalian aja lo bilang biar dikata keren sama orang-orang karena dikira rajin olah raga?"

"Nah, itu juga termasuk"

"Dasar gila"

"Kita kembar, gue gila berarti lo juga gila" Ratu hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Kean! Jangan santai-santai kamu! Gimana tanaman Kakek mau cepat tumbuh kalau kamu saja santai-santai seperti itu?" Raja berdecak malas.

"Itu kan Kakek udah rombongan nanemnya, kenapa Kean juga harus ikut sih? Kean enggak suka bercocok tanam!" Leon menatap tajam Raja yang langsung dibalas tatapan tak kalah tajamnya.

"Kean" geram Leon.

"Kakek" geram Raja.

Ratu yang melihat keduanya saling memberikan tatapan tajam langsung memutar kedua bola matanya malas.

"Udah-udah, sana bantuin Kakek lagi." Raja menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah yang memelas.

"Ra, gue beliin es krim deh entar." Ratu menggeleng tegas.

"Enggak ada! Sana bantuin. Nanti kalo udah selesai gue kasih hadiah."

"Apa?"

"Gue pijit."

"Oke." Raja langsung kembali membantu Leon.

-----------
Semua anggota keluarga Pratama sudah selesai bercocok tanam. Sekarang Raja dan Ratu sedang duduk di atas rumput taman.

Raja menyodorkan tangan kirinya pada Ratu.

"Pijit." Ratu mengangguk lalu memijit tangan kiri Raja.

"Ja." Panggil Ratu yang hanya dijawab deheman oleh Raja.

"Rendi bilang lo trauma naik mobil karena  kecelakaan waktu SMP. Kalo lo sampe trauma begitu berarti kecelakaan lo serius dong? Tapi kenapa gue enggak tau?" Raja yang tadinya menatap ke depan kini menatap Ratu lalu menarik tangannya.

Raja menepuk paha kirinya.
"Sini." Ratu yang mengerti langsung mengangguk. Ia bergeser sedikit lalu tiduran dengan menjadikan paha raja sebagai bantal.

Raja menatap ke depan.
"Yang lo inget setelah lo nelpon gue waktu itu apa?" Ratu berpikir sejenak.

"Lo ke Singapore sama Kakek dan balik lagi waktu mau lulus SMP."

"Wait! Jangan bilang lo kesana buat pengobatan bukan karena bosen sama suasana di sini dan milih home schooling sampe lulus SMP." Raja tersenyum tipis.

"Tebakan lo enggak ada yang salah." Ratu langsung mendudukan dirinya menghadap Raja.

"Ya ampun Raja! Kok gue bisa enggak tau sih? Gue minta maaf." Raja menangkup wajah Ratu.

"Hei, it's oke. Sekarang gue baik-baik aja."

"Sekarang, tapi dulu?" Raja tersenyum menenangkan.

"Dengerin dulu cerita gue sampai selesai." Ratu mengangguk.

Raja kembali menatap ke depan mereka.

"Kondisi gue bisa dibilang parah waktu itu. Gue sempet koma selama dua minggu, tulang kaki gue patah dan harus dipasang pen, muka gue juga luka gara-gara kena pecahan kaca." Raja menatap wajah Ratu yang sangat kentara sekali merasa bersalah.

"Penyebab gue kecelakaan itu karena ngantuk, dua hari sebelumnya gue harus belajar ekstra buat olimpiade dan akhirnya gue enggak tidur selama dua hari." Ratu menggeleng.

"Enggak, harusnya lo bisa tidur waktu siang harinya. Tapi karena gue yang selalu maksa lo buat nemenin gue kemanapun gue pergi, lo jadi enggak bisa tidur. Padahal lo udah berulang kali bilang capek ke gue."

"I'm so sorry, Raja." Raja tersenyum sambil mengacak-acak rambut Ratu.

"Ini bukan salah lo. Gue yang ceroboh." Ratu menggeleng lalu menunduk.

"Kalo aja waktu itu gue enggak maksa lo buat jemput gue di caffe, lo pasti enggak bakal ngalamin kecelakaan itu."

"Udah takdir-Nya gue ngalamin kecelakaan, Ra. Mau lo minta jemput atau enggak waktu itu kalo emang udah takdir-Nya gue celaka ya pasti bakal celaka. Sekarang itu enggak perlu ada yang disesali, tapi harusnya kita sama-sama belajar. Gue belajar buat lebih hati-hati lagi dan lo belajar buat enggak jadi pemaksa lagi. Ngerti?" Ratu mengangguk lalu merentangkan tangannya.

"Peluk." Raja tersenyum dan dengan senang hati langsung memeluk saudari kembarnya itu.

"Mungkin gue udah sering ngomong ini, tapi gue beneran sayang banget sama lo Ja.  Lo itu kembaran terbaik di dunia bagi gue." Raja terkekeh mendengar itu.

"Jelas lah, orang kita cuma kembar dua." Ratu ikut terkekeh.

"Iya juga."

"Ra."

"Hm?"

"Janji sama gue buat selalu ada disamping gue ya?"

"Gue enggak janji tapi bakal berusaha sekuat tenaga." Ratu mengambil sebelah tangan Raja lalu digenggam di atas pangkuannya.

"Janji sama gue buat selalu bahagia,  apapun yang terjadi ya?" Raja menghela napas pelan lalu mengangguk.

Raja mengelus-ngelus kepala Ratu.
"Gue percaya Allah itu maha baik dan maha pendengar, jadi jangan berhenti berdoa ya." Ratu mengangguk.

"Pasti!"

***
Tbc

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang