~26 (Baikan)

1.6K 100 4
                                    

Hallo!
Maaf banget buat keterlambatan update nya🙏

Nanti malam kalau sinyalnya mendukung insyaallah bakal update lagi.

Sekali lagi mohon maaf 🙏

Jangan lupa vote, comment dan share sama temen-temen kalian yaaaaa.

Tinggalkan kritik dan sarannya, terimakasih

Happy reading!❤

🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Lapangan Basket Indoor

Jam istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu dan dalam sepuluh menit itu juga Amara mencari keberadaan Keisya yang langsung pergi begitu saja saat bel istirahat berbunyi.

Amara menghela napas lega saat melihat Keisya sedang membaca buku di tribun lengkap dengan kacamatanya. Amara melangkah mendekat, saat ia sudah berdiri di depan Keisya ia langsung menyodorkan minuman kaleng yang ia bawa.

Keisya mendongak dan langsung menerima minuman itu, Amara duduk disamping kiri Keisya.

Mereka membuka minuman kaleng itu secara bersamaan lalu meminumnya.

"Maaf." Keisya menatap bingung Amara.

"Buat?"

"Omongan gue. Gue beneran enggak tau itu kado dari lo. Mereka cocok kok pake jam tangan itu, gue cuma heran aja tadi." Keisya tersenyum simpul lalu menarik kacamatanya ke atas kepala.

"Santai aja. Gue enggak marah," Keisya menjeda ucapannya. "Tapi tolong jaga ucapan lo, mungkin gue sama Ratu bisa ngerti lo tapi orang lain belum tentu."

Amara mengangguk,
"Gue usahain, by the way kalo lo enggak marah, kenapa milih sendirian di sini?"

Keisya mengangkat buku yang berada dipangkuannya.
"Gue lagi belajar, persiapan olimpiade." Amara mengangguk mengerti lalu setelah itu memberikan tatapan menggoda pada Keisya saat mengingat sesuatu.

"Olimpiade? Bareng Kean dong. Cieee" goda Amara yang langsung membuat Keisya tersenyum malu.

"Apa sih?" Amara menoel-noel lengan kiri Keisya.

"Apasih Mar?"

"Cieeeee."

"Maarrrrrrr." Rengek Keisya yang langsung membuat Amara tertawa.

Ya, semudah itu mereka melupakan masalah yang ada. Mungkin sekilas terlihat seperti masalah sepele, namun percayalah sesederhana apapun kalimatnya tetap dapat melukai hati orang lain. Baik sengaja maupun tidak, baik itu teman ataupun tidak. Karena seperti kata pepatah, mulutmu adalah harimaumu. Jadi, berhati-hatilah saat mengucapkan sesuatu.

-----------

XII- IPA 3

"Ciee udah baikan." Goda Ratu saat Amara dan Keisya memasuki kelas dengan Amara yang menggandeng tangan Keisya.

"Kita itu seperti darah yang mengalir ditubuh yang sama, jadi enggak akan terpisahkan." Ratu berpose ingin muntah mendengar ucapan Amara yang sudah duduk di meja.

"Iya, tapi lo darah kotornya." Sahut Keisya yang membuat Ratu tergelak.

"Sial!" Umpat Amara.

"Oh iya, hubungan lo sama Rendi gimana?"  Ratu mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

"Perasaan lo masih abu-abu?" Tanya Keisya yang duduk di kursi depan Ratu.

Ratu mengangguk, lalu menatap Keisya.
"Kei. Lo kan pinter ya, nah gimana sih caranya biar tau kita sayang atau enggak sama orang itu?" Amara berdecak malas.

"Lo lagi, Ra! Lo kan tau si Kei belum pernah pacaran dari lahir. Kenapa nanya sama dia?" Ratu menepuk jidat, lalu menyengir kuda.

"Gue lupa!" Dia terkekeh geli sedangkan Keisya berdecak kesal.

Ratu menatap Amara.
"Berarti lo aja deh. Gimana caranya biar kita tau kita sayang sama orang itu atau enggak?"

"Caranya gampang. Kalo lo selalu inget hal-hal sepele tentang dia, selalu salting pas dia ngomongin hal sederhana kayak gombalan receh, jantung lo juga enggak tenang kalo deket dia dan yang terakhir lo selalu pengen ada di deket dia berarti itu Fix!"

"Fix apa?" Tanya Ratu penasaran.

"Fix lo bucin! Hahahaha"

"Kei." Ratu memberi kode pada Keisya dengan matanya, Keisya yang paham langsung menyeringai. Ratu menghitung dari satu sampai tiga tanpa suara, setelah mencapai tiga Ratu dan Keisya langsung menggelitiki Amara hingga gadis itu meminta ampun.

Ratu berhenti,
"Gila aja gue bucin."

"Lah emang bucin." Sahut Amara.

"Wah Kei, minta lagi dia." Amara langsung panik dan turun dari meja.

"Enggak woi! Sumpah enggak." Setelah itu Amara berlari keluar kelas.

"Kejar Kei!" Keisya langsung mengejar sementara Ratu tertawa lepas dan berjalan mengikuti arah lari mereka.

-------------
"Triplets!" Ratu yang baru saja pulang sekolah langsung memanggil sepupu kembarnya yang sedang mengobrol di ruang keluarga.

"Berisik banget sih suara lo kayak petasan kretek." Ucap Kelvin.

"Petasan kretek itu apa?" Tanya Ratu polos.

"Gini nih kalo kecilnya cuma mainan kecebong."

"Kak Ken," rengek Ratu.

"Vin!" Panggil Kenan mengingatkan. Kelvin memutar kedua bola matanya malas. "Sini," Kenan menepuk-nepuk sofa disampingnya. Ratu langsung duduk di sana.

"Kean Mana?" Tanya Kelvan.

"Ada latihan olimpiade gitu, jadi pulang telat deh." Mereka bertiga langsung mengangguk. "Bunda kemana kak Ken?"

"Lagi beli peralatan bayi buat kak Sherin."

Sherin adalah kakak Triplets.

"Loh emang baby nya udah lahir?" Kenan menggeleng.

"Belum, persiapan aja kata Bunda." Ratu mengangguk mengerti.

"Kamu check-up nya kapan?" Tanya Kelvan.

"Lusa deh kayaknya, Ratu lupa."

"Masih muda padahal, udah pikun aja." Ratu menatap tajam Kelvin.

"Punya cermin tuh dipake! Sendirinya aja suka lupa segala ngatain orang pikun." Sahut Ratu.

"Gue mah ngaca atau enggak tetep aja ganteng."

"Orang ganteng enggak bakal jomblo."

"Lah sekarang mah yang ganteng fokus sama tujuannya sedangkan yang muka pas-pas an sok-sok an jadi fuck boy."

"Situ oke?"

"Oke bengad! Kalo mau mah Gigi Hadid lebih milih gue daripada Zayn."

"Gigi hadid, Gigi Hadid, Eli sugigi kali." Sahut Kelvan.

"Iri? Bilang bos! Kegantengan gue yang paripurna ini emang bikin cowok-cowok minder sih." Ucap Kelvin sembari menyisir rambutnya ke belakang.

Ucapan Kelvin membuat Kelvan dan Kenan mendengus malas sedangkan Ratu berpose seperti ingin muntah.

"Biarin aja biarin, emang suka begitu kalo pentol korek dikasih nyawa suka enggak jelas."  Kenan menoleh pada Ratu. "Kamu belum makan kan?" Ratu menggeleng. "Ayo ke dapur, Kak Ken masakin makanan kesukaan kamu."

Ratu tersenyum lalu mengamit lengan Kenan.
"Ayo!" Serunya.

***
Tbc

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang