3~ Raja marah?

6.7K 397 5
                                    

Kini Raja dan Ratu sudah sampai di garasi rumahnya, disusul oleh Amara dan Keisya menggunakan mobil berwarna merah muda.

Ratu turun dari motor Raja lalu memberikan helmnya pada Raja.

"Inget! Jangan deket-deket kolam renang!"
Ratu memutar kedua bola matanya malas. Pasalnya, Raja selalu saja memperingatinya untuk tidak bermain di dekat kolam renang saat kedua sahabatnya datang.

Sebenarnya Raja melakukan itu semua karena ia tahu bagaimana cerobohnya Ratu dan kedua temannya saat bersama, ditambah lagi Ratu tidak bisa berenang selalu membuatnya khawatir.

"Enggak perlu diingetin terus."

"Lo itu selain ceroboh juga pelupa, jadi wajar kalo gue ngingetin terus."

"Ck! Iya iya bawel. Udah yuk masuk!" ajak Ratu yang langsung mendapat anggukan dari keduanya.

Setelah Raja memarkirkan motornya dengan benar ia langsung masuk ke dalam rumah, namun saat melintasi ruang tamu kakinya terhenti karena melihat Kakak perempuannya ada disana. Lalu ia melangkah menuju Deana.

"Kok Kakak di rumah? Bukannya ini jadwal praktek Kakak ya?" Deana yang sedang menonton berita di televisi pun langsung menoleh ke arah adik bungsunya itu.

"Kebetulan tadi ada rapat gitu, tapi tiba-tiba pimpinan rapatnya ada keperluan mendadak jadi ya rapatnya di batalin. Berhubung di rumah sakit udah ada yang gantiin jam kerja Kakak mendingan Kakak istirahat di rumah." Raja ber 'oh' ria.

"Sini temenin Kakak." Deana menepuk sofa disebelahnya.

"Nanti, Kean mau ganti baju dulu." Deana langsung mengangguk.

"Sekalian makan biar enggak sakit."

Raja mencium pipi Deana sekilas.
"Siap Kakak cantik." Deana tersenyum mendapat perlakuan adiknya itu.

Setelah itu Raja langsung menuju ke kamarnya.

-----------
Ratu melanggar peringatan Raja karena kini ia dan kedua sahabatnya sedang berada di dekat kolam renang. Mereka mengobrol sesekali bercanda ria.

"Eh gue mau ke kamar mandi dulu deh, kebelet nih." ucap Keisya tiba-tiba.

"Ke kamar mandi ya tinggal ke kamar mandi segala laporan dulu, udah sana nanti keburu ngompol di sini bahaya." balas Amara.

"Tau ya, udah sana." Keisya langsung pergi meninggalkan Amara dan ratu.

"Eh, Ra." Ratu langsung menoleh ke arah Amara.

"Bang Elang apa kabar?"

Ratu langsung memandang Amara tidak suka.
"Jangan bilang lo masih belum bisa move on." tuduhnya, Amara langsung menyengir kuda.

"Gimana bisa move on dari dia sih, Ra? Udah pinter, menjabat jadi CEO, baik lagi, kurang apa coba?" Ratu memutar kedua bola matanya malas.

"Bang Ardi juga CEO, pinter, baik hati dan rajin menabung." Amara langsung memukul paha Ratu hingga ia mengaduh.

"Lo nyuruh gue jadi pelakor? Ha? Bang Ardi udah punya tunangan kayak gitu"

"Yeh, siapa yang nyuruh? Orang gue ngomong kayak gitu tuh cuma mau bilang ke lo kalo sikap-sikap yang lo ucapin tadi itu emang sikap-sikap yang dimiliki sama keluarga Pratama termasuk gue."

"Mbah mu, lo mah enggak ada baiknya banget Ra. Malah enggak ada pantesnya jadi keluarga Pratama. Nih ya, lo itu enggak pinter-pinter amat, ceroboh, pelupa, baik kalo ada maunya doang terus-"

"Iya hina aja gue terus hina sampe lo di tendang dari sini sama Abang gue kalo dia tau lo ngata-ngatain gue."

"Dih, bukan ngehina tapi fakta."

Ratu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang