Part 18 : Putri Tidur?

21.5K 3.1K 200
                                    

Ia menebas pohon disampingnya dengan membabi buta. Ia sangat marah sekarang, dan ia perlu melampiaskannya.

°
°
°
°

"Putriku!!"

Duke Chellion membawa tubuh Olivia ke dalam kamarnya. Medelin terlihat pucat pasi dengan adanya air mata yang terus mengalir sejak tadi.

Ibu Olivia segera mendekat ke arah ranjang putrinya itu.

Saat ini tubuh Olivia penuh dengan luka, bibirnya pucat dan di sudut bibirnya terdapat bercak darah.

Ayah Olivia terkejut dan jatuh terduduk di samping ranjang Olivia.

"A-apa yang terjadi pada, Putriku? Katakan, Duke!" ucap Ayah Olivia marah. Ia mengguncangkan bahu Duke Chellion dengan air mata yang membanjiri wajahnya.

Perlu di ketahui bahwa Ayah Olivia merupakan seorang Ayah yang sangat mencintai putrinya lebih besar daripada hidupnya.

Ibu Olivia memeluk tubuh Olivia dengan erat.

"Putriku, apa yang terjadi padamu? Bukankah kau tadi hanya izin untuk berjalan-jalan? Apa yang sebenarnya terjadi, hiks ... Hiks, Putriku." tangis Ibu Olivia pecah. Suaranya sangat sendu.

Sementara di belakang pintu kamar Olivia terdapat Arin dan Mona yang terlihat senang dengan keadaan Olivia.

"I-ibu tenanglah, ka-kakak pasti baik-baik saja," ujar Arin yang mulai melangkah mendekati Ibunda Olivia. Ia memeluk beliau dengan hangat.

Namun segera di tepis oleh Ibu Olivia.

"Jangan menyentuhku!" bentaknya keras.

Arin terkejut dan menggigit bibir bawahnya kesal.

“Wanita sialan ini! Bagaimana bisa ia menepis ku dengan kasar?! Dasar ibu jalang!”

Duke Chellion menghela nafas dan mendekati ranjang Olivia.

"Setelah saya sembuhkan, sekitar 5-7 hari Nona Olivia akan sadar, maafkan saya yang telat datang," ucap Duke Chellion sembari menundukkan kepalanya. Tangannya menjulur ke arah atas tubuh Olivia.

Ia mulai menyalurkan kekuatan mana dalam dirinya dan cahaya berwarna hijau muda dengan sinar muncul dari telapak tangan Duke Chellion.

Lalu dengan ajaibnya seluruh luka yang berada di tubuh Olivia segera menghilang tanpa bekas.

Namun, Olivia masih tidak membuka kelopak matanya.

Nafasnya teratur, namun bibirnya tetap pucat.

"Olivia, kenapa kau bisa sampai begini, nak?" tangis Ibu Olivia masih menghiasi kamar tersebut.

Ayah Olivia menenangkan istrinya.

"Ayo, kita kembali ke kamarmu dulu. Olivia pasti akan sadar," ajak Ayah Olivia. Ibunda Olivia hanya mampu mengangguk dan meninggalkan putrinya.

"Terimakasih, Duke Chellion," ujar Ayah Olivia dengan nada sendu.

Duke Chellion mengangguk dan memberi salam.

Duke Chellion menaruh seekor anjing kecil di samping Olivia.

"Jaga anjing ini beserta, Nona Olivia. Jangan sampai mereka terluka," ujar Duke Chellion. Setelah itu ia mensugar rambutnya dan menatap tajam ke arah Arin yang nampaknya memiliki niat buruk.

"Dan untuk, Nona Arin. Bisakah anda menemui Baron Kenta? Beliau akan menjadi ahli sihir anda, dan anda tidak boleh membolos pelajaran dari Baron Kenta," kata Duke Chellion dingin.

Arin tersentak dan menelan ludah dengan kasar.

"I-iya, baik," ucap Arin tergugup.

Duke Chellion membaca sebuah mantra dan segera menghilang dari kamar Olivia.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang