Part 47 : Pasukan Acasia

1.8K 200 2
                                    


"Hmm, hanya sesuatu yang biasa," ujar Olivia dengan senyum tipis penuh makna miliknya.

Agatha menggembungkan pipinya. "Huh! Sepertinya detensi selalu tidak ada yang menyenangkan, benar?"

Olivia mengangguk setuju. "Ya, namanya juga hukuman. Mana ada hukuman yang menyenangkan," kata Olivia menyahuti.

Agatha tersenyum kecut. "Kau tahu, Olivia? Kemarin detensiku sungguh sangat amat buruk! Pengalaman yang tak terlupakan. Coba bayangkan! Seorang cantik dan anggun sepertiku harus menangkap ayam! Bahkan pakaianku jadi kotor. Hik! Apalagi tanah yang penuh kotoran ayam itu membuatku mual!" Agatha bercerita dengan menggebu-gebu. Seolah ia sudah memendam kekesalan ini sejak kemarin. Dan setelah ada tempat untuk meluapkannya, Agatha langsung menceritakan semua keluh kesalnya.

Olivia sedang membayangkan jika di atas kepala Agatha terdapat ayam dan gaunnya terkena kotoran ayam.

Olivia tersenyum kecil untuk menahan rasa ingin ketawanya.

Agatha memperhatikan ekspresi Olivia yang seolah menahan tawa membuat Agatha cemberut. "Aaaa ... Jangan tertawa, Oliv! Ini tidak lucu, hik!" Agatha memukuli pelan bahu Olivia dengan wajah memerah malu.

Olivia berdehem dan mencoba memasang wajah datar.

Namun, saat mengingat bagaimana di bayangannya bahwa Agatha sangat lucu saat menangkap ayam dan malah jatuh terkena kotoran ayam. Itu sangat lucu.

Ya, itu hanya imajinasinya saja tapi tetap saja lucu!

"Pffth! Hahahahaha, maaf aku tidak bisa untuk tidak tertawa, Agatha! Hahahaha, maaf ini sangat lucu," ujar Olivia sambil tertawa. Tawanya sangat merdu.

Rekor besar bagi Agatha dapat membuat es batu seperti Olivia tertawa seperti itu.



"Selamat pagi, murid-murid!" sapa Madam Popi dengan semangat.

"Pagi, Madam Popi," sambut para siswa.

Madam Popi mengenakan topi miliknya yang seperti penyihir, ia menulis di papan tulis.

Olivia menatap ke arah Madam Popi dengan senyuman ringan.

Madam Popi menepuk jubahnya yang kotor. "Baiklah anak-anak hari ini kita akan pergi berpetualang untuk mencari guardians. Kalian tahu apa itu guardians?" tanya Madam Popi sembari menatap ke seluruh penjuru kelas.

Olivia mengangkat tangan bersamaan dengan Arin.

Madam Popi tersenyum. "Baiklah, karena ada dua murid yang ingin menjawab silakan untuk maju ke depan!"

Olivia saling bertatapan dengan Arin, sedikit jengkel.

Olivia dan Arin berjalan ke depan dan berada di sisi masing-masing tubuh Madam Popi.

Olivia berada di sisi kanan dan Arin berada di sisi kiri.

Madam Popi menatap ke arah Olivia dan Arin bergantian, lalu tertawa renyah. "Menurut Nona Arin bagaimana? Tolong beritahu teman sekelas," pinta Madam Popi. Arin dengan bangganya berjalan ke depan dan berbicara dengan suara lantang.

"Guardians adalah pendamping animal yang harus kita dapatkan, guardians berfungsi sebagai pelindung dan cara mendapatkannya sedikit sulit, setelah mendapatkannya kita harus membuat kontrak darah agar guardians tidak bisa pergi dari kita." Arin kembali melangkah ke belakang dan membungkuk.

Madam Popi menganggukkan kepala setuju dan meminta seluruh kelas untuk bertepuk tangan.

Olivia dengan wajah datarnya hanya mengabaikan sikap bangga Arin. Sementara Arin menatap ke arah Olivia seakan mengatakan bahwa ia lebih unggul darinya.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang