Part 13 : Ciuman Di Pipi

26.1K 3.7K 300
                                    

"Haish! Menyebalkan!" ucap Olivia datar. Ia bingung harus berlari kemana. Tiba-tiba Olivia menemukan ide kejahilan untuk seorang Arin.


Olivia berhenti dan membuat Edward dan antek-anteknya berhenti.

"Arin!! Cepat pergi! Kau jangan bermain lagi! Ayo pergi!" ucap Olivia seolah-olah Arin-lah yang mengajaknya untuk menerobos ke Istana.

Para prajurit langsung berbalik dan menatap Arin yang tengah bersama sosok pangeran Audrey.

“Ahaha! Mampus kau,” batin Olivia bersorak.

Anggap saja ia memang telah jahil sejak di khianati oleh orang kepercayaannya.

Arin disana tergagap. Ia bingung mau berbuat apa.

Ia menatap Olivia ketakutan.

“S-sialan! Kenapa lagi jalang itu harus melihatku dan menyeretku kesini?! Sialan!” umpat Arin dalam hati.

Olivia tersenyum remeh melihat wajah Arin yang terlilah kaku seperti patung. Tanpa basa-basi ia berlari lalu menghilang di semak-semak.

Kesatria Edward dan prajurit lainnya segera menangkap Arin.

Audrey yang merasa kecewa karena gadis cantik berambut panjang tadi hilang segera cemberut.

Edward membungkuk. "Salam kepada cahaya kekaisaran, pangeran ke dua, Audrey." Audrey mengangguk.

"Pangeran, apakah anda mengenal gadis kecil ini?" tanya Edward memastikan, ia takut jika tiba-tiba saja ia menyeret paksa gadis kecil didepannya. Ia malah mendapatkan masalah.

Audrey berdecih. "Tidak, tangkap saja," ucap Audrey membuat jantung Arin seolah berhenti berdetak.

“S-sialan! Ba-bagaimana bisa orang sepertinya membuatku tertangkap? Dan dimana bocah sialan itu?!” Arin berteriak dalam batinnya.

Arin pun diseret oleh para prajurit. Edward memberi salam sebelum pergi membawa Arin. Audrey menghela nafas dan menatap ke sekitar semak yang di lewati oleh Olivia tadi.

"Dimana aku bisa bertemu gadis imut tadi? Huff, sudahlah. Aku bisa meminta kepada Ayahanda untuk mencarinya," ujar Audrey bingung. Setelahnya ia segera menghela nafas dan pergi dari tempat itu.

Olivia saat ini malah dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, sungguh.

"Aiya! Kenapa nenek tua ini malah jatuh dengan tidak bergaya seperti ini?" gumam Olivia pelan sambil memegangi pinggangnya yang terasa sakit.

Namun ia masih merasa empuk, seperti di atas kasur.

Tunggu.

Kasur?!

Olivia segera melihat ke bawah, dimana ia terjatuh setelah menggunakan sihir teleportasinya.

Namun ia malah terjatuh dengan tidak berdayanya di atas seseorang sebagai bantalannya.

Olivia mengerjab.

“Ya Tuhan! Nikmat mana lagi yang engkau dustakan,” batin Olivia berkata.

"Ekhem! Apakah sangat nyaman duduk di atas seseorang, Lady?" suara deheman dari seseorang yang Olivia duduki membuatnya tersadar dari lamunan dan langsung berdiri dengan tergesa-gesa.

Namun sialnya ia malah terpeleset dan jatuh lagi, kali ini lebih sial. Pipinya yang suci ternodai oleh bibir lelaki tampan ala-ala dewa yunani yang mencium pipi kanannya secara tidak sengaja.

“Ya ampun! Pipi nenek ini sudah tidak perawan!”

“Ugh! A-apa yang baru saja terjadi?!” ucap lelaki yang mencium pipi Olivia secara tidak sengaja.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang