"Baiklah... Ayo berbicara," ucap Olivia dengan nada serius dan wajahnya nenimbulkan guratan-guratan kecil yg menambah kesan imut padanya.Laki-laki tadi mengangguk, "of course, dengan senang hati... Lady Olivia," ucap laki-laki tadi dengan senyuman mempesona miliknya. Olivia menatap sekitar lalu ia segera berjalan dan berhenti sebentar dalam beberapa langkahnya. Ia melirik kebelakang dimana laki-laki tadi dan Medelin menatapnya dengan tatapan bingung dan menunggu.
Olivia melirik ke belakang, "ayo ikuti aku. Kenapa hanya diam saja. Dan, Medelin... Kita akan kembali ke rumah, tolong panggil paman kusir tadi." Medelin mengangguk walaupun dalam keadaan kebingungan. Sementara laki-laki tadi mengekor di belakang Olivia tanpa membatah sedikitpun.
Sepertinya... Bukan hari ini, aku dapat mendapatkan sekutu. Mungkin, besok? Huff, batin Olivia pasrah.
Sementara itu, tanpa di sadari. Sesosok bertudung hitam misterius tengah menatap sosok mungil Olivia yg tengah berada di samping laki-laki yg mirip seperti pengemis dalam pandangan sosok bertudung hitam tadi.
"Menarik, semoga kedepannya kau tidak mengecewakanku... Olivia," gumam sosok pria bertudung hitam tersebut, lalu tak lama setelahnya ia menghilang dengan efek asap hitam di sekitarnya.
Olivia tiba-tiba mengeryitkan dahi, ia merasa seperti sedang di awasi, namun saat ia menoleh kebelakang. Kosong, tidak ada siapapun.
"Apa hanya perasaanku saja?" gumam Olivia pelan. Laki-laki di sampingnya tersenyum, ia mendengar gumaman kecil milik Olivia.
"Nasipmu akan menja-." belum sempat laki-laki tadi berkata kepada Olivia, Medelin tiba-tiba datang beserta kereta kuda dengan lambang Ollion di bagian pintunya.
Olivia melirik ke arah laki-laki di sampingnya, "jangan berkata apa-apa. Setelah aku memberimu izin, baru kau boleh berbicara," ucap Olivia tegas. Manik matanya yg indah membuat siapapun pasti terbuai, namun berbeda ceritanya jika manik mata tersebut di lihat pada kala sang empu memberi tatapan datar, tajam atau mengintimidasi kepada seseorang.
Laki-laki tadi hanya mengangguk dan membungkuk sebagai rasa hormat, setelah Olivia memasuki keretanya dan di susul oleh Medelin. Laki-laki tadi ikut masuk dan duduk di depan Olivia juga Medelin.
Dalam perjalanan hanya keadaan senyap yg terasa, tidak ada perbincangan hangat, tidak ada candaan. Hanya hening yg mendominasi dalam kereta dengan berlambang Ollion tersebut.
Olivia lebih memilih untuk melihat keluar jendela dari pada menatap datar dan dingin kearah laki-laki asing yg sepertinya menyimpan segudang rahasia dan sejumlah info penting menarik menurutnya.
Olivia merasa, akan ada hal penting yang akan di sampaikan kepadanya lewat ucapan dari laki-laki yg ia temui itu. Walaupun ia tau bahwa hal ini memungkinkan lebih banyak resiko kerugian dari pada keuntungannya, namun yg namanya rasa minat tidak dapat di kalahkan hanya dengan kata-kata 'abaikan dia' atau kata 'mungkin firasatku salah' namun hati lebih mendominasi watak manusia. Sekali ia berminat maka tidak ada yg mampu menentang kecuali diri mereka sendiri.
Medelin menatap tidak suka kearah laki-laki di depannya, kenapa ia terus menatap dan tersenyum ke arah Medelin? Lama-lama Medelin bisa mati karena malu dilihat sedemikian rupa oleh laki-laki yang secara tidak langsung adalah penolong dan tamu dari Nona mudanya.
°
°
°
°
°"Apa yang kalian lakukan saja?! Dasar para pelayan bodoh!" teriak Arin membuat pelayan yg bersangkutan menjadi diam seribu bahasa. Mereka menunduk dalam diam.
"Kenapa kalian diam saja huh?! Jawab! Kenapa kalian tidak menuruti perintahku?! Aku ini Nona kedua di kediaman ini! Apapun mauku, kalian harus menurutinya. Atau-aku akan melaporkan kalian kepada Kak Olivia," ancam Arin yg membuat pelayan saling menatap satu sama lain sebelum menggeleng bersamaan. Mereka tidak mau menuruti perintah anak pungut dari keluarga Ollion, karena permintaanya sangat aneh.
Ia meminta untuk dimasakan bubur yg di mana nanti akan di campur dengan obat rahasia. Tentu saja mereka tidak mau, bisa-bisa mereka akan dipanggang oleh Tuan mereka, jika tau mereka bersekongkol atau membantu melancarkan rencana milik Arin.
Kepala Koki maju untuk berbicara dengan Arin. "Nona Arin, bukannya kami tidak mau menuruti perintah dari Anda. Namun, rencana Anda mungkin bisa membahayakan nyawa dari para pelayan yg membantu melancarkan aksi Anda," ucap Koki Chan dengan nada formal yg terkesan sangat sopan. Walaupun ia tau bahwa Arin hanyalah seorang anak angkat, namun karena Nona Olivia-nya yg telah membawa Arin. Maka ia juga akan memperlakukan Arin secara sopan, hanya karena Olivia.
Arin mencebik marah, "diam kau tua bangka! Memangnya apa nyawa kalian itu penting?! Kupikir kehilangan satu nyawa tidak akan berakibat terlalu buruk. Lagian itu hanya obat sakit perut, bukan racun yg ganas!! Kenapa kalian tidak mau membantuku." Koki Chan tampak tidak suka kepada omongan Arin yg seolah-olah merendahkan para pelayan, yg artinya itu juga berujung pada merendahkan dirinya.
Salah satu pelayan wanita dengan beraninya berbicara dan menatap tepat pada manik mata Arin. "Nona kedua, bukanlah anda sudah keterlaluan?! Nyawa pelayan juga sama pentingnya dengan kalian para bangsawan. Memangnya apa salah pelayan sehingga nyawa kami tidak penting di hadapan Lady seperti anda? Apa anda pernah berfikir dengan jernih sebelumnya? Apa perna-." belum sempat pelayan wanita tadi menyelesaikan ucapannya Arin sudah terlebih dahulu menampar wajahnya dengan sangat keras.
PLAKK.
"BERANINYA RAKYAT RENDAHAN SEPERTIMU MENATAP LANGSUNG KE ARAH KU?! APA HAKMU UNTUK BICARA SAAT MAJIKANMU JELAS-JELAS TIDAK MEMBERI IZIN?! HANYA UNTUK SEKEDAR BERBICARA BAHKAN SAMPAI MENATAPKU SAJA TIDAK BOLEH, BERANINYA KAU. AKUILAH BAHWA NYAWA KALIAN YANG RENDAH ITU MEMANG TIDAK PENTING!" teriak Arin menggelegar di dalam dapur, ia menatap tajam ke arah pelayan wanita tadi yg sempat berkata dengan lancangnya kepada dirinya. Wajah pelayan tadi nampak kusut, rambutnya yg semula rapi menjadi berantakan, bibirnya yg berwarna merah sedikit sobek ujungnya karena tamparan keras dari Arin barusan.
Arin mengangkat dagu dari pelayan wanita tadi, "siapa namamu?! Dan dari keluarga mana kau tinggal?! Orang-orang hina sepertimu memang harus di berikan hukuman, baru bisa patuh kepada majikan selayaknya seekor anjing penurut," ucap Arin meremehkan wanita pelayan tadi. Kata-kata Arin membuat para pelayan langsung membencinya. Siapa juga manusia bodoh yg akan tetap baik setelah harga dirinya di injak berulang-ulang, bahkan sampai titik terendah di mana nyawa dan kasta mereka sampai di bawa-bawa dan tidak di hargai sama sekali.
Koki Chan tidak ambil diam, ia langsung menentang Arin.
"Nona Arin! Anda sudah keterlaluan. Bagaimana bisa anda berkata seperti itu?! Walaupun kami dari kasta rendah, namun jangan lupakan juga asal anda. Kalau saja Nona Besar tidak membawa anda kedalam keluarga ini. Maka, kehidupan anda akan jauh lebih hina dari pada kami." Arin tidak suka, ia menampar laki-laki paruh baya tersebut dan menendang tubuh Koki Chan sampai beliau tersungkur di atas lantai marmer yg dingin.
PLAKK.
BRUGH.
"DIAM!" bentak Arin kepada Koki Chan. Ia menendang tubuh pria baya tersebut dengan keras. Bahkan para pelayan sampai di buat terkejut dan menatap tajam ke arah Arin.
"No-nona," ucap salah satu pelayan laki-laki tergagap kepada Arin. Sementarasang empu langsung menoleh dengan tatapan tajam.
"Bu-bukankah An-anda tidak seperti i-ini?" tanyanya dengan raut wajah takut.
Arin langsung menampar wajah dari pelayan laki-laki tadi dengan sangat keras.
Tiba-tiba suara pintu di dobrak dengan keras terdengar oleh indra pendengaran mereka.
BRAKKK.
"ARIN AS OLLION! APA YANG KAU LAKUKAN! SIALAN!" teriak Olivia dengan lantang.
°
°
°
°Hai semuanya! Maaf baru bisa up 2 chapter, namun sebagai gantinya saya membawa cerita baru yg di jamin bikin nagih, eits jan salah. Kali ini cerita saya berkisah tentang sekolahan bukan tentang fantasy seperti pada umumnya😻🙏.
Semoga kalian suka ya! Jangan lupa untuk men vote and koment. Follow akun saya juga ya! Terimakasihh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reinkarnasi Sang Permaisuri
FantasyKarya Asli. Terimakasih telah membaca~ Mohon bijak dalam berkomentar, menerima kritik dan saran pembangun! Olivia Autumnt Dell Ollion-sosok Permaisuri kejam dan terkenal egois. Berumur 40 tahun, telah memegang urusan harem di istana selama 25 tahu...