Part 20 : Matanya Sangat Cantik

21K 3.1K 107
                                    

"Tidak ada, ahhh ... Aku sudah lapar!" ujar Olivia berusaha ceria. Padahal ia tengah berusaha menahan hawa membunuh yang muncul dan menguar dari tubuhnya.





"Rupanya jalang itu ingin mencari masalah lebih awal denganku. Baik, aku akan mengikuti alur mu," batin Olivia dengan marah.

"Ayah! Ibu!" teriak Olivia cetar sekali. Ayah dan Ibunda Olivia segera mendekat ke arah anak mereka dan memeluknya erat.

Sang Ibu menangis dengan sesegukan. "Putriku! Jangan tinggalkan Ibumu ini lagi, Ibu tidak bisa hidup tanpa mu," ujar Ibunda Olivia dengan derai air mata. Dan tentunya pemandangan tersebut dilihat oleh seluruh maid dan juga Arin tidak terkecuali.

Setelah selesai acara memeluk dan menciumi Olivia. Mereka makan dengan tenang. Arlon sudah menjelaskan tentang dirinya lebih awal ke keluarga Olivia.

Dan ternyata kedua orang tua Olivia menerimanya dengan senang hati. Bahkan suatu kehormatan bagi keluarga Ollion di kunjungi oleh Matahari kekaisaran lain.

"Oh, iya. Bagaimana anda bisa mengenal putri kami, Yang Mulia?" tanya kepala keluarga Ollion terhadap Arlon.

Arlon mengusap mulutnya dengan pelan. "Saya pernah diselamatkan oleh, Lady Olivia. Dan, sejak saat itu saya menjadi teman sekaligus penjaga untuk, Olivia." Arlon menjawab dengan lancar. Bahkan auranya sangat berwibawa.

Arin berdecak lidah kesal.

"Kenapa Olivia bisa dekat dengan, Yang Mulia. Padahal seharusnya aku yang mendapatkan perhatian itu! Aku akan merebut Pangeran Arlon dari Olivia," batin Arin mengamuk.

Entahlah, dendam seperti apa yang membuat Arin menjadi anjing yang menggigit tangan majikannya.

Acara makan telah selesai dan mereka memutuskan untuk segera ke kamar untuk tidur.

Olivia terus menghitung waktu. Ia ingin sekali membuat Putra Mahkota itu menjadi sasaran harimau, kalau bisa jadi sasaran naga sekalian.

Jika ditanya dendam apa yang dimiliki Olivia, maka ia akan menjawab dendam darah yang akan dibalas dengan darah.

"Bagaimanapun juga aku akan mengubah masa depan," ucapnya di dalam kamar sendirian. Ia membuat catatan di atas kertas dan seolah tengah menyelami masa lalu.

Tok.

Tok.

Tok.

Olivia langsung menoleh ke arah jendela. "Siapa?" ujarnya tegas. Ia mulai mendekat ke arah jendela yang tertutup.

Karena malam hari terasa dingin, angin di luar balkon membuat jendela kamar Olivia terbuka.

Srakkk.

Tirai di jendela Olivia mulai terbuka ke arah samping dan memperlihatkan malam dan bulan yang indah.

Olivia melangkah lebih dekat. Walaupun ia hanya memakai gaun tidur yang berkesan lucu, sebenarnya seluruh gaun Olivia terdapat pisau lipat dan jarum beracun.

Namun, tentunya hanya Olivia yang tahu akan hal itu.

Angin menerpa wajah mungil Olivia. Rambutnya bergelombang seperti ombak yang mendayu-dayu.

Kulitnya yang putih terpancar dengan sinar bulan di langit. Ia nampak seperti seorang Dewi bulan.

Lalu, sekelibat bayangan muncul dan menampakkan seseorang.

"Kita bertemu lagi, gadis kecil," ujar bayangan tersebut dengan wajah yang tidak terlihat, karena posisi tubuhnya yang membelakangi bulan.

Olivia mengambil sikap siaga. "Siapa kau?!" ucapnya datar.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang