Part 24 : Jadilah Licik Untuk Orang Yang Licik

19.4K 3K 147
                                    

Bahkan asistennya yang menjaga di depan pintu merasa merinding karena tawa iblis dari mulut tampan Duke Chellion.

Dan kata-katanya sangat membuat otak traveling.






"Nona! Anda kemana saja? Duke Chellion tadi keluar dari dalam ruang belajar sendirian, dan saya panik setelah menunggu lama Anda belum datang!!" dan beginilah akhirnya. Amarah dari Medelin memasuki indra pendengarannya, seolah tidak ada malu. Medelin memarahinya habis-habisan di depan Andra-nya tersayang.

Hebat sekali Medelin ini.

Bahkan bagi seorang yang tidak tahu siapa Medelin dan siapa Olivia akan mengira bahwa Medelin adalah seorang majikan dan dia hanyalah seorang pelayan yang tidak patuh.

Ia menatap ke arah Leandra di sampingnya dengan wajah memohon bantuan.

"Ekhem. Maaf, Lady. Tadi saya yang mengajak Lady Olivia untuk menemui saya," jelas Leandra sembari tersenyum hangat ke arah Medelin. Dan ajaibnya Medelin langsung terdiam dan melongo mengetahui bahwa tidak hanya Olivia dam dirinya yang berada ditempat tersebut.

"Ah! Maafkan atas kelancangan saya, Tuan Muda Swano. Semoga kebahagiaan selalu mendampingin Anda," sapa Medelin sambil memberikan hormat. Leandra terkekeh dan mengangguk.

"Tidak apa-apa. Jangan salahkan Olivia, ya?" pinta Leandra dengan wajah imut. Medelin langsung saja mengangguk antusias dan menatap ke arah Olivia dengan tatapan berbinar.

"Baiklah, aku pergi dahulu, Olivia. Sampai jumpa," ujar Leandra yang mendapat anggukan kepala dan acungan jempol dari Olivia. Leandra mengangguk dan terkekeh, ia juga sempat mengelus rambut Olivia.

Setelah kepergian Leandra. Medelin baru saja ingin menambah ceramah untuk Olivia. Namun, sayangnya gadis kecil itu telah pergi menggunakan sihir teleportasi.

"Dasar, Nona itu!" kesal Medelin. Tampaknya kali ini Olivia terbebas dari ceramah panjang milik Medelin yang mirip Ibu-ibu komplek yang membicarakan acara kocokan nama.

"Akhirnya aku bisa lolos dari Medelin. Terimakasih kepada Andra yang masih manis dan mengerti isyarat tatapan memohon ku," gumam Olivia. Tak lupa ia juga menempatkan salah satu tangannya di dada dan sesekali menengok ke arah jendela luar dimana terpampang Medelin yang tengah mengomel sendiri.

"Hufft ... Akhirnya aku bisa bernafas. Wajah Medelin terlihat sangat galak seolah ia bisa melahap ku kapanpun," ujarnya bermonolog. Olivia berjalan ke arah kasur dan melemparkan tubuhnya dengan ringan.

Olivia menutupi wajahnya dengan salah satu lengan tangannya.

Tak berselang lama akhirnya Olivia pun tertidur. Gadis itu terlelap nyaman tanpa tahu nasib apa yang akan menyapanya besok. Entah itu nasib baik ataupun nasib buruk.

"Nona! Saatnya bangun dan bersiap untuk memesan gaun," ujar Medelin sambil mengusap dahi Olivia. Sang empu merasa nyaman dan semakin tidak ingin lepas dari kasurnya dan mimpi indahnya.

"Nona! Ayolah, kapan Anda akan bangun," ucap Medelin mengeluh. Merlin mulai menarik selimut yang dipegang erat oleh Olivia, ia berusaha untuk membangunkan majikannya lagi.

"Ng." Olivia menggeliat kesal karena selimutnya di tarik paksa oleh Medelin. Olivia akhirnya melemparkan salah satu bantalnya kepada Medelin.

"Diamlah!" ucap Olivia kesal. Setelah itu ia tertidur lagi dengan nyaman.

Pluk.

Sementara Medelin yang terkena lemparan bantal milik Olivia langsung berwajah gelap. Jika dia menjadi salah satu tokoh komik, pasti aura hitam dan tanduk juga ekor iblis telah melekat di tubuhnya. Jangan lupa juga latar bertuliskan 'Groa' di belakang punggung Medelin.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang