Part 23 : Bersama Andra

19.9K 3.1K 208
                                    


Andra, andai aku memiliki harem, pasti kau akan ku jadikan selir kesayangan ku,” batin Olivia mengada-ngada.

°
°
°
°
°
°

"B-baik, semoga tidak menyusahkan Anda, Tuan Leandra," ujar Olivia sedikit canggung. Ia tidak tahu harus membuat metode apa untuk berbicara dengan sosok Leandra yang bahkan tidak mengenalnya.

Ia rindu dengan sosok yang terus berada di sampingnya itu.

Hati Olivia sakit.

Ia ingin menangis saat melihat Leandra menentang keluarganya hanya untuk membela sosoknya yang akan di hukum oleh Kaisar.

"Nona, tampaknya Anda tidak senang dengan kehadiran Saya, ya?" tanya Leandra dengan nada lirih. Padahal ia tengah berusaha untuk mengenal lebih dalam sosok Olivia. Tapi, tampaknya ia terlalu terburu-buru dan bersemangat.

Olivia tersentak. "Ah, maafkan Saya. Tadi, Anda berkata apa?" ujar Olivia yang baru sadar dari lamunannya.

"Saya bertanya, apakah Anda tidak nyaman dengan sikap Saya yang terlalu ... lancang?" tanya Leandra yang diakhiri dengan kalimat lirih. Olivia langsung menggeleng dan melambaikan kedua tangannya dengan gugup.

"B-bukan! Maafkan Saya. Saya terlalu banyak melamun. Maafkan Saya, Tuan Leandra." Leandra diam-diam tersenyum dan mengangguk.

Olivia menatap ke bawah dan merasakan matanya mulai memanas. "Hiks ... Hiks...." isakan kecil mulai terdengar dari bibir mungil Olivia. Entahlah mengapa ia menjadi sedikit sensitif hari ini.

Tapi itu tidak bisa ter-elakan lagi.

Perasaan semua orang yang penuh penyesalan pasti akan berakhir seperti Olivia.

Bayangkan saja. Kalian berada di posisinya yang dahulu buta akan cinta. Kalian menyia-nyiakan seseorang yang selalu ada untuk kalian.

Apakah hati kalian tidak sakit saat orang itu mengorbankan saat-saat terakhirnya untuk kalian?

Apakah dada kalian tidak akan terasa sesak? Saat kalian menyadari kesalahan kalian ... Semua itu telah menjadi penyesalan yang tidak bisa di tebus.

Kalian merasakan sakit di dalam hati kalian. Kalian akhirnya mengingat bagaimana dia yang selalu ada, selalu menghibur, selalu memberi sandaran kepada kalian.

Dia yang polos, dia yang nakal, dan tawanya yang menghiasi hari kalian.

Bukankah rasa sesak itu akan menghantui seumur hidup? Penyesalan itu akan terus timbul saat kalian tidak sengaja mengingatnya.

Itu yang Olivia rasakan. Saat ia ingin memeluk laki-laki itu, tapi waktu telah melenyapkan sosok hangat itu. Lalu apa yang bisa ia lakukan? Memeluk udara yang hampa?

Tentu saja tidak bisa. Yang bisa Olivia lakukan hanya mencoba dan berandai-andai jika ia bisa mengulang waktu, ia berjanji akan menjaga laki-laki rapuh dan hangat itu.

Dan sekarang Olivia mampu mengulang semuanya. Walaupun rasa syukur dan bahagia tidak lepas dari perasaannya. Tapi apakah kalian tahu? Melihat wajah yang dahulu bercucuran darah sekarang tengah berada di sampingnya dan tersenyum bagaikan tidak ada sesuatu yang terjadi.

Rasa bersalah Olivia semakin membesar. Bahkan tanpa sadar ia menangis dan terisak pelan.

"Nona, kenapa Anda menangis? Apakah ucapan Saya membuat Anda sakit hati? Saya sungguh minta maaf," kata Leandra dengan wajah bak anak anjing. Wajah yang selalu Olivia tangisi. Bahkan setelah Leandra meninggal selama 1 bulan, Olivia selalu berkunjung ke kamar Leandra. Ia akan menangis dan memeluk seluruh pakaian peninggalan Leandra.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang