Part 34 : Mantan Baj*ngan!!

14K 2K 117
                                    

Leandra malah semakin gencar menggodanya dengan mencubit-cubit pipi bakpao milik Olivia.











Olivia mendapatkan seragam yang lumayan berbeda dari yang lainnya, mungkin karena dia merupakan bangsawan dengan kedudukan yang tinggi.

Olivia mendapatkan baju kemeja panjang berwarna putih, dengan gaun setelan bawah berwarna biru tua dan kemeja berwarna hitam senada dengan setelan topinya.

Jangan lupakan dasi miliknya yang menyerupai anak laki-laki, memang seragam akan disesuaikan dengan karakteristik dan kedudukan dari murid tersebut.

Maka murid dengan status rendah sudah bisa dibayangkan berpakaian seperti apa? Jika dikatakan jelek, bukan jelek. Namun jika di sebut menawan, bukan menawan.

Mungkin kata yang tepat adalah sederhana namun mengesankan, mereka akan memakai seragam berwarna oranye dengan dasi kupu-kupu berwarna merah terang.

Olivia sangat puas dengan seragamnya, karena dulu dia memakai seragam yang berwarna violet, menandakan dia seorang Putri Mahkota, dan kemana-mana kaki melangkah akan terdapat bisik-bisik iri dan cibiran untuknya, namun sekarang semua itu pasti tidak akan ia dapatkan lagi.

Dulu Olivia memakai dasi kupu-kupu, dan itu membuatnya terlihat cupu, Olivia lebih menyukai seragamnya yang sekarang, elegan dan terkesan dingin.

Oh, ya. Olivia sampai lupa dengan elemen yang ia miliki.

"Apa aku coba saja?" gumam Olivia kepada dirinya sendiri.

Lalu ia berjalan ke arah jendela dan memejamkan matanya, sesaat sebelum ia membuka mata terdapat kilatan api di dahinya.

Ia mengeluarkan kekuatan api, api milik Olivia berwarna violet dan biru tua. Dia bisa mengubahnya sesuai energi yang ia gunakan. Sungguh luar biasa.

Untuk mempelajari sihir seperti ini membutuhkan waktu yang lama, dan Olivia menjalani tes dan kerja keras yang sangat sulit, bahkan jika ia kehilangan semangat, kekuatannya akan memberontak dan menghancurkan fisiknya secara perlahan.

Tapi sekarang berbeda, ia sudah menjalani ini untuk kedua kalinya, dan Olivia merasa kekuatannya semakin dahsyat.

Pohon yang Olivia bakar segera menjadi beku setelah Olivia berkonsentrasi dan mengeluarkan bola salju dari tangannya.

Hanya dengan satu bola salju pohon yang tadinya terbakar oleh api panas menjadi beku, seakan sedang musim semi di sana.

Olivia terkekeh. "Ternyata kekuatanku masih sama, bahkan lebih hebat dari sebelumnya. Apa ini yang dimaksud oleh Arlon? Ah, tapi biarlah ... Toh selama tidak membahayakan keluargaku, aku akan diam saja," ucap Olivia bermonolog. Ia berjalan menjauhi jendela, namun sebelumnya ia sempat membuat pohon tadi seperti semula, seolah-olah tidak pernah terbakar dan membeku.

Olivia merebahkan tubuhnya di kasur besar miliknya.

Lalu ia memejamkan mata dan setelah membuka mata, warna irisnya menjadi berwarna merah tua.

Olivia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, lalu ia tersenyum remeh menatap ke sekitar kamarnya.

"Ck, ternyata ada hama yang memasang sampah di kamarku? Bosan hidup, ya?" tanya Olivia entah kepada siapa. Padahal jelas-jelas kamar itu sunyi dan hanya ada dirinya seorang. Namun, seakan matanya dapat menembus sesuatu dan mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak diketahui.

Olivia berjalan ke arah meja dan membuka salah satu laci, di sana terdapat belati dan alat-alat tajam lainnya, entah kapan ia mempersiapkan hal itu. Padahal seharusnya di asrama tidak ada benda-benda tajam seperti itu. Olivia mengambil belati dan menancapkan-nya ke atas lemari, dimana terdapat dekorasi bunga.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang