Part 41 : Danau Hitam

6K 981 40
                                    

"Olivia, a-apakah di sini tidak berbahaya? Harusnya kita mencari yang mudah saja, 'kan?" ucap Agatha dengan nada bicara yang gemetar. Olivia tersenyum kecil.

"Aku sudah menghitung peluang yang akan kita dapatkan. Tebak, jika kita mengambil alih tugas kelompok satu, kita harus berperang dengan kalajengking raksasa untuk mendapatkan tanaman Bulan Biru. Sementara itu akan sangat melelahkan dan tidak cocok untuk kita para gadis muda...." Olivia berbicara sambil menatap ke arah mata Agatha. Sementara gadis berambut merah muda itu semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Olivia.

"L-lalu kelompok dua?" tanya Agatha.

Olivia mengusap kepala Agatha untuk memberikan rasa nyaman. "Sementara jika kita mengambil alih tugas kelompok dua untuk mencari Bintang Angkasa itu lumayan sulit untuk dikerjakan. Karena tempatnya berada di antara dua tebing besar yang susah untuk dilalui manusia." Olivia menjelaskan dengan rinci. Ia memang sudah menghitung semua peluang yang bisa dengan cepat ia lakukan, namun di depan kelompok ia terlihat adil walaupun sebenarnya ia memilih pilihan yang lebih mudah, cepat, dan praktis untuk dilakukan.

Saat ini Agatha dan Olivia sedang berjalan kaki melewati sungai dan rawa-rawa yang berada di Hutan Kegelapan. kenapa hutan ini disebut dengan Hutan Kegelapan? Karena saking rimbunnya pepohonan yang ada, dan kicauan gagak yang samar-samar terdengar di telinga.

Karena itu juga, cahaya matahari sulit untuk masuk ke dalam, dan suasana hutan sangat gelap, hanya jalan setapak buatan yang terlihat karena telah diberi mantra penerang.

Olivia di kehidupan lalu pernah masuk ke dalam hutan ini, dan di sini ia dibohongi oleh  salah satu pelayan. Untuk bertahan hidup, Olivia harus membunuh dan tidur tidak lebih dari 15 menit, karena bahaya yang selalu mengintai.

Tapi, entah kenapa saat ini tidak ada sama sekali hewan-hewan buas ataupun sihir jahat yang datang kepada Olivia. Membuat gadis itu banyak berpikir.

Sementara itu di tempat lain....

"Uhuk! Heukh ... Jangan melukainya!"

Darah merembes keluar dari dalam tubuhnya. Gadis manis penyuka kue itu terlihat lemah, namun matanya memperlihatkan tekad yang kuat.

Saat tubuh kecilnya hampir tumbang, ada sosok laki-laki yang menyentuh tubuh mungil tersebut. "Bodoh," bisik orang tersebut.

"Chisan, kau bodoh. Bagaimana jika kau terbunuh?! Jangan berpikir bahwa kau sekarang merupakan manusia setengah robot, hidupmu bisa diisi ulang dengan daya baterai. Tidak semudah itu!" ujar laki-laki tersebut dengan nada marah, namun berbeda dengan pancaran matanya yang menatap sayang ke arah Chisan. Ya, gadis kecil itu Chisan.

Masih ingat saat Chisan terluka setelah pergi beberapa hari dari Olivia.

Ya, saat itu ia membasmi hama-hama masa lalu yang merepotkan Olivia. Chisan ingin jalan yang ditempuh Olivia penuh bunga, ia juga tidak mengapa. Karena Ayahnya, sang Profesor memberikan misi ini padanya.

"V-urlo, a-aku baik-baik saja. Heukh!" Chisan menatap ke arah laki-laki yang memiliki wajah seperti Varlon.

"Bodoh," jawab Vurlo.

Vurlo merupakan agen dari departemen yang dipegang oleh Profesor. Ia merupakan sahabat dari Chisan. Sebenarnya Varlon yang asli sedang ditidurkan, dan Vurlo mengambil alih fungsi tubuh Varlon untuk  sementara.

"Vurlo, tolong basmi sisanya," ujar Chisan dengan mata yang mulai menutup. Vurlo menopang tubuh Chisan, ia memindahkan tubuh itu ke dalam kapsul tabung berisi cairan energi. Lalu Vurlo menghabisi hewan yang masih tersisa.

"Olivia, lihat! Itu, danaunya sudah terlihat di depan mata!" ujar Agatha dengan wajah sumringah, ia terburu-buru untuk mendekat ke arah danau.

"Tunggu." Olivia menahan tubuh Agatha menggunakan tangannya yang di hadang kan di depan tubuh Agatha. Gadis berambut pink itu berhenti dan menoleh ke arah Olivia.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang