Part 8 : Peramal Shifin

29.8K 4K 53
                                    

Leandra tampak berpaling dan tak sengaja bertatapan mata dengan Olivia. Ia pun tersenyum malu dan pergi.

Sementara Olivia hanya mampu menggeleng seperti biasanya, namun yg tidak disangka. Arin berpikir bahwa Leandra tersenyum malu melihatnya, padahal bukan ia yang diperhatikan.

Kereta kuda berjalan dengan cepat menuju kediaman Ollion.

Olivia duduk di samping sang Ibunda, dan juga dekat jendela.

Ia menopang dagu dengan tangannya dan mengarahkan pandangannya ke arah luar.

“Apa yang harus kudapatkan dahulu? Kepercayaan atau—kekuasaan. Hufft, untung saja aku dulu pernah belajar cara bertahan hidup. Jika tidak, mungkin, aku akan menjadi Olivia sang boneka dari Arin sang anak pungut keluarga Ollion, lagi. Untung dulu aku merelakan di tawan oleh bangsawan Europe sehingga aku bisa mempelajari segalanya di sana,” batin Olivia dalam kediamannya.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


"Nona, mari bangun dahulu," sapa Medelin ramah. Ia melakukan tugasnya dengan baik, Olivia menggeliat dalam tidurnya.

Ia terbangun dan tersenyum, "pagi Medelin. Tolong siapkan air hangat untukku mandi, ya." Olivia memerintah selayaknya seorang ratu, tegas dan kokoh.

Medelin tersenyum geli, lalu ia mengangguk. "Baik nona, segera pelayan ini laksanakan." setelah Medelin pergi, Olivia segera bangun dan keluar untuk melihat pemandangan dari balkon kamarnya.

Ia membuka pintu balkon yg terbuat dari kaca dengan perlahan. Angin menerpa wajahnya, rasanya segar dan harum.

Tentu saja harum, sebab di balkon Olivia terdapat berbagai tanaman hias, entah itu daru jenis camellia, mawar, lily, alamanda, amarilis dan lain sebagainya, yg pada waktu ini sangat mahal harganya.

Olivia menghirup perlahan aroma dari bunga-bunga tersebut, "huhh... Nyaman, seperti dulu namun dengan jiwa yang berbeda dalam menikmatinya." Olivia duduk pada kursi yg telah khusu disediakan di balkon kamarnya.

"Hem... Sebentar lagi academy akan dimulai. Semoga aku tidak bertemu 'dia' . Aku bersumpah akan membuatnya menderita bila berani menunjukkan batang hidungnya di hadapanku," gumam Olivia kepada dirinya sendiri. Siapa lagi yang dimaksud dengan sebutan 'dia' kalau bukan putra mahkota. Atau, bisa disebut juga mantan suami dari Olivia.

Tiba-tiba suara Medelin menjangkau indra pendengaran Olivia.

"Nona! Aiya. Anda seperti bidadari saja." Medelin bergurau sambil menatap berbinar kearah Olivia, sementara Olivia hanya mampu tersenyum tipis ke arah Medelin.

"Aku bukan bidadari," ucap Olivia sambil tersenyum hangat. Medelin menggeleng dan tertawa.

"Baik nona manis, silakan masuk dan bersiap untuk berjalan-jalan. Bukankah hari ini anda ingin mengunjugi toko kue di alun-alun kota?" Olivia mengangguk antusias seolah-olah ia benar-benar tertarik. Namun sebenarnya ia hanya ingin mencari sekutu, bukan untuk sekedar mencicipi sebuah kue.

Saat Medelin sudah menjauh dari indra penglihatan Olivia. Gadis itu tersenyum smirk dan berkata layaknya seorang pshycopath. "Aku bukan bidadari—namun aku adalah malaikat pencabut nyawa bagi mereka yang telah membuat hidupku sengsara." setelah mengatakan hal tersebut, ia kembali menormalkan emosinya dan mengganti dengan senyum tipis dan tampang polos bak malaikat miliknya. Itu semua membuatnya terlihat seperti, bukan dia yg berkata hal menakutkan tadi, seolah smirk yang ia tunjukkan tadi hanyalah sebuah ilusi semata.

Olivia menyelesaikan ritual mandinya dengan cepat, hari ini ia memakai gaun selutut dengan renda bunga pada ujung gaunnya. Ia sengaja memilih warna gaun pink, agar ia tidak terlihat berbahaya. Padahal tanpa melakukan hal tersebut, Olivia sudah sejak lama terkenal imut. Namun dulu karena ia sangat pongah, manja, dan keras kepala. Ia menjadi gadis yang memaksa untuk segera dewasa. Sehingga ia tidak disukai para bangsawan, bahkan imagenya sudah hancur dulu, kalau saja dia bukan permaisuri pasti dia akan di injak-injak harga dirinya oleh rakyat dan bangsawan.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang