Part 49 : Siren

509 40 7
                                    

Olivia merebahkan tubuhnya, ia mengambil snack di ruangan miliknya.

Setelah ingatan kembali, semua hal yang berkaitan dengan jari emasnya kembali. Ia mempunyai ruang hampa yang menyimpan makanan juga kebutuhannya.

Olivia membuka snack dan memakannya. "Ayah Profesor gimana ya kabarnya? Pengen makan rendang deh. Chisan emang sialan deh, tau aku belum dapet guardians malah ditinggal. Biadab betul, " kata Olivia dengan bahasa modern.

Tiba-tiba suara lolongan serigala terdengar. Olivia terkejut, walaupun ia punya kekuatan tapi sekarang ingatannya sedang kacau dan pikirannya sedikit ngebug.

"Bentar, caranya makai kekuatan gimana ya? Pake mantra kah? Aduh, kebanyakan nonton Hora Pottah nih jadinya bingung kan mantranya gimana. " Olivia memukul kepalanya pelan.

Datanglah segerombolan serigala dengan wajah bengis.

Olivia menggigit bibirnya. "Aku masih pengen ketemu Ayah loh! Ini gimana caranya make kekuatan kok aku lupa! Ayah!" wajah Olivia sangat tertekan. Dia berusaha mengingat cara menggunakan kekuatan miliknya.

Lalu karena sudah pasrah, ia mengambil pistol di dalam ruang hampanya. "Baiklah, let's play the game bitch!"

Olivia mengambil ancang-ancang dan para serigala menyerangnya bersamaan. Ia menghindar dengan sangat gesit.

Lalu ia mengarahkan pistol ke arah kepala para serigala dan terdengar suara tembakan.

Dor!

Dor!

Dor!

Burung-burung berterbangan dari pepohonan. Olivia berlari maju dan menambah serigala berwana hitam yang berbeda sendiri dengan serigala yang lain.

Olivia merasa peluru di pistolnya habis.

"O-ow," ucapnya pelan dengan wajah tersenyum konyol.

Ia mengambil langkah mundur dan terus tertawa kecil. "Hahaha, bukankah kita teman, kawan? Ayolah, dagingku tidak enak, alot, lagipula aku udah tua juga," kata Olivia dengan wajah panik.

Saat salah seekor serigala ingin menerkam Olivia, ia jatuh ke dalam danau.

Olivia membelalakkan mata!

Ia Thalassophobia!

Ia takut air, lebih tepatnya yang ada di dalamnya.

Seperti monster atau apalah itu.

Olivia merasakan tubuhnya terjatuh ke dalam dinginnya air danau yang berwarna hitam.

Sosoknya yang kurus tenggelam begitu saja, ia tidak tahu harus berpegangan dimana.

"Sial, harusnya aku belajar berenang sejak dulu," batin Olivia menggerutu.

Beberapa saat setelahnya kegelapan menyapa.

Olivia merasa tubuhnya serasa diangkat oleh seseorang, bibirnya terasa seperti dibungkam oleh sesuatu.

Olivia memaksakan untuk membuka matanya sedikit, namun hanya ada bayangan yang terlihat.

Sosok berambut pendek, ada sesuatu dibawah, ada sesuatu yang menyapu kaki Olivia.

"Ploaff... Umm." mencoba berbicara tapi terlalu banyak air. Tenggorokannya terasa sakit, hidungnya perih dan matanya tidak bisa melihat apapun.

Uhuk!

Uhuk!!

Hokkkk!

"Manusia memang menyusahkan," gumam pelan.

Olivia perlahan mengeluarkan air dari mulutnya. Sepertinya ia kembung karena terlalu banyak menelan air.

Olivia perlahan membuka matanya, sangat perih. Rambutnya yang panjang juga basah kuyup.

"Gue kira bakal mati untuk ke-empat kalinya, sumpah!" Olivia mengucapkan bahasa modern yang membuat empu lain disana menatap aneh ke arah gadis itu.

Olivia menatap sekitar dan kaget sekaget kagetnya, takut! Ia melihat ekor, tapi badan atasannya manusia, tapi ada taringnya.

"I-ikan?"

Empu lain itu menonyor kepala Olivia. Berdesis, ia ingin sekali menggigit kepala gadis muda yang cantik itu.

"Tidak tahu terima kasih," bisiknya pelan, dan menatap tajam Olivia.

Olivia melongo, ia takut dengan makhluk di depannya, memang tampan tapi sangat galak dan menakutkan!

Olivia langsung tersadar, ia lupa bahwa dirinya masih di dunia peradaban lama.

"Oh, maaf atas ketidaksopananku, terimakasih atas bantuannya, jika bukan karenamu aku pasti sudah mati," ujar Olivia dengan tulus, ia benar-benar berterimakasih. Entah karena Olivia telah ingat masa lalunya juga di dunia modern, dia semakin bisa terbuka dengan orang lain, seperti punya kepribadian lain.

Ryne atau Olivia di masa depan punya pemikiran cemerlang, licik, namun dia terlihat ramah, bisa didekati namun tidak bisa ditebak. Ia menggunakan senyuman ramah dan wajah polos untuk mengetahui rencana lawannya.

Sangat berbeda dengan kepribadian Olivia asli atau sang Permaisuri, dia sangat dingin, seperti seluruh tubuhnya dipenuhi duri, dan tidak ada kata baik hati dalam kamusnya. Ia lebih suka memusuhi banyak orang daripada harus berpura-pura baik.

Empu yang memiliki ekor ikan itu mengangguk. "Ya, lagipula bagaimana manusia biasa sepertimu sampai di hutan terdalam ini?" bertanya dengan penasaran.

Olivia mengerutkan dahi, agak pusing.

"Aku berusaha mencari Guardians," ucapnya dengan sedih dan kesal.

Olivia membuka mulut kembali, "aku bingung, sampai sekarang belum menemukan. Ngomong-ngomong... kamu ini apa?"

Sang Empu memainkan rambut Olivia.
"Siren, namaku Aln, aku bisa menjadi guardians mu, jika kamu mau," tawar Aln—siren licik dari air gelap terdalam.

Olivia mengernyitkan dahi, agak bingung dengan tawaran Aln, dia sangat aneh, seperti anak licik yang punya siasat lain.

Olivia baru pertama kali melihat Siren dalam hidupnya, siren dan mermaid berbeda. Siren lebih ganas, cerdik, licik, dan mereka sangat mementingkan harga diri yang setinggi langit.

Aln terus memainkan rambut Olivia yang basah.

Olivia menghela nafas, "baiklah, Aln. Namaku, Olivia, maukah kamu menjadi guardians ku?" Olivia menyodorkan tangannya kepada Aln.

Aln menerimanya dan menarik leher Olivia mendekat, ia menggigit leher Olivia dan tanda di dahi Aln muncul.

Olivia terkejut, ia pikir hanya butuh untuk berjabat tangan dan mengambil sempel darah keduanya.

Ini sangat diluar prediksi gadis itu.

Leher Olivia dilumuri darah, ada 2 titik hitam yang terpampang di leher cantik Olivia, bekas luka menghilang.

"Itu sakit sekali kalau boleh jujur," ucap gadis itu sembari mengerucutkan bibir kesal. Setidaknya bilang dulu, begitu pikirnya.

Aln menampilkan wajah datar dan menggedikkan bahunya pelan.

Aln adalah Siren legenda yang sudah lama punah, dia punya rambut berwarna pirang, rambutnya pendek, warna kulitnya pucat, dia memiliki ekor  yang panjang berwarna hijau gelap, ia memiliki sisik yang lebih mirip ular daripada ikan. Dia sangat cantik sekaligus menakutkan.

Beberapa saat setelahnya Aln berubah menjadi manusia dan pergi keluar dari hutan bersama Olivia.

"Olivia?" Agatha sangat khawatir kepada temannya itu.

Agatha langsung memeluk Olivia, gadis berambut pink itu menangis.

Olivia memeluk Agatha dengan pelan.

"Hei, aku baik-baik saja," ucap Olivia menenangkan temannya itu.

Agatha menatap marah ke arah Olivia. "Kamu bilang akan keluar dengan cepat! Aku benar-benar takut kamu kenapa-kenapa."

Olivia ingin sekali menutup telinganya, malas mendengarkan ceramah Agatha.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang