Part 40 : Mari Baku Hantam

11.6K 1.7K 186
                                    

Rose dan Diana menggertakkan gigi kesal karena bahan ejekan mereka malah masuk ke kelas berbakat.





"Kenapa Guru memanggilku?" tanya Olivia sembari menggembungkan pipinya dan memberi tatapan marah ke arah Duke Chellion.

Duke Chellion duduk dengan santai, ia membuka rompi hitamnya dan melanjutkan dengan membuka kemeja putih panjang miliknya.

Olivia diam-diam mengalihkan arah pandangannya ke arah lain.

"Ekhem." deheman Olivia membuat Duke Chellion tersenyum samar.

"Oh, aku lupa. Silakan duduk," ucap Duke Chellion dengan wajah terkejut, seolah ia baru menyadari kehadiran Olivia.

Olivia memutar bola matanya malas.

"Guru, tolong serius! Kenapa kau memanggilku?" Olivia duduk dengan gaya satu kaki diangkat ke atas kakinya yang lain. Lalu tangannya di silangkan didepan dada, sangat arogan kelihatannya.

"Tidak apa-apa, hanya ingin melihat muridku yang menjadi kurus seperti kastanya," jawab Duke Chellion sembari menghela nafas. Lalu ia memberikan tatapan polos ke arah Olivia.

Gadis itu memerahkan wajahnya, bahkan sampai ke akar-akar telinganya.

"Siapa yang Guru sebut kastanya?!" Olivia marah.

Tapi di mata Duke Chellion ia hanya semakin terlihat menggemaskan.

Duke Chellion hanya menggerakkan bahunya ke atas pertanda ia tidak tahu.

Olivia menghela nafas.

Memang menanggapi orang seperti Duke Chellion ini merupakan sebuah misteri.

Untung saja Duke Chellion merupakan seorang guru, jika sesama murid, maka sudah dipastikan habis dia di ajak baku hantam dengan Olivia.

Duke Chellion memberikan surat kepada Olivia. Gadis itu membacanya dan wajahnya terlihat tertegun, aneh memang.

Duke Chellion POV.

Hari ini aku berniat untuk memberikan kejutan kepada muridku, ya kalian pasti tahu. Siapa lagi kalah bukan Olivia Autumnt Dell Ollion. Nama yang cantik dan indah, bukan?

Entah kenapa aku bisa tertarik kepada anak kecil sepertinya, padahal kalau dilihat ia tidak seberisi seperti wanita-wanita pada umumnya, bahkan ia terlihat konyol.

Tapi entah kenapa aku merasa dia konyol dan manis, ingin rasanya mengurungnya dan membuatnya menyebutkan namaku setiap waktu.

Hm, ide itu boleh juga.

Hahaha, mungkin aku sudah gila karena memiliki pikiran seperti itu kepada anak dibawah umur.

Lantas bagaimana lagi? Dia terlaku manis untuk diabaikan.

Rambutnya yang lembut dan berbau sampo.

Tawanya yang terdengar manis dan renyah.

Senyumnya yang melebihi cahaya matahari.

Semuanya tentang dia, aku menyukainya.

Ingin rasanya lahir bersamaan dengannya, agar umur yang merepotkan ini tidak membuatku merasa rendah diri.

Tentunya dia seperti kupu-kupu diantara para bunga. Dengan kepakan sayapnya yang indah, para bunga sampai bersenandung dan menginginkannya.

Maka, aku akan menjadi lebah.

Lebah kejam yang akan memilikinya dan akan membuatnya menjadi milikku.

Hari ini merupakan tes, aku ingin lihat bagaimana dia menunjukkan kekuatannya.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang