Part 39 : Kacang Lupa Kulit

9.7K 1.6K 149
                                    

Prosesor Snap tersenyum dan membetulkan kaca matanya. "Baiklah murid-murid semua, waktunya menuju tempat tes berada." Lalu setelah mengatakan hal tersebut. Para murid di dalam ruangan segera berteleportasi ke lapangan dimana tes kekuatan dilakukan.






Para murid tahun ajaran pertama bersorak saat mereka berpindah ke lapangan yang luas, dan di masing-masing pos sudah terdapat penguji yabg bertugas pada ujian kali ini.

Tak luput juga para anak murid kelas 2 dan 3 ikut menonton ujian tersebut, walaupun mereka melihat di atas gedung, tepatnya di luar kelas mereka masing-masing.

"Hei, pangeran. Bagaimana menurutmu? Apakah, ada kejadian yang menarik nantinya?" tanya seorang pria berambut merah menyala dengan iris mata berwarna hijau zamrud. Lelaki dingin disebelahnya hanya menggedikkan bahu acuh.

Ia hanya malas berada di kelas, karena para gadis-gadis selalu menanyainya, atau hanya sekedar mencuri pandang.

"Ah! Kenapa denganmu, pangeran? Hish, kau tidak seru," kata lelaki berambut merah tersebut. Namun saat merasakan aura dingin ia langsung meminta maaf kepada lelaki berwajah dingin yang dipanggil pangeran tadi.

Kepala sekolah datang dan menaiki podium kecil yang disediakan di pos uji kekuatan, dia memakai tuxedo berwarna hitam dengan senyum menawan yang membuat para gadis tersenyum malu.

Memang Alan ini tipe Hot daddy juga, cuma kalah saing kalah dengan Duke Chellion tentunya.

Setelah penyambutan selesai, mereka berbaris untuk memeriksa elemen apa yang dimiliki. Tentunya bukan elemen biasa yang sudah mereka ketahui, tetapi elemen yang mungkin lebih tersembunyi.

Andra dan Arlon mencari Olivia sejak tadi, kedua lelaki itu terlambat datang ke kelas dan hasilnya mereka datang paling lambat.

Kepala sekolah memanggil nama-nama murid dan menyuruh mereka untuk naik ke podium.

Arlon menghela nafas. "Kenapa kau tidak membangunkan ku, dongo," ucap Arlon dengan nada sarkasme. Andra memukul kepala Arlon dan berdecak.

"Kau yang bodoh!! Sudah kubilang kalau alarm itu digunakan, jangan di matikan. Dasar, bodoh!" jawab Andra tak kalah pedas dari ucapan Arlon.

Ya, mereka berdua mendapatkan kamar yang sama. Itu juga dilakukan oleh Alan, karena merasa sedikit dendam kepada dua anak ini.

Andra menatap ke sekitar sementara Arlon mengaduh, dia tidak tahu bahwa pukulan Andra bisa sekeras itu. Padahal kalau dilihat, Andra tipe lelaki yang lemah gemulai, tidak disangka tenaga dalamnya sangat besar.

"Agatha Zigarth," panggil Alan, selaku kepala sekolah. Agatha maju dan menaruh setitik darahnya di atas bola penguji kekuatan.

Darah tersebut terserap dan muncul warna hijau yang menyilaukan semua orang. Penguji tersebut tertawa dan bertepuk tangan. "Kau memiliki IQ yang tinggi, Lady. Selamat menjalankan ujian selanjutnya," ucap penguji tersebut ramah. Agatha mengangguk dan tersenyum malu.

"Selanjutnya, Leandra Algraf Swano," panggil Alan.

Andra segera maju dan meneteskan setitik darahnya di atas bola penguji tersebut. Lalu cahaya merah yang terang menyeruak keluar. Penguji memberikan tatapan kagum kepada Andra. Dan segeralah ia membiarkan anak itu kembali ke tempat semula.

Akhirnya tiba untuk Olivia maju. Ia berjalan dengan wajah datar, memang menakutkan auranya, namun wajah babyfacenya membuat banyak laki-laki mimisan, bahkan kakak kelasnya banyak yang mengincar Olivia.

"Wah!! Pangeran, lihat! Gadis itu imut sekali. Rasanya ingin kubawa pulang," ucap lelaki itu dengan wajah memuja.

Laki-laki didekatnya mengerutkan kening dan menatap aneh ke arah Olivia.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang