Part 43 : Kerang Ajaib

5.6K 913 32
                                    

William yang melihat hal tersebut hanya menampilkan ekspresi wajah datar. Lalu ia pergi bersama Ron. Agatha yang ditinggalkan dibawa ke Uks Academy untuk perawatan lebih lanjut.

"Olivia, apakah kau baik-baik saja?" tanya Lio sembari memegang tangan Olivia.

Tidak disangka ia dapat hidup setelah melalui phobia terbesarnya. Sungguh keajaiban. Lio menghela nafas. "Syukurlah kau baik-baik saja. Lagipula kenapa kau harus memilih danau hitam? Di sana bahayanya tinggi. Dan, kau juga di uji oleh dua nilai tertinggi kelas dua!" ucap Lio seakan merasa tidak nyaman. Apalagi ia tadi sedang berada di menara sihir, tidak sempat merasakan bahwa Olivia sedang dalam bahaya.

Lebih tepatnya, sihir pelindung akan terhalang setelah ujian misi seperti ini berlaku. Lagipula, Lio heran, kenapa yang selalu mendapatkan musibah itu adalah Olivia?

Padahal, seharusnya tidak perlu ada kejadian seperti ini terus. Bayangkan, detak jantung Lio hampir berhenti saat melihat tubuh mungil Olivia tergeletak.

Jika tidak ada Olivia, maka siapa yang akan memanggilnya Tuan Penyihir lagi?

Siapa yang akan mengekor kepadanya untuk belajar ramuan sihir?

"Lio ... Maafkan aku." Olivia mengucapkan kata-kata itu dengan sulit. Apalagi ia trauma bila diingatkan dengan kejadian tadi.

Danau yang gelap.

Tidak ada suara.

Nafas yang tercekat.

Ular.

Dan tingginya tingkat kematian.

Olivia meringkuk menjadi bola dan menutupi kepalanya. Mungkin bagi sebagian orang hal seperti itu merupakan hal biasa. Namun, jika orang tersebut memiliki phobia apalagi trauma itu ditekan. Hasilnya adalah, ketakutan.

Lio yang melihat Olivia meringkuk langsung memeluknya. Badan yang gemetaran membuat Lio tidak tega.

"Maafkan aku. Sudah, sudah, kau baik-baik saja sekarang," ujar Lio berusaha untuk menenangkan Olivia. Tangannya mengusap kepala Olivia perlahan disertai kata-kata penenang.

Arlon buru-buru berjalan ke arah Uks bersama Andra, Duke Chellion dan Nathan. Bagaikan sebuah parade, mereka berjalan dengan cepat seolah tidak mau kalah satu dengan lainnya.

Setelah sampai di depan pintu Uks, Andra segera masuk, namun sebelum hal itu terlaksana, Duke Chellion, Arlon, dan Nathan juga ikut masuk yang membuat pintu Uks menjadi sempit karena dilalui 4 pria sekaligus.

"Bisakah kau menyingkir?" tanya Andra kepada Arlon dengan nada menyindir.

Arlon yang mendapatkan kata sindiran segera melotot. "Kenapa tidak kau saja yang menyingkir? Aku adalah teman Olivia. Jadi aku dulu yang berhak untuk masuk!" jawab Arlon dengan nada tinggi. Disitu ia masih berusaha untuk masuk.

Duke Chellion melotot ke arah Nathan. "Bisakah badan jelekmu itu mundur. Kau tidak lihat aku tidak dapat masuk?" tanya Duke Chellion dengan nada rendah. Aura yang ia keluarkan juga tidak mengenakkan.

Nathan yang ditantang seperti itu langsung saja menjulurkan tangan kirinya ke depan dan mendorong wajah Duke Chellion di sebelah kirinya. Sehingga badannya dapat masuk sementara Duke Chellion terjatuh terjungkal ke belakang.

"Makan itu, Dude," ucap Nathan sembari menyeringai. Tak tunggu waktu lama, Nathan segera bergegas ke arah Olivia.

Di sana ia melihat Lio yang tengah duduk dengan mata tertutup di samping kasur Olivia, tampaknya pria itu merasa letih juga telah mengerahkan kekuatannya untuk menenangkan dan menyembuhkan luka Olivia entah luka dalam ataupun luar.

Nathan segera menuju ke arah Olivia dan memeluknya. "Syukurlah kau baik-baik saja, Olivia. Maafkan Kakak yang tidak bisa menolongmu," ucap Nathan menyesal. Pasalnya saat misi ini berlangsung, Nathan juga sedang menguji siswa/siswi kelas tiga untuk ujian pertahanan diri.

Jadi, ia kurang tahu juga jika ini adalah misi pertama Olivia setelah tes kekuatan.

Olivia yang tertidur lelap mencari kenyamanan di dada bidang kakaknya.

Setelah kejadian Duke yang terjatuh kebelakang. Arlon dan Andra masuk secara bergantian. Mereka melihat Nathan tengah memeluk Olivia.

Rasanya ingin marah, namun mereka tahan. Karena melihat Olivia yang terluka sedang tertidur.

Tapi sungguh mereka ingin menggantikan posisi Nathan yang seperti itu.

Disaat Andra dan Arlon yang sedang berfantasi. Duke Chellion bangun dari jatuhnya dan segera datang untuk melihat Olivia.

Ada rasa panik, sesak, dan cemburu saat melihat Olivia pertama kali.

Apalagi ada William, pangeran es yang menjadi saingan baru mereka. Entah kenapa Duke Chellion merasa bahwa, Olivia akan selalu mendapatkan perhatian dari pria baru.

Dan itu membuatnya tidak suka. Duke Chellion masih bisa mentolerir ke-empat pria yang ada selama ini, yaitu Arlon, Andra, Lio, dan Nathan. Jangan sampai saingannya bertambah.

Apalagi kalau bertambah bukan main dari segi kekuatan sangat tinggi, apalagi pangkat, harta dan tahta. Fisik juga jangan dibicarakan, sangat atletis.

Tentu saja Duke Chellion merasa minder. Walaupun tubuhnya juga sangat atletis, tapi entah kenapa merasa kurang saja dengan saingan baru ini.

.......

Olivia mulai membuka matanya secara perlahan. Ia menoleh ke arah samping jendela yang terbuka dengan pantulan cahaya matahari di sore hari. Olivia menatap ke sekitar dan kaget karena terdapat Duke Chellion yang selaku gurunya tengah tidur di sofa, Arlon yang sedang tertidur dalam posisi duduk di sofa, Andra yang tertidur di lantai, dan Nathan yang tidur dengan posisi duduk di samping tempat tidur dengan kepala disandarkan di tempat tidur milik Olivia, begitu pula dengan Lio.

Entah kenapa Olivia merasa terharu.

Bagaikan Ibu yang memiliki banyak anak.

Eh.

Entahlah, Olivia ini kadang waras dan kadang nyeleneh, tapi dapat dimaafkan karena dia cantik.

Olivia melihat saku roknya yang mengembung. Lalu ia mengambil sesuatu itu dan menemukan kerang.

Kerang berwarna putih dengan bertabur permata di sekitarnya. "Apa ini?" gumam Olivia perlahan, sangat perlahan.

Ia membolak-balik kan kerang tersebut dan mengguncangkan nya. Namun tidak ada yang terjadi. Merasa lelah, Olivia akhirnya bangun dan pergi meninggalkan ruangan.

Lalu saat sudah berada di dalam kamarnya, Olivia baru sadar.

Agatha!

Satu nama yang ia lupakan. Olivia bergegas ke kamar sebelah dan melihat Agatha yang sedang tertidur pulas. "Syukurlah," ucap Olivia. Ia memegangi kenop pintu dengan lega.

Saat tengah asik menatap Agatha, datanglah seorang murid kesehatan kelas dua yang menyuruh Olivia untuk menyingkir.

"Maaf, bisakah kau menyingkir dahulu?" tanya gadis berambut pirang sebahu. Matanya yang berwarna emas menyorot Olivia malas.

Olivia segera menyingkir dan melihat gadis itu masuk ke dalam kamar Agatha.

Di sana Agatha di sembuhkan dan diberikan pil oleh siswi tersebut. Setelah itu siswi tadi pergi meninggalkan Olivia dan juga Agatha.

Olivia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan pelan.

Setelah mencari tempat duduk yang nyaman. Olivia segera membuka buku dan menandai sesuatu.


Update ke tigaaaa and empat!!!

Btw kalian lagi pada ngapain sih??

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang