Part 30 : Cup?!

18.9K 2.8K 408
                                    

Chisan terkekeh geli. "Nampaknya ada yang kudet nih! Alias kurang update," ujar Chisan yang tidak di mengerti semua orang. Hanya Olivia yang paham.






"Hah?" semua orang menatap ke arah Duke Chellion yang sedang kebingungan.

Tolong jelaskan ada apa ini, pikir Duke Chellion.

Olivia menggembungkan pipinya. "Bagus, punya guru begini amat, sih! Guruku yang terhormat, muridmu yang cantik ini habis meregang nyawa, lho. Nggak tahu, ya?" tanya Olivia dengan nada bicara yang agak mengesalkan.

Duke terdiam sebentar.

Lalu ia segera melotot dan mengelilingi Olivia. Ia memutar tubuhnya dari samping kanan sampai samping kiri. Dilihatnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Ia juga melihat dengan teliti wajah Olivia. Takut-takut ada lebam atau luka lainnya.

"Kenapa tidak ada yang memberitahukan hal ini padaku?!" tanya Duke Chellion kesal.

Chisan tertawa terbahak-bahak karena melihat Duke Chellion yang lama tanggap.

Tak lupa ia juga masih bergelantungan di tubuh Varlon. Modus memang gadis muda itu.

Duke Edgar berdehem. "Ekhem ... Maaf Duke Chellion, burung elang yang aku kirimkan jatuh di lava dan menjadi burung panggang. Aku menyarankan sebaiknya kau pindah saja ke kutub es, jadi enak mengirimi pesannya," ucap Duke Edgar mengusulkan. Langsung saja Duchess Alana menyentil kepala suami tampannya itu.

"Kau ini yang benar saja! Kalau nanti beliau tinggal di gunung es. Olivia bisa mati membeku!! Aneh-aneh saja kau ini, Suamiku," cerca Duchess Alana yang kesal dengan ide suaminya itu.

Tinggal di lereng gunung berapi saja sudah susah, apalagi di kutub es? Mati membeku seketika, iya.

°°°°°°°°°°°°°°°°°



"Nona, apakah Anda ingin mandi air hangat?" tanya Medelin dengan wajah senang. Padahal beberapa jam yang lalu ia masih menangis sampai matanya membengkak dan wajahnya menjadi jelek.

Chisan sampai tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.

Olivia menatap ke arah Medelin dan tersenyum. "Boleh. Ah! Iya, Chisan," panggil Olivia.

Chisan yang sedang melukis Oliviapun mengangkat kepalanya. "Why? Kenapa?" tanya Chisan.

"Apakah kau bisa mandi? Kau tahu, aku takut kau tidak bisa mandi ... Air."

Chisan menatap polos ke arah Olivia. "Aku bisa mandi air, jangan remehkan diriku. Ingat, aku manusia setengah robot. Bukan robot rongsokan. Tapi aku tidak mau mandi, aku mager alias males gerak. Aku tidak mau melakukan aktivitas lain," jawab Chisan. Ia menggedikkan bahu acuh sambil melanjutkan lukisannya.

Olivia mengangguk dan segera pergi ke kamar mandi.

Tiba-tiba Arin dan Mona datang.

Ia mendorong tubuh kecil Chisan sampai jatuh. Fyi, kamar mandi itu berada di luar kamar, ya.

Bruk.

Chisan jatuh ke lantai dengan tidak elit. Ia menatap tajam ke arah Arin. "Apa-apaan kalian ini?!" tanya Chisan marah.

Ya, siapa yang tidak marah, sedang enak-enak menggambar eh malah datang Mak Lampir yang merusuh.

Reinkarnasi Sang PermaisuriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang