💕Happy-Reading💕
.
.
.
Tangisan Kyara dan kehadiran Irena bagaikan sebuah tamparan besar yang menyadarkan Adya pada rencana yang sudah ia susun setengah mati di titik nol pernikahan mereka. Segala yang ia persiapkan hancur total. Semua yang terjadi jauh dari apa yang ia prediksikan.
Sebelum pernikahan mereka terlaksana, Adya bertekad menciptakan rumah tangga yang tidak menyenangkan hingga perempuan yang dipilih oleh orang tuanya menyerah. Paling tidak sebagai pelajaran berharga untuknya agar tidak begitu ceroboh menerima lamaran hanya karena relasi orang tua. Tetapi sungguh, Adya tidak berniat berbuat terlalu jauh sampai membuat Kyara tersiksa.
Mungkin akan lebih mudah bagi Adya melakukannya bila saja Kyara adalah tipikal perempuan yang senang memberontak, membalas kata-katanya dengan kasar, atau membanting benda-benda di atas meja ketika marah. Adya bukan lelaki yang cepat memberikan hati pada wanita. Bagaimanapun parasnya, Adya yakin akan frustrasi juga menghadapi perempuan yang seperti itu.
Sayangnya, Kyara tidak demikian. Meski matanya berkaca menahan emosi, Kyara tidak pernah sekalipun membiarkan amarahnya meluap. Kyara membela diri dengan suara bergetar, namun tetap melembut, tidak geram, apalagi menyalahkan. Hal tersebut membuat Adya merasa diperlakukan dengan sangat hormat sebagai seorang suami. Sesuatu yang diimpikan oleh seluruh laki-laki di jagad raya.
Apa Tuhan sedang membalasnya dengan memberikan istri yang sebaik Kyara? Perempuan yang bahkan tidak bisa ia sakiti tanpa melukai hatinya sendiri?
"Kenapa harus kau orangnya ...." Adya mengerang. Ia mendongak sambil membuat gerakan terpatah untuk merilekskan otot-otot lehernya yang tertekuk. Dibiarkannya air dingin dari shower meresap masuk membasahi kulit kepalanya. Barangkali bisa mendinginkan otaknya yang terasa mendidih.
Adya menghabiskan hampir seperdua malam dengan terduduk payah di tangga menuju loteng. Adya bersumpah sudah berusaha mengeraskan hati untuk tidak menyusul Kyara di sana, tetap tubuhnya bertolak secara otonom. Saat sayup-sayup ia mendengar Kyara tersedu-sedan, tubuhnya melemas. Adya ingin memberi ruang bagi Kyara untuk menenangkan diri, tetapi enggan pula untuk beranjak. Maka ia membiarkan dirinya terkantuk-kantuk dan tidur di sana.
Tidur sebenarnya bukan sebutan yang tepat. Adya memang menutup mata, tetapi pikirannya terus berkelana. Ia tahu telah mengatakan hal yang tidak seharusnya pada Kyara. Sayangnya, menarik kembali kata-katanya juga tak mungkin. Tidak. Sekalipun ada hal yang bisa membuat Kyara melupakan semua yang ia katakan malam tadi, Adya masih tidak punya alasan untuk menyangkal keberadaan Irena di kantornya.
Adya keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit di pinggang. Selimut dan bantal telah tertata di tempat tidur dengan seprei tertarik kerap di masing-masing sisi. Saat mendapati setelan baju kerjanya yang tergantung rapi di sampiran, napasnya terhela. Bahkan dengan suasana hati yang sedang buruk, Kyara rupanya tetap bersedia mengurusi kebutuhannya di pagi hari.
Segera setelah selesai berpakaian, Adya menuruni tangga. Aroma sedap sudah tercium dari radius anak tangga paling atas. Seperti menyadari kehadirannya, Kyara yang mengatur menu di atas meja menengok sekilas sebelum sibuk mengisi gelas dengan air putih.
Mendadak perasaan Adya menjadi kecut. Biasanya Kyara akan menyambutnya dengan seruan ringan atau sekadar menyebut menu sarapan mereka. Adya kadang meladeninya dengan berlagak meminta bill, yang kemudian dibalas Kyara dengan terkikik geli. Namun, sampai ia duduk di kursinya, Adya tidak mendapati apapun selain denting piring yang sesekali mengisi keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Любовные романы|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...