💕Happy-Reading💕
.
.
.
Damainya hari-hari Kyara belakangan ini terusik oleh kehadiran pengawal keluarga Antariksha yang terus berpatroli di sekitar rumah. Desas-desus sekelompok pengawal di pekarangan membuatnya gagal berkontemplasi pada systematic review yang ia kerjakan. Namun, satu hal yang membuat pikiran Kyara penuh adalah intimidasi dari lawan politik yang tidak dijelaskan Adya lebih lanjut.
Berusaha menenangkan perasaannya yang tahu-tahu dilanda rasa khawatir, Kyara membawa pandangannya turun ke pekarangan pada Ranger Rover milik Adya dan Hummer yang kemarin mengantarnya ke pasar.
Kyara tidak tahu banyak persoalan tipe kendaran. Akan tetapi, perawakan Hummer yang terlalu gahar sukses menggemparkan pasar kecamatan kemarin. Mulai dari mengejutkan pedagang kaki lima di pinggir jalan, sampai membuat penjual sayur-mayur di halaman pasar kalang-kabut mengemasi barang dagangan lantaran menyangka ada sidak dari satpol PP. Belum lagi aksi kejar-kejaran dengan penjual siomai yang melarikan diri di perjalanan pulang. Kyara jadi gemas sendiri.
Seperti belum cukup membuatnya kewalahan, para pengawal tersebut pagi tadi kembali berulah. Ketika Kyara mengantar pastri untuk rapat kerja di kantor desa dengan bersepeda, para pengawal yang menjumpainya dijalan berniat mengantar. Namun, Kyara berkeras ingin menggunakan sepedanya. Alhasil, dua di antara mereka mengiringinya dengan menggunakan motor. Kyara kemudian mengerjai mereka dengan mengayuh sepeda sangat lambat dan menikung tiba-tiba di jalan setapak tersembunyi.
Kyara tersenyum geli membayangkan wajah para pengawal yang khawatir karena tidak menemukannya di depan mata. Ya, hitung-hitung sebagai hiburan agar air muka mereka tidak terlalu tegang.
"Hayo, kenapa senyum-senyum sendiri!"
Kyara berjengit dan menoleh, mendapati Adya bersandar di kusen pintu. Suaminya tersebut masih mengenakan pakaian kantor, kecuali kemeja yang sudah ditanggalkan—dan kemungkinan besar tersampir di kursi atau diletakkan Adya serampangan di kasur.
"Urusan Mas Adya sudah selesai?" tanya Kyara dengan kening bertaut melihat Adya menenteng tas kerjanya.
"Ya, untuk sementara sudah." Adya menarik sudut bibirnya membentuk senyum simpul. "Boleh gabung?"
"Mas Adya mau bekerja di sini?" Tautan kening Kyara terurai. "Tentu saja boleh, dengan senang hati!" pungkasnya sambil menggeser tumpukan artikel dan memberi ruang untuk sang suami.
Adya langsung melenggang masuk dan mengatur barangnya di meja. Semenjak Kyara mulai mengurus artikel penelitian, istrinya tersebut selalu sibuk di ruang pribadinya. Sedikit-banyak, Adya jadi merindukan keberadaan Kyara yang selalu menemaninya bekerja. Biasanya Kyara akan duduk di sebelahnya, mendengar segala kesah tentang proyek, memberinya pijatan di pelipis dan pundak, atau sekadar menata barang dan membaca buku sampai tertidur di sofa.
"Resensinya sudah selesai?
Kyara menggeleng lemah. "Aku tidak bisa berkonsetrasi, Mas."
Adya mengalihkan atensi pada Kyara yang mengerutkan bibir. "Kenapa? Istriku merasa terganggu, ya?"
"Hm ...." Kyara menyandarkan kepala di pundak Adya. "Maaf, Mas ...."
"Kenapa minta maaf," Adya mengusap pipi Kyara. "Aku yang seharusnya minta maaf. Sabar ya, istriku. Memang seperti ini situasi menjelang pemilu. Nanti ruangan ini kita buat kedap suara, ya."
Penuturan Adya membuat Kyara terenyuh. Padahal pekerjaannya tidak lebih berat dari urusan Adya di kantor, tetapi ia lebih banyak mengeluh. "Aku baik-baik saja, Mas. Dibanding itu, aku punya satu permintaan lain. Boleh?"
![](https://img.wattpad.com/cover/235581529-144-k341279.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romantik|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...