💕Happy-Reading💕
.
.
.
Kyara terjaga dari tidurnya. Tubuhnya berkeringat dingin. Barusan ia bermimpi buruk. Kyara tidak ingat dengan detail, tetapi di dalam mimpinya ia melihat seorang perempuan membawa pergi Winter.
"Mimpi hanya bunga tidur." Kyara menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikiran. Barangkali ia hanya terlalu memikirkan Winter sampai terbawa mimpi.
Saat ini, Winter harus dirawat inap karena kondisinya masih sangat lemah, bahkan untuk dipindahkan ke Pet Care Center di pusat kota. Winter masih kecil sehingga pemulihan setelah detoksifikasi tidak signifikan.
Dengan sangat berat hati, Kyara pun harus meninggalkan Winter di klinik penangkaran. Setidaknya di dalam inkibator khusus yang suhunya terjaga, Winter bisa terhindar dari hipotermia. Kyara tahu dalam keadaan ini ia tidak boleh egois dan menurutuki keinginan hatinya semata. Seperti kata Adya, Winter sudah ditangani oleh ahlinya.
Kyara menajamkan pendengaran. Suara tetesan air bekas hujan kemarin masih tersisa. Ia lalu memutar badan, menghadap pada Adya yang tidur merengkuhnya. Perasaan Kyara mengharu mendengar deru napas suaminya yang membagi uap hangat. Bila kemarin Adya tidak datang tepat waktu, Winter mungkin tidak dapat ditolong lagi.
Selama ini Kyara tidak meragukan pengalaman yang membentuk indepensi dalam dirinya. Kyara merasa mampu melakukan segala sesuatunya sendiri. Akan tetapi, saat Ady mengusap lembut kepalanya dan membisikkan kata-kata yang menenangkan, Kyara tahu ia masih begitu rapuh untuk berdiri sendiri.
Jemari Kyara menyapu wajah Adya, menyusuri rahang yang tegas, hingga berakhir pada ceruk di atas bibir suaminya yang sedikit terbuka. Kyara tersipu mengingat bagaimana belaian bibir tipis tersebut bisa melambungkan sejuta rasa.
Semalam mereka tiba di rumah saat malam mulai pekat. Hujan lebat yang mengguyur ditambah perasaannya yang berkecamuk membuat Kyara kelelahan. Celakanya, sekarang justru ia yang mendamba sentuhan suaminya. Kyara mungkin bisa meladeni permintaan Adya, tetapi tidak dengan meminta sendiri. Kyara masih terlalu malu untuk itu.
"Mas Adya ...." bisik Kyara lalu memeluk Adya yang bertelanjang dada. Kyara suka sekali dengan wangi tubuh Adya. Jemarinya kembali bergerak lincah, menyapu garis bidang pada dada suaminya lalu turun pada otot-otot perutnya yang kencang dan terbentuk sempurna.
Sambil menyandarkan kepala dengan manja, Kyara menorehkan telunjuk, mengukir sesuatu di dada Adya. Adya yang sudah terbangun sejak tadi saat mendengar Kyara mengigau akhirnya tidak bisa menahan geli.
"Masku?" Adya terkekeh.
Tawa kecil Adya membuat Kyara menengadah seketika. "Mas Adya?"
"Ya?" Adya membuka mata, mengulas senyum, lalu menarik pelan hidung mancung Kyara. "Kali ini kau ingin menulis apa?"
"Maksud Mas Adya apa, ya?" Kyara menyembunyikan tangannya ke belakang badan.
"Kebiasaamu yang satu ini." Adya sambil menarik tubuh Kyara hingga posisi mereka sejajar. "Kau pernah menulis 'Mas Adya jahat' di punggungku, kan?"
Bola Mata Kyara menyeruak. Pernah di suatu pagi saat ia dan Adya masih berseteru, Kyara mendapati Adya berbaring membelakang tepat di sebelahnya. Kyara sungguh tidak mengerti dengan sikap Adya kala itu. Mereka tidak bicara banyak di sepanjang hari, tetapi tahu-tahu suaminya itu tetap membagi perhatian.
Perlakuan tersebut membuat Kyara merasa Adya sangat "jahat" karena mempermaikannya. Gemas dengan tingkah Adya, Kyara pun menulis kalimat tersebut di punggung suaminya yang masih tertidur lelap. Siapa sangka, Adya ternyata tidak tidur di waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...