💕Happy-Reading💕
.
.
.
Suara sirene berdegung memekakkan telinga, menusuk relung hati setiap insan yang mendengar. Lampu rotator berpendar silih-berganti, membelah hingar-bingar jalan raya dengan kelajuan di atas rata-rata. Satuan polisi yang muncul dari persimpangan bergerak mengamankan jalan raya tanpa di komando, membantu pengawal pribadi keluarga Antariksha yang berjaga di belakang ambulans. Kendaraan di sekian meter ke depan otomatis menepi, memberi ruang bagi transportasi gawat darurat tersebut untuk yang melaju menerobos lampu merah.Dua orang paramedis dalam emergency type ambulance tersebut bertindak cepat mempertahankan status organ vital pasien. Seorang di antara mereka meremas kantong darah yang tersampir di tiang, sedang satu orang yang lain menekan perban yang membalut kepala korban sambil mengamati monitor dengan resah. Mereka harus tiba di rumah sakit kurang dari sepuluh menit ke depan.
Di sebelah Kyara, Adya duduk terpekur, menyadari golden hour mereka memasuki menit-menit terakhir. Tatap matanya tidak lepas dari sang istri yang terlelap bersimbah darah di atas bed pasien. Kyara menggantikan dirinya sebagai korban luka tembak di atas podium, melindungi jantungnya dari sasaran proyektil padat dengan mengorbankan pelipisnya sendiri sebagai lintasan peluru.
Adya memejam erat, menelan air matanya agar tidak tumpah. Genggaman tangannya di pergelangan Kyara semakin mengerat, mempertegas keberadaan sang istri di sisinya lewat denyut nadi yang mulai tidak terasa. Cedera di pundaknya akibat terserempet peluru mulai merambatkan nyeri, tetapi otak Adya beku untuk hal apa pun selain keselamatan Kyara.
Getir mulai merasuki sanubari Adya ketika gaun sewarna gading yang dikenakan Kyara kian menggelap. Jas yang menutupi tubuh istrinya tersebut bahkan ikut merembeskan darah, menghiasi lantai dengan titik-titik merah pekat.
"Tekanan darah pasien menurun!"
Adya mendongak ketika mendengar teriakan paramedis yang memonitor kondisi Kyara.
"Pasien kehilangan banyak darah, tekan lukanya!"
"Kita kehabisan perban!"
"Saturasi oksigen menipis!"
"Pasang selang oksigen!"
Punggung Adya menengang melihat kepanikan dari perawat. Suara desing dari luar bersahut-sahutan dengan bunyi alarm monitor, menyita kewarasannya. Adya tidak siap. Tidak akan pernah siap.
"Saya yang akan menekan lukanya!" Adya berdiri, membuka kemejanya yang terkena rembesan darah. Suaranya yang serak karena meneriakkan nama Kyara berulang kali ketika aksi penembakan terjadi terdengar begitu memprihatikan.
Petugas medis yang membalut luka Kyara tergemap sebentar sebelum mengangguk. Mereka harus mempertahankan tekanan darah dan kadar oksigen di keadaan darurat tersebut. Setelah membantu Adya membalut kepala Kyara dengan kemejanya sebagai pengikat, perawat tersebut menarik selang oksigen dan memasang sungkup.
Adya melingkarkan lengan, menangkup wajah Kyara dari belakang, menekan kuat-kuat sumber perdarahan di kepalanya. Aroma metalik semakin jenuh di paru-parunya ketika ia menunduk, mengecup pipi istrinya.
"Aku mencintaimu, Kyara .... Aku mencintaimu ....." Adya menyeka air matanya yang tumpah dengan bahu. "Tuhan, kumohon ... aku sangat mencintainya ...."
Pandangan Adya yang memburam oleh air mata menangkap gerbang rumah sakit. Dalam hitungan sekian detik setelahnya, pintu ambulans terbuka. Petugas medis rumah sakit berbondong-bondong menghampiri, membantu memindahkan Kyara dari mobil menuju ruang ICU.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...