💕Happy-Reading💕
.
.
.Detik-detik menjelang matahari terbit sering disebut sebagai bagian dari penghujung malam yang sangat gempita. Di apartemen Kyara dulu, mendapati momen transisi tersebut bisa dikatakan langka, bahkan untuk dirinya yang selalu terjaga di pertengahan malam untuk studi literatur dan review artikel. Polusi cahaya dari lampu-lampu kota membuat langit Sydney seakan tidak pernah terlelap.
Baru setelah sebulan lebih kembali ke tanah air, Kyara mulai terbiasa lagi dengan waktu peralihan tersebut. Meski menyesuaikan jam biologis tubuhnya agar tidak mengantuk maupun terbangun beberapa jam lebih awal mengikuti Zona Waktu Standar Timur Australia butuh beberapa hari.
Pagi ini Kyara kembali mendapati titik tergelap alam semesta saat membuka mata untuk bersiap-siap ke "rumah baru" yang telah dihuni Adya hampir setahun belakangan. Embusan udara subuh yang menyingkap gorden kamar terasa begitu sejuk, membuat kekhawatiran yang sempat melandanya sedikit mereda. Kyara tidak mempermasalahkan jarak rumah barunya yang berkisar tiga jam dari kota. Sungguh, ia telah melintasi beragam zona waktu dan batas negara. Hanya saja, jeda yang memisahkan antara dirinya dan keluarganya saat ini terasa sangat nyata.
"Cek kembali semua barang bawaan, jangan sampai ada yang terlewat."
Kyara yang tengah merapikan barang di kopernya menoleh pada Adya. Raut wajah suaminya itu masih tampak lelah. Tentu saja, dua hari ini tenaga mereka terkuras habis oleh acara pernikahan dan persiapan menghuni rumah Adya di luar kota. Belum lagi membuka hadiah pernikahan yang menumpuk dan menyortirnya satu per satu.
"Sudah. Semua lengkap." Kyara tersenyum untuk menegaskan.
Adya melirik sekilas dan berdecak, berbanding terbalik dengan respon yang seharusnya. Ia lalu berlutut dan membuka koper, matanya terlihat menilai hasil kerja Kyara yang mengepak barang-barangnya tanpa diminta. Satu sudut bibir Adya tertarik sedikit, hasilnya jauh di luar dugaan. Penataannya sangat rapi dan tidak ada celah kosong yang dibiarkan terbuka sia-sia.
Kyara memperhatikan Adya yang melenggut beberapa kali. Ia cukup yakin tidak membuat kesalahan. Adya sudah tinggal di sana cukup lama sehingga barang bawaan yang harus diatur dalam kopernya tidak banyak.
Merasa jengah ditatap, Adya menarik sebuah kaos putih dan meletakkannya di tempat tidur tanpa menoleh. Dengan sangat tidak sengaja tangannya mendarat di pangkuan Kyara yang mengubah posisi. Baik Adya maupun Kyara sama-sama terkejut. Setelah kontak mata barang sedetik, barulah keduanya saling menghindar salah tingkah.
"Ma-Mas Adya mau kusetrikakan?" Kyara berujar gugup. Ia belum terbiasa memanggil Adya dengan panggilan tersebut.
"Tidak perlu." Adya menyerapahi suaranya yang pecah dan lekas berdeham. "Letakkan saja di situ."
Kyara mengangguk cepat dan meletakkan baju kaos tersebut dengan sungkan, sama seperti saat ia mengepak pakaian dalam milik Adya yang masih rapi dalam kotak plastiknya. Mereka memang resmi menjadi suami-istri dua malam yang lalu. Namun, belum ada interaksi fisik yang berarti.
Acara akad dan resepsi yang digelar dalam satu hari membuat Adya dan Kyara kelelahan di malam sehabis pesta. Sementara kemarin mereka sibuk mengurusi belanjaan, kado pengantin, serta barang bawaan lain hingga larut malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...