30. Reveal 💍

5.4K 486 131
                                    

💕Happy-Reading💕

.

.

.

Adya tidak pernah menyangka bila urusan di pagi hari bisa lebih memusingkan dibanding memeriksa setumpuk laporan dari kantor direksi. Menyiapkan teh hangat dan membuat sarapan tenyata tidak seenteng kelihatannya.

Adya selalu memperhatikan Kyara yang sibuk di dapur setiap pagi. Diam-diam sehabis mandi, ia berlagak mengecek dokumen di kamar kerjanya, hanya untuk melihat Kyara menyiapkan memindahkah alat masak di atas kompor dengan gesit dan menyiapkan sarapan. Namun siapa sangka, mengawasi bubur dalam panci sembari memanggang sosis di teflon bisa membuat fokusnya terpecah. Belum lagi meongan dari Winter yang terus mengejar di kakinya. Adya bahkan sudah beberapa kali dibuatnya tersandung.

"Sabar! Jangan tidak tahu diri jadi peliharaan," kecam Adya pada Winter sambil membalik sosis menggunakan capitan. Ada perasaan geli dalam hatinya saat menatap sekilas pada Winter yang langsung merebahkan diri. Akan tetapi saat menyadari keadaan Kyara, senyum di wajah Adya langsung pudar.

Kyara sudah siuman, tetapi kondisinya belum stabil. Untuk sebab itulah Adya berinisiatif terjun ke dapur dan menggantikan peran Kyara mengurus segala kebutuhan di pagi hari. Adya sudah menghubungi Dito agar memantau proyek untuk sementara waktu. Meski banyak pekerjaan di awal minggu, Adya memilih absen. Adya akan menunggui Kyara dan memastikanya pulih total.

Adya sudah berapa kali membujuk Kyara untuk memeriksakan diri ke rumah sakit, tetapi Kyara menolak dan tetap ingin beristirahat di rumah. Setelah menghubungi mama mertuanya, barulah Adya tahu bila Kyara adalah seorang astraphobia. Kyara mengalami trauma terhadap petir. Sungguh, ia benar-benar menyesal karena tidak tahu perihal trauma istrinya.

Bunyi pada lampu indikator heater yang menyala membuat Adya mengerjap dan buru-buru menyiapkan mug. Namun, bau hangus yang menguar dari panci sontak membuatnya memutar badan. Uap bubur yang telah mendidih meletup-letup dan mendesak penutupnya naik, menimbulkan gemerincing disertai bunyi desis saat isinya merembes ke dinding bejana.

"Airnya terlalu banyak!" Adya meringis. Ia bisa memperhitungkan bahan untuk membuat massa campuran yang ideal, tetapi bubur buatannya sendiri nyaris menjadi infusa.

Uap basah mengepul saat Adya mengangkat tutup panci. Titik-titik air yang berjatuhan tepat di atas kakinya membuat Adya kontan mengaduh dan membuang tutup panci hingga terpelanting. Saat memundurkan badan, tak sengaja sikunya menyenggol mug. Keramik mulus itu pun berakhir menjadi serpihan kasar di lantai.

Winter yang bergemul di karpet berjengit dan melompat ke atas meja. Tak sengaja, kucing yang ketakukan tersebut menubruk spoon set hingga sendok meluncur bebas satu per satu.

Adya menghela napas dengan bahu merosot. Dalam hitungan detik, ia sukses menghancurkan dapurnya.

"Apa lihat-lihat? Ini juga kesalahanmu, ya!" Adya mendelik pada Winter yang menatapnya dengan pupil mata melebar. "Astaga! sosisnya!"

Terburu, Adya yang membungkukkan badan untuk membersihkan pecahan di lantai bangkit dan mematikan kompor. Satu kesyukuran besar sosis panggangnya masih bisa diselamatkan. Ada beberapa potong yang nyaris gosong sebenarnya. Namun Adya tidak mempermasalahkan. Sisi yang gosong akan ia pisahkan. Sisanya menjadi bagian Winter.

"Meow ..." Winter berputar-putar di atas meja saat Adya menyajikan untuknya potongan sosis. Setelah mengendus piring barang sesaat, kucing putih tersebut mundur pelan-pelan.

"Itu namanya sosis! Makan saja, jangan banyak macam!" Adya berdecak melihat Winter yang seakan menuntut pemberiannya. "Waktu jadi kucing jalanan dulu paling kamu cari tikus got juga!"

Hate Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang