💕Happy-Reading💕
.
.
.
Anomali cuaca di pertengahan tahun memang tak terbaca. Baru kemarin suhu udara terasa membakar kulit, pagi ini bumi justru meringkuk kedinginan di bawah kepulan kumolonimbus yang menyelimuti angkasa.
Adya menengadahkan kepala, membaca gelagat cuaca. Awan yang bergelung lambat di langit sejak permulaan hari tampak semakin tebal. Tetes-tetes embun di permukaan daun yang enggan menguap pun meninggalkan jejak noda basah pada cargo selutut yang diambil asal olehnya dari lemari.
Adya mengaku sulit menghilangkan kebiasaan buruknya menghancurkan tatanan pakaian yang diatur Kyara sedemikian rupa. Namun, tiap kali ia berencana merapikan kekacauan yang diperbuatnya hampir tiap hari, tahu-tahu isi lemarinya sudah kembali seperti sedia kala.
Sesaat Adya berbalik sebentar sebelum meneruskan langkah. Malam tadi Kyara sudah terlelap saat ia masuk ke kamar. Sayang sekali, pagi-pagi buta saat mereka masih betah membenamkan diri di bawah selimut, pak Aru datang untuk persiapan olah kebun. Lalu sekarang, saat cuaca sangat mendukung untuk saling berbagi kehangatan, pertemuan dengan kolega ayahnya pun mendesak.
Pandangan Adya diedarkan pada padang rumput yang membentuk gelombang semu saat mengikuti arah angin. Dari jauh, Saat menyurusi pematang yang mengantarai kebun dan halaman belakang rumahnya, Adya bisa melihat selimut dan pakaian yang terjemur di teras samping.
Siapa yang ingin tinggal di pedalaman terpencil seperti itu?
Karena itu kita harus berhati-hati dan menuruti orang tuamu. Kau pewaris mereka. Keluarga Antariksha.
Adya membuang napas. Perkataan Irena semalam bagai godam berat yang menghantam titik kritis logika Adya. Sejak kecil, ia berbakti pada orang tuanya bukan untuk mengeruk kekuasaan atas nama pewaris keluarga. Terima kasih pada ketulusan Kyara yang membuatnya bisa membuka mata.
"Mas Adya!"
Adya mengangkat wajah dan mendapati Kyara berlari-lari kecil ke arahnya. Dress tanpa lengan yang ia kenakan berkibar-kibar tertiup angin. Adya tersipu, baru ditinggal sebentar Kyara sudah mencarinya sedemikian rupa. Baru saja ia ingin merentangkan tangan menyambut Kyara, istrinya tersebut langsung menyerbunya dengan pertanyaan.
"Mas Adya lihat Winter?"
Kening Adya menekuk otomatis. "Winter ... siapa?"
"Kucing kita, Mas!"
Adya membuang napas. Rupanya Kyara mencari "kucing pungut" yang sejak sarapan tadi cari perhatian terus. Tunggu sebentar. Kyara menyebutnya kucing "kita"? Adya tidak pernah merasa menjatuhkan klaim kepemilikan pada kucing kucel tersebut.
"Sudah kucari ke mana-mana tapi tidak ketemu, padahal tadi Winter masih main karpet." Kyara mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
"Sudahlah, Kyara. Dia itu kucing liar, tidak mungkin tersesat." Adya menahan tubuh Kyara yang ingin menerobos pagar menuju padang rumput. "Nanti pasti pulang sendiri."
"Kalau tidak pulang bagaimana, Mas?"
"Ya, mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kita lapor ke pak RT."
"Mas Adya!" Kyara merengut dengan tatapan cemas. Belum sempat membalas Adya, suara meongan kecil membuat mereka refleks menoleh.
"Meow!"
"Winter!" Kyara berseru lalu merendahkan badan menyambut Winter yang melompat ke arahnya. "Ya, ampun! Winter dari mana?" katanya mendekap Winter dengan sayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...