💕Happy-Reading💕
.
.
.
Kyara masih belum sepenuhnya menerima keadaan yang ia alami. Gangguan lobus memori membuat segala hal terlalu rumit untuk ia dipahami, tetapi kepalanya yang masih berbalut perban menegaskan sebaliknya.
Dengan napas terhela ke udara, Kyara menatap langit-langit. Sudah hampir seminggu ia sadar dari koma. Prognosis yang semakin membaik membuat dokter memperbolehkannya pindah ke ruang perawatan, tetapi nuansa hangat di kamar tersebut tidak bisa menghiburnya barang sedikit. Semua hal yang dijelaskan orang-orang terlalu runut untuk disebut mengada-ada, tetapi terlalu sempurna baginya untuk bisa terjadi.
Kyara merasa seperti seorang time traveler yang tengah melangkahi beberapa bulan linimasa dan melewatkan banyak momen penting. Hal terakhir yang ia ingat sebelum kembali ke Indonesia adalah suasana hectic di akhir masa penelitiannya. Tahu-tahu ketika terbangun, Kyara mendapati dirinya sudah berstatus sebagai seorang istri.
"Sudah bangun?"
Sebuah sapaan dari pintu yang terbuka membuka Kyara terkesiap. Jantungnya kembali berdebar kencang mendapati Adya mengulas senyum dengan tatapan hangat. Satu hal yang paling mengetuk akal pikiran Kyara adalah laki-laki yang diakui satu semesta sebagai suaminya tersebut.
Kyara tidak pernah melupakan keberanian Adya saat menyelamatkan hidupnya. Terkadang, Kyara pun merasa malu sebab masih terus mengharapkan sosok Adya, yang dengan ajaibnya terwujud sekarang. Sungguh, bagaimana mungkin Kyara tidak menganggapnya sebagai sebuah mimpi.
"Mas Adya ...." Kyara meneguk sebentar, lidahnya masih terasa kelu memanggil Adya dengan sapaan tersebut. "A-anu ... Mas Adya dari mana?"
Kyara melipat bibirnya menjadi satu garis tipis. Ia selalu dilanda rasa gugup ketika berhadapan dengan Adya, apalagi ketika bersentuhan fisik. Seperti saat ini ketika Adya mengecup puncak kepalanya tanpa aba-aba. Kyara bergidik, tetapi anehnya tidak kuasa untuk menolak. Apa mereka sudah terbiasa melakukan ini?
"Aku bicara dengan dokter sebentar." Adya mengelus punggung Kyara dengan penuh kasih. "Dokter bilang lukanya sudah mulai kering, beberapa hari lagi perbannya sudah bisa dibuka."
Kyara mengangguk kikuk. Pertama kali mendengar tentang perjodohan mereka, Kyara langsung terpikir bagaimana reaksi Adya. Apa mereka bahagia dalam pernikahan mereka yang diawali dengan campur tangan orang tua ini? Apa Adya mengenalinya? Yang paling penting, apa Adya mencintainya?
"Ada apa?" Adya menunduk, menilik kerutan di dahi Kyara. "Ada yang sakit, Sayang?"
"Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya bosan." Kyara menjawab sekenanya, tetapi pernyataan tersebut ditanggapi Adya dengan serius.
"Papa dan ayah masih membatasi orang-orang untuk menjenguk."
Adya membelai wajah Kyara yang sontak bersemu. Keadaan Kyara belum stabil secara psikis sehingga orang tuanya memperketat penjagaan. Sampai saat ini hanya Dara yang diizinkan menjenguk.
"Nanti kubicarakan dengan ayah dan papa. Istriku yang sabar, ya."
Lagi, Kyara mengangguk kikuk. Ada desir dalam hatinya mendengar Adya memanggil orang tuanya dengan sebutan papa dan mama. Sama halnya ketika ia menyebut mertuanya dengan panggilan ayah dan bunda.
Namun begitu, perlakuan Adya perlahan mengikis keraguan dalam hatinya. Selama ini Adya menemaninya dengan sabar, sampai tidur duduk hanya untuk menungguinya tidur. Adya menjawab semua pertanyaannya dan tidak tersinggung ketika ia meminta bukti-bukti pernikahan mereka. Adya senantiasa merangkulnya, sampai meminta para perawat memperlakukannya dengan hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...