37. Induce 💍

4.9K 406 114
                                    

💕Happy-Reading💕

.

.

.

"Ezra!"

Cengir lebar Ezra di ambang pintu membuat Kyara dan Adya kompak melepas pagutan mereka dengan salah tingkah. Adrenalin yang baru mengambil alih kesadaran kini berbalik turun dan mendilatasi vena hingga wajah keduanya bersemu.

Kyara spontan menyembunyikan diri di balik pundak tegap suaminya. Sedang Adya mendengkus ke arah pintu, jelas sekali ia terusik dengan kedatangan Ezra di waktu yang sangat tidak tepat.

"Ma-maaf menginterupsi, ehehe ...." Ezra meringis begitu matanya berserobok dengan tatapan tajam dari Adya. Ezra tahu nyawanya berada di ujung tanduk sekarang, ia harus berpikir cepat sebelum Adya menjitak kepalanya.

"Anak nakal ini!" Adya mengumpat rendah, antara malu dan kesal. Tanggung sekali, baru juga ia dan Kyara menikmati, adiknya itu tahu-tahu muncul mengganggu.

"Eits ... eits ...! Tenang dulu, Kak!" Ezra mengambil langkah mundur sambil menahan kedua tangan di depan badan begitu Adya bangkit dari duduknya. "Kakak berdua silakan lanjutkan! Aku lewat pintu belakang, oke?"

Ezra menenteng ranselnya dan memutar badan secepat kilat, tetapi Adya berhasil menjangkau kerah bajunya.

"Jangan kabur kamu, ya!"

"Mati aku! Kena siraman rohani lagi, deh!" Dengan mata terpejam pasrah, Ezra membiarkan dirinya diseret masuk. Benar saja, Adya langsung menghujaninya dengan teguran.

"Masuk di rumah beri salam dulu!" Adya menjatuhkan Ezra di sofa. "Yang sopan sama kakakmu!"

Ezra mengelus bokongnya dan mendarat tidak siap. Pandangannya mengikuti ekor mata Adya yang mengulurkan tangan pada Kyara. Bibir Ezra menyunggingkan senyum tipis yang segera dibuat mengatup kembali begitu Adya menoleh. Rupanya yang dimaksud kakaknya itu adalah Kyara.

"Selamat sore, Kak Kyara!" Mata Ezra melengkung saat menyapa Kyara. Kakak iparnya tersebut makin cantik saja, pantas Adya tidak tahan. Pakaian kantornya bahkan masih belum dilepas-dan tentunya sudut kusut karena tertarik ke sana ke mari.

"Selamat sore, Ezra. Selamat datang!" sambut Kyara tak kalah antusias, meski pipinya masih menyisakan rona.

Senyum manis Ezra semakin terkembang. Ia mengulurkan tangan lalu menyalami Kyara dengan santun.

"Sudah! Jangan lama-lama!" Adya ganti menggenggam jemari Ezra dan menyodorkan punggung tangan ke wajah adiknya. Ezra yang tidak sigap akhirnya terantuk cincin Adya.

"Duh! Apa-apaan sih, Kak! Sakit tahu!" Ezra mengusap dahinya sambil misuh-misuh. "Mentang-mentang cincin mahal!"

Adya tidak menanggapi. Memang Ezra saja yang manja. Bila ini di rumah, sudah pasti si anak bungsu itu mengadu pada bunda. Sementara di samping Adya, Kyara tertawa tanpa suara. Dengan begini, paling tidak suasana tidak menjadi canggung lagi.

"Lain kali masuk ketuk pintu dulu!" Adya melipat tangan di depan dada.

Ezra mendesah sebentar lalu menjawab, "Aku mau beri suprise tahu, Kak! Ya ... tapi malah aku yang diberi kejutan. Live action lagi!"

"Ezra!" Adya mendelik, lengan kemejanya digulung sedikit sebelum ia maju dan menarik daun telinga Ezra.

"Ampun! Ampun, Kak Adya!" Ezra meronta dan menggapai-gapai pada Kyara. "Kakak ipar, tolong!"

Hate Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang