💕Happy-Reading💕
🔞Chapter ini berisi bagian khusus🔞
..
.
Jemari Kyara bergerak lincah membetulkan letak dasi Adya, menepuk bagian pundak, lalu mengelus pelan dada suaminya yang pagi itu kelihatan lebih rapi dari biasanya. Adya jarang berpakaian formal. Biasanya hanya mengenakan kemeja setiap kali ke kantor. Sesekali mengenakan jas bila ada urusan di kantor pusat.
Adya meneguk habis teh hangatnya yang masih mengepulkan asap. Sarapan hari ini jauh lebih baik dari kemarin. Nasi hangat dengan potongan daging dan sayur yang dibalut telur gulung lembut, lengkap dengan kuahnya kental yang kaya rasa.
kabar baik lagi untuk Winter yang masih menikmati irisan daging rebus tanpa lemak. Kucing itu menyantap makanannya dengan lahap tanpa drama menjatuhkan barang.
"Winter makan yang banyak, ya." Kyara mengerling Adya yang bersiap menenteng tas kerjanya. "Kemarin kan sarapan sosis gosong."
Adya menghela napas dengan sudut bibir mengembang. "Bagian gosongnya kupisahkan, Kyara. Coba saja tanya Winter."
Kyara hanya mengerutkan hidung lalu menuntun Adya sampai ke teras. Kembali diamati suaminya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Kalau-kalau ada bagian yang masih kurang dengan penampilannya.
Hari ini Adya akan memberi sambutan untuk kunjungan dari tim peneliti rekan ayahnya. Adya kelihatan bersemangat sekaligus gugup. Terbukti dari detak jantungnya yang kian terasa saat ia membawa Kyara bersandar di pelukannya.
"Mas, nanti bajunya kusut." Kyara menahan tubuh Adya, tetapi suaminya itu betah melingkarkan lengan.
"Sebentar saja," kata Adya sebelum mengecup dahi Kyara. "Mungkin aku akan pulang lebih lama dari biasanya. Kalau ada apa-apa segera telpon."
Kyara mengangguk dan menatap Adya lekat-lekat. Dari awal pagi, Adya sudah sibuk memperhatikan prediksi cuaca. Padahal ketakutannya hanya untuk cuaca ekstrem. Perhatian Adya pada seduai yang detail seperti itu membuatnya semakin memantapkan hati.
Sore kemarin Adya bahkan berkeras belanja sendirian dan mengabaikan gengsinya sebagai seorang lelaki. Kyara jadi geli membayangkan Adya dengan badan tegapnya menenteng tas belanja. Lalu, hal yang ia wanti-wanti pun terjadi ketika Adya pulang dengan membawa satu kantong penuh berisi jahe, lengkuas, dan rimpang lain yang tidak ada dalam catatan.
"Harusnya rimpang-rimpangan ini diletakkan terpisah. Jangan berdekatan. Look a like, sound a like."
Kyara melipat bibir. Ia gemas sendiri mengingat Adya yang pada akhirnya mempelajari organoleptik rempah-rempah tersebut. Membaunya sambil terus misuh-misuh.
"Ada apa?" tanya Adya sambil membelai rambut Kyara. Sepanjang malam Kyara tidur sambil memeluknya erat, tetapi flu menghalanginya bermesraan dengan istrinya tersebut. Padahal kesempatan yang bagus berhubung Kyara yang berinisiatif lebih dulu.
Kyara menggeleng. "Berkasnya sudah lengkap semua? Coba dicek dulu, Mas."
"Sudah." Adya tersenyum. "Aku berangkat dulu," katanya sedikit salah tingkah.
"Hati-hati, Mas."
Adya melenggut. Sedetik, dua detik, sampai tiga detik, kakinya masih enggan beranjak. Ia sedang menanti-nanti sesuatu, tetapi Kyara tidak menunjukkan gelagat yang ia tunggu. Mereka sudah berbaikan, bukan? Tidakkah Kyara ingin memberinya sedikit semangat? Kecupan singkat, mungkin?
"Apa tidak ada yang ingin kau lakukan sebelum aku berangkat?" Adya berbalik dan menilik Kyara yang menahan senyuman. Kali ini ia yakin Kyara memang sengaja mengujinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...