💕Happy Reading💕
.
.
.
Sesaat setelah menerima telepon dari sang papa, Kyara bergegas dari ruang tengah. Bukan untuk meninggalkan Adya. Melainkan agar ia bisa berbicara dengan leluasa. Pasalnya, sejak tadi papa dan mama terus menelepon untuk memastikan Adya telah kembali dari lokasi proyek dan dirinya tidak sendirian di rumah.
"Halo, Papa," sapa Kyara berusaha menjaga suaranya tetap stabil. Pertanyaan yang sama dari sang papa kembali menyapa telinganya. "Iya, Pa. Mas Adya sudah pulang. Papa sama mama tenang saja, Kyara tidak sendirian lagi."
Embusan napas lega dari sang papa membuat Kyara melipat bibir. Mudah bagi Kyara untuk mengutarakan segala hal yang membuatnya sesak di sana, terutama bagaimana Adya menyikapinya. Namun, Kyara tidak ingin membebani orang tuanya oleh keputusan yang ia buat sendiri. Tidak. Setidaknya sampai Adya membuatnya betul-betul menyerah.
Agar tidak membuat Adya tersinggung, Kyara memilih keluar ke pekarangan. Langkahnya menapak ringan menyusuri rerumputan hingga berakhir di gazebo. Kyara memilih mendudukkan diri di sana sembari mendengar pesan dari papanya tanpa sekali pun menjeda. Tentang apakah dirinya betah di sana, apakah ada keperluan yang kurang, sampai kemudian mempertanyakan keberadaan Adya.
Kyara meneguk sebentar. Berusaha menahan getir yang menyusup dalam hatinya. Masih segar dalam ingatan Kyara saat sang papa memeluknya dengan haru ketika ia memutuskan untuk menerima lamaran Adya. Kyara tahu papanya sampai tidak tidur dengan benar di hari-hari menjelang pertemuannya dengan keluarga Antariksha untuk menerima perjodohan tersebut.
Hal yang sama juga terjadi saat Adya menyatakan keinginannya untuk tinggal di Mallawa sementara waktu sampai proyeknya selesai. Papa dan mama kembali dilanda rasa khawatir. Kedua orang tuanya menyarankan agar mereka tetap tinggal di kota. Untuk segala urusan di Mallawa, papa akan memfasilitasi mereka dengan helikopter beserta pilotnya. Adya hanya perlu membangun landasan dan itu bukan sesuatu yang sulit bagi pemimpin proyek konstruksi tersebut.
Namun menilai kepribadian Adya yang tidak senang diinterferensi, Kyara menolak dengan halus saran tersebut."Kyara? Anak papa masih di sana?"
Teguran halus sang papa menyentakkan Kyara. Buru-buru ia tersenyum, meski tahu papa di seberang tidak bisa melihat wajahnya. "Ya, Papa. Mas Adya sedang makan. Bunda memberi kami banyak persediaan daging jadi Kyara membuat Ravioli."
"Begitu, ya? Papa jadi rindu masakan Kyara. Biasanya papa sering tambah sampai yang lain tidak dapat bagian." Papa Kyara terkekeh pelan. Tidak ingin membuat putrinya bersedih, ia lantas mengalihkan. "Bagaimana? Apa Adya suka makanannya?"
Kyara mengigit bibir. Persoalan masak-memasak, ia lebih banyak belajar dari Zelina. Sebab itu di hari libur ketika ia pulang ke rumah, orang pertama yang boleh mencicipi masakannya adalah sang papa. Sebab bagaimana pun rasanya, papa akan memuji dan menghabiskan makanan yang disajikannya.
"Mas Adya menolak sarapan yang kubuat, Pa. Mas Adya menghamburkannya di atas meja. Tapi Mas Adya makan dengan lahap kali ini." Kyara ingin sekali mengatakan itu kepada papanya. Namun, ia hanya bisa tertawa canggung sembari membiarkan air matanya jatuh. "Ya ... semoga Mas Adya suka, Pa."
Adya yang sedari tadi mengikuti dari belakang mengepalkan tangan saat mendapati Kyara menyeka air matanya diam-diam. Perempuan tersebut menengadah dengan tangan menopang dada.Tidak bisa dipungkiri, pikiran Adya terusik juga dibuatnya.
Melawan logika yang meronta, Adya memutuskan untuk menghampiri Kyara. Ia mendekatkan wajah di telinga Kyara dan menyambung jawaban pada papa mertuanya. "Adya suka, Papa. Masakan Kyara enak sekali."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...