♡Happy-Reading♡
.
.
.
"Mas .... Mas Adya .... Bangun, Mas ...."
Sayup-sayup Adya mendengar namanya disebut. Dengan kesadaran yang masih mengawang, perlahan matanya terbuka.
"Mas Adya ...."
Adya menggeliat kecil. Suara lembut yang belakangan ini sangat akrab di telinganya kembali menyapa. Pandangan Adya yang memburam lamat-lamat berganti menjadi sosok Kyara. Istrinya itu menatapnya intens dengan wajah menunduk, menampilkan dengan jelas lekuk bibir beserta leher jenjangnya yang semalam membuat Adya mati-matian melawan naluri.
"Mas Adya ...."
Adya melihat Kyara menarik senyum manis. Pemandangan indah yang membuat lonjakan hormonnya di pagi hari semakin menjadi.
Ini pastilah mimpi.
Ya. Barangkali kepingan imajinasi indahnya semalam.
Tunggu. Bila ini mimpi, maka melakukan "itu" bukan hal yang salah, kan? Kenikmatan yang ia dambakan selama ini bisa diperolehnya tanpa kosekuensi.
Adya membenarkan dirinya. Dengan mata masih tertutup setengah, senyumnya ikut merekah. "Kyara ...." panggilnya dengan suara rendah, hampir lirih. Tangannya terulur menggapai bahu Kyara.
Kyara yang sedang berusaha membangunkan Adya membulatkan mata. Hari sudah pagi dan suaminya itu masih bergelung di tempat tidur, bahkan mulai mengigau. Ia sedikit kerepotan saat Adya menarik-menarik tubuhnya.
"Mas Adya, bangun. Nanti Mas Adya–" Perkataan Kyara terputus saat Adya menarik kuat pundaknya hingga mereka saling menindih.
Adya sendiri tersentak kaget. Tubrukan Kyara di dadanya membuatnya terjaga. Rupanya semua ini nyata. Adya ingin merutuki diri, tetapi harum rambut Kyara yang masih setengah kering membuatnya berpikir bahwa posisi mereka sekarang lumayan juga.
"Aduh, Mas Adya!"
Rintihan Kyara membuat Adya bangun dan mengambil sikap duduk, membuat Kyara jatuh ke pangkuannya.
"Mas Adya kenapa tiba-tiba ...." Kyara terpekur, menyadari dirinya duduk di atas sesuatu yang tidak seharusnya. Ia paham reaksi biologis bagi kaum lelaki di pagi hari, tetapi merasakan sesuatu seperti itu adalah pengalaman baru baginya. Serta-merta ia turun dari pangkuan Adya.
"Mas Adya, kenapa itu bangun—bukan! Ma-maksudku kenapa Mas Adya belum bangun, nanti Mas terlambat ke kantor!"
Adya mengucek mata. Diperhatikannya Kyara yang mengomel dengan wajah merengut. Ah, jadi ini yang dinamakan omelan istri? Tidak buruk juga.
"Ada telepon, Mas." Kyara meraih ponsel Adya di meja dengan jantung berdebar, khawatir panggilan tersebut dari perempuan bernama Irena yang menghantui pikirannya beberapa hari belakangan ini.
"Siapa?" Adya langsung berdiri. Kekhawatiran yang sama tergambar di wajahnya.
"Dari Dito."
"Dito?" ulang Adya. Perasaannya lega seketika. Sayangnya tidak berlangsung lama, sebab Dito membawa berita yang tidak menyenangkan.
"Rapat direksi? Tiba-tiba?" Adya bangkit. "Rendra sialan!"
"Rendra?" Kyara terkesiap, tetapi segera menepis asumsinya. Diperhatikannya Adya yang air mukanya berubah drastis.
"Baiklah. Kendalikan situasi di sana sampai aku datang." Adya menutup telepon dan memukul meja dengan geram, tetapi melihat Kyara terperanjat, segera diulurkan tangan untuk mengelus punggung istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...