06. Homesick 💍

4.7K 434 127
                                    

💕Happy-Reading💕

.

.

.

Setelah menempatkan segmen basa nitrogen terakhir pada susunan figur DNA yang dirangkainya di atas meja, Kyara berdiri sembari mengedarkan pandangan pada "laboratorium pribadinya" dengan puas.

Buku-buku referensi berjejer rapi di lemari dan rak gantung. Poster saintifik dan pajangan susunan berkala ilmiah memenuhi dinding ruangan. Meja sudut dua sisi digunakan sebagai tempat untuk menata berbagai peralatan kaca mulai dari beaker glass, gelas arloji, hingga beberapa jenis labu. Sementara tabung-tabung reaksi yang berisi tunas muda dari kebun di letakkan di pinggir jendela.

Sebutan "laboratorium" sebenarnya kurang tepat untuk ruangan tersebut, sebab di sana tidak terdapat instrumen analisis yang memadai untuk penelitian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebutan "laboratorium" sebenarnya kurang tepat untuk ruangan tersebut, sebab di sana tidak terdapat instrumen analisis yang memadai untuk penelitian. Piranti observasi yang tersedia hanyalah mikroskop yang terhubung dengan laptop. Bahkan Kyara sangsi bisa menjalankan perangkat destilasi karena tidak mudah mendapatkan pelarut untuk mengesktrak. Namun begitu, ia berhasil menata ruang tersebut dengan apik. Paling tidak cukup nyaman digunakan untuk studi pustaka dan menyusun artikel penelitian.

Kyara tidak bisa menepis rasa rindunya pada laboratorium saat ini. Sepertiga bagian dari hatinya masih di Sydney, terselip dalam lembaran proposal penelitian yang baru setengah jadi untuk penelitian doktoralnya. Namun Kyara sangat paham, status tertinggi dan titel paling mulia dari seorang perempuan adalah dengan menjadi seorang istri dan mendapat panggilan "ibu". Kyara sadar tidak ada yang boleh ia sesali.

Setelah hari mulai beranjak petang dan penghamburan cahaya di atmosfer memantulkan lembayung merah di langit, Kyara bergegas turun. Sejenak ia termenung di tangga, memandangi seluk-beluk rumah barunya yang masih terasa asing.

Sebagai rumah warisan yang dulunya dipergunakan keluarga Antariksha sebagai tempat singgah saat mengunjungi perkebunan mereka, rumah tersebut terbilang cukup besar untuk dihuni dua orang. Kabarnya Adya menambah luasnya saat renovasi dengan membangun teras samping.

Mulanya Kyara tidak mengerti mengapa Adya yang tinggal seorang diri melakukan hal tersebut. Baru setelah matahari condong ke barat, ia mulai memahami hal yang menjadi pertimbangan suaminya. Serambi di sisi kanan rumah yang menghadap ke padang rumput dan areal perkebunan sangat pas untuk dijadikan tempat bersantai di waktu sore. Jauh berbeda dengan teras depan yang bermandi cahaya matahari.

Selukis senyum terbit di wajah Kyara memikirkan betapa romantisnya duduk di sana berdua. Menikmati teh hangat,  bertukar pikiran, dan berbagi cerita untuk melepas lelah.

Dengan cepat Kyara melintasi lantai dua. Ada tiga kamar di sana. Dua kamar saling bersebelahan dengan balkon menghadap ke bagian belakang rumah, sementara satu kamar yang menjadi kamarnya dan Adya berada di sisi yang berseberangan dan menghadap ke halaman. Dua tangga dipergunakan untuk menghubungkan lantai tersebut dengan lantai dasar. Satu mengarah ke ruang tamu, sedang yang satu mengarah ke ruang makan, tepat di depan kamar kerja Adya.

Hate Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang