💕Happy-Reading💕
.
.
.
Porsche milik Kyara berhenti di halaman parkir apartemen Irena. Kyara mengetahui alamat tersebut dari linimasa perjalanan yang ditunjukkan Adya sebagai bukti bila kepergiannya malam itu tidak lebih karena didesak keadaan. Menenteng Lindy Bag, Kyara lalu keluar dengan anggun. Seperti tujuan Irena datang ke Mallawa, Kyara ingin berbicara langsung dengan perempuan itu.
Kyara telah mempertimbangkan hal tersebut berulang kali. Bila Adya tahu, suaminya tersebut pasti tidak mengizinkan. Akan tetapi,Kyara tidak bisa menerima begitu saja perbuatan Irena pada Winter. Bila Irena sedemikian membencinya, perempuan itu seharusnya berani menghadapinya, bukan melampiaskan emosi pada Winter yang tidak tahu apa-apa.
Sembari menarik napas dalam-dalam, Kyara berusaha mendinginkan kepala. Namun, baru beberapa saat ia mendudukkan diri di sofa ruang tunggu, Irena tahu-tahu keluar dari elevator dan berjalan ke lobi. Tatapan Kyara dan Irena bersirobok selama beberapa saat. Di ruang tunggu yang lengang tersebut hanya ada mereka berdua, tetapi hawa ruangan mendadak terasa pengap.
Irena menatap Kyara berkedip, menyorotinya penampilannya dari ujung kaki hingga ujung kepala. "Kau ...."
Kyara mengembangkan senyum dan berdiri menghadap Irena. "Selamat sore."
Irena mendengkus dengan sebelah sudut bibir tertarik. "Apa yang kau lakukan di sini?" desisnya.
"Bertemu denganmu." Kyara mengubah sorot matanya. "Bukankah itu tujuanmu datang ke rumahku tempo hari?"
Mata Irena membola. "Datang ke rumahmu, hah?"
Kyara melipat bibir melihat Irena berlagak tidak tahu. Namun, ia tidak ingin berlama-lama meladeni sandiwaranya. "Kenapa hanya sampai di depan pagar? Kau terlalu sungkan? Atau tidak berani?"
Umpan Kyara berhasil. Irena yang semula berniat mengelak kini terpancing.
"Tidak berani katamu?" Irena menggertakkan rahang, tidak terima disebut sungkan. Bila bukan karena pengawal-pengawal keluarga Antariksha, ia tidak akan segan menghampiri Kyara saat itu. "Kau terlalu percaya diri!"
"Lalu kenapa kau tidak mengetuk pintu dan masuk sebagai tamu yang santun?" Mengabaikan kata-kata Irena, Kyara berjalan mendekat. "Kenapa kau menyakiti Winter yang tidak mengerti apa-apa? Kau sebut itu berani? Atau memang sampai di situ saja nyalimu?"
Irena membisu. Kyara benar-benar memantik emosinya. Perempuan tersebut berlagak seperti di atas angin setelah merebut semua harapannya.
"Ah, kucing kecil yang merengek-rengek itu?" Irena terkekeh. "Jadi kau menuntutku untuk binatang liar yang tidak berharga? Sebagai putri kesayangan keluarga Jayachandra yang katanya dermawan, kau sangat-sangat perhitungan rupanya."
"Winter sangat berharga bagiku dan kau tidak berhak menyakitinya." Kyara menahan gejolak dalam dirinya mendengar provokasi Irena, tetapi sindiran perempuan tersebut masih terlalu dangkal untuk membuatnya meledak. "Kau membaca artikel tentangku? Terima kasih telah repot-repot menelusuri berita dua tahun yang lalu itu. Aku bahkan hampir lupa."
"Apa katamu?" Irena tertawa sarkastik. "Ternyata kau tidak sebaik yang orang-orang katakan, Kyara!"
Kyara menatap lurus, menulikan telinganya untuk suara Irena yang berdegung menyakitkan telinga. "Setidaknya tidak seburuk pemikiranmu."
"Begitukah?" Tawa Irena memudar, berganti menjadi air muka tak suka. Kyara masih bisa bersikap tenang saat dadanya mulai membara. "Apa kau merasa menang sekarang? Kau merasa puas setelah merebut Adya dariku? Asal kau tahu saja, Kyara. Aku yang pertama kali mendapatkan hati Adya. Dia mencintaiku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...