💕Happy-Reading💕.
.
.
Baru setelah sekian lama, Irena berkunjung kembali ke Mallawa. Desa kecil tersebut masih sama dengan beberapa tahun lalu, asri dan sejuk. Namun, suara-suara serangga yang mengganggu telinga dan kesenyapan yang mencekik membuatnya menguap bosan untuk yang kesekian kali.
Ya, Irena mengakui keindahan Mallawa. Sawah subur dan pemadangan hijau yang tergelar memang memanjakan mata. Akan tetapi, apa yang bisa dilakukan di desa terpencil tersebut? Jangankan pub untuk melepas lelah, swalayan pun hanya ada di ruas jalan utama. Entah mengapa Adya terlalu membanggakan bangunan tua warisan kakeknya itu. Padahal, ada rumah mewah yang disiapkan orang tuanya di kawasan Center Point.
Irena menginjak rem dan menyembulkan kepala ke luar jendela saat seorang pengendara sepeda yang memikul hasil kebun menggores mobilnya.
"Dasar orang kampung!" geram Irena tidak terima.
Ketika hendak menyalakan mesin, segerombolan sapi bermandi lumpur kembali mencegat jalannya. Irena pun mendengkus kesal dan menekan klakson berulang kali. Alhasil, bukannya beranjak pergi, beberapa sapi justru berbelok ke arahnya.
"Singkirkan sapi-sapi itu!" pekik Irena pada sang pengembala. "Kau mau tanggungjawab kalau mobilku tergores tanduknya!"
Gembala yang menggiring hewan ternaknya membalas Irena dengan bahasa lokal kemudian memecut sapi-sapinya dengan cambuk agar tak keluar jalur.
"Bagus! Cambuk saja sapi-sapi menjijikkan itu!" ujar Irena puas lalu kembali menjalankan mobil. Ia tidak akan menyusahkan diri dengan datang jauh-jauh ke Mallawa bila tidak ingin bertemu Kyara.
Oleh karena Adya tidak menggubris permintaannya, jalan terakhir bagi Irena adalah menggoyahkan hati Kyara. Pesan percakapannya dengan Adya di masa lalu bisa ia jadikan bukti untuk memojokkan Kyara sebagai pihak ketiga di antara mereka. Bila perempuan tersebut cukup baik hati dan tahu diri, sudah sepantasnya ia mundur.
Ban mobil Irena yang bergulir lambat perlahan berhenti begitu melihat beberapa mobil terparkir tepat di depan rumah Adya. Matanya memicing membaca situasi sebelum ia memutuskan untuk turun.
Langkah Irena tertahan saat sekian meter dari pagar ia menjumpai beberapa orang berseragam serba hitam di sekitar rumah Adya. Mereka adalah para pengawal keluarga Antariksha. Tampak Kyara duduk di gazebo sambil merangkai bunga ditemani seekor kucing kecil berwarna putih. Wajahnya terlihat sangat bahagia.
Tangan Irena terkepal, terlebih saat menyaksikan para pengawal membungkukkan badan dengan sopan kala berbicara pada Kyara. Rumah Adya yang telah selesai di renovasi juga terlihat lebih modern dan klasik. Pantas saja Kyara betah di sana. Mendadak, Irena merasa ingin berada di posisi itu juga.
Setelah lewat setengah jam menunggu, Irena mulai gelisah. Ia mendecakkan lidah sembari melirik jam. Hari semakin sore dan ia harus pergi dari sana sebelum Adya kembali dari kantor. Irena tidak ingin usahanya berakhir sia-sia, tetapi menerobos para pengawal juga tidak mungkin.
"Sial! Sungguh sial!" Irena merutuk. Ketika hendak kembali, tiba-tiba seekor kucing putih keluar dari pekarangan, mengejar burung gereja dan berhenti di dekat mobilnya.
"Kucing Kyara rupanya." Irena menyeringai. Ia memelankan langkah, membungkuk, lalu memetikkan jari. Sebelah alisnya terangkat saat kucing tersebut dengan mudah menyambut panggilannya. Rupa-rupanya hewan itu sangat jinak.
"Hanya kucing biasa, ya!" gumam Irena mengamati kucing kecil yang menatap ngeri ketika ia mencengram tengkuknya dan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Selera Kyara buruk sekali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate Me If You Can
Romance|| Telah Terbit || WattpadRomanceID reading list Juli 2022 : Bittersweet of Marriage Life 💕💕💕 || Membawa Kyara ke desa terpencil bernama Mallawa adalah cara Adya untuk menciptakan neraka dalam rumah tangga mereka. Tujuan Adya sederhana, membuat...